SOKOGURU, DUSSELDORF- Dalam pameran dagang alat kesehatan terbesar dunia, Medica 2025 di Dusseldorf, Jerman, yang berlangsung 17-20 November 2025, Indonesia telah menandatangani dua nota kesepahaman (MoU).
Dua MoU yang ditandatangani pada Rabu, 19 November 2025 itu mencakup pembelian produk Indonesia dan investasi pengembangan teknologi kesehatan di Indonesia.
Salah satunya adalah pembelian sarung tangan medis buatan Indonesia dengan potensi transaksi senilai USD12 juta atau setara Rp200 miliar per tahun.
Kerja sama tersebut dijalin antara PT Haloni Jane dari Indonesia dan Excelmed Distribuidora De Materaiais Medicos E Odontologicos LTDA dari Brasil.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Dirjen PEN Kemendag), Fajarini Puntodewi, dari Jakarta, Jumat, 21 November.
Penandatanganan kedua MoU disaksikan Wakil Menteri Kesehatan RI Benjamin Paulus Oktavianus, Staf Khusus Menteri Perdagangan RI Slamet Nur Achmad Effendy, dan Duta Besar RI untuk Hungaria Penny Dewi Herasati.
Baca juga: Kemenperin Sebut Ekspor Alat Kesehatan RI Lampaui USD 273 juta, Saatnya Wujudkan Kemandirian
Turut hadir perwakilan Kementerian Perdagangan RI, Kementerian Kesehatan RI, Kedutaan Besar RI di Berlin, dan Konsulat Jenderal RI di Frankfurt.
MoU tersebut, kata Puntodewi, merupakan pembaruan dari MoU sebelumnya antara kedua belah pihak dengan peningkatan nilai pembelian.
Penandatanganan itu menegaskan pengakuan internasional terhadap kualitas dan daya saing produk kesehatan Indonesia.
Baca juga: Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa
“MoU pembelian sarung tangan medis ini menegaskan posisi Indonesia sebagai penyedia alat kesehatan yang kompetitif dan tepercaya di kancah global sekaligus memperkuat upaya perluasan akses pasar sebagai tonggak penting ekspor Indonesia,” ujarnya menanggapi MoU tersebut, seperti dikutip keterangan resmi Kemendag.
Medica 2025, sambung Puntodewi, telah menjadi panggung signifikan unjuk menunjukkan bahwa peralatan kesehatan Indonesia diakui dunia dan memenuhi standar internasiona.
Pembelian sarung tangan medis oleh Excelmed dari Brasil itu merupakan bukti kepercayaan buyer terhadap produk tersebut.
Direktur Excelmed, Antoine R. Callou, mengakui, kualitas sarung tangan medis dari Indonesia. Kualitas yang baik dan konsisten pun meyakinkan Excelmed untuk meningkatkan pembelian.
“Kami mulai mengimpor sarung tangan medis dari PT Haloni Jane setelah bertemu di Pameran Medica pada 2023. Kami puas dengan kualitasnya, sehingga akan meningkatkan nilai pembelian dari USD9,6 juta menjadi USD12 juta per tahun mulai tahun depan,” katanya.
MoU Investasi
Sementara itu, MoU kedua merupakan investasi di bidang pengembangan kesehatan, penelitian, dan genetika molekuler.
MoU tersebut melibatkan Rumah Sakit Dharmais dari Indonesia, PT Graha Teknomedika dari Indonesia, European Life Technologies Hungary Zrt. (ELT) dari Hungaria, Sulico Ltd. Hungary dari Hungaria, dan Qualysoft Information Technology dari Slovakia.
Sejumlah muatan dalam MoU adalah mendorong pembangunan sebuah laboratorium genetika molekuler di Indonesia serta program pelatihan tenaga kesehatan di spesialisasi tersebut.
“Kami harap penandatanganan kedua MoU itu mendorong sinergi yang lebih kuat antara pelaku industri alat kesehatan nasional dan mitra strategis internasional. Hal ini akan bermanfaat dalam peningkatan ekspor Indonesia, mewujudkan transfer teknologi, serta memperkuat kapasitas produksi dalam negeri,” imbuh Puntodewi.
Pameran internasional Medica dikenal sebagai pameran yang dihadiri pelaku bisnis lintas benua, termasuk salah satunya dari Amerika Latin.
Partisipasi Indonesia di ajang ini memberikan manfaat strategis tidak hanya dalam memperluas akses pasar, tetapi juga mendorong ekspor teknologi tinggi sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.
Keikutsertaan Paviliun Indonesia dalam Medica 2025 mencerminkan konsistensi Indonesia di pameran tersebut sejak pertama kali ikut serta pada 2022. Konsistensi ini telah membuahkan hasil konkret dalam bentuk kerja sama dan transaksi bisnis.
Konsistensi kehadiran Indonesia di pentas global tersebut dapat terwujud berkat kolaborasi lintas kementerian dan lembaga. Menurut Puntodewi, Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri, dan KJRI Frankfurt berkontribusi atas kehadiran Paviliun Indonesia.
Persiapan teknis dan berbagai persiapan pelaksanaan keikutsertaan dalam pameran tersebut dikoordinasikan melalui Atdag RI Berlin dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Hamburg.
Industri alat kesehatan global diproyeksikan terus tumbuh dan berkembang dan akan mencapai USD717,38 miliar pada 2029 mendatang. Pasar alat kesehatan Jerman juga diprediksi meningkat dari USD 33,6 miliar pada 2024 menjadi USD 40,08 miliar pada 2029.
Sementara itu, kinerja ekspor peralatan kesehatan Indonesia (Kode HS 90) mencapai USD890,3 juta ke seluruh dunia pada 2024. Nilai ini meningkat hingga 29% bila dibandingkan dengan 2020. (SG-1)