SOKOGURU, JAKARTA- Wirausahawan muda, atau youthpreneurs diajak untuk melestarikan produk-produk budaya Indonesia dan mengembangkannya melalui inovasi. Upaya itu menjadi salah satu cara menyokong potensi luar biasa dari produk kerajinan Indonesia.
Ajakan itu disampaikan Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) saat membuka INACRAFT October 2025 Vol. 4 Youthpreneurs di Jakarta International Convention Center (JICC) Senayan, Jakarta pada Kamis, 2 Oktober 2025
“Pada 2024, Indonesia tercatat sebagai negara eksportir produk kerajinan peringkat 11 dunia. Masa depan kerajinan Indonesia berada di tangan kita, khususnya generasi muda. Kami mengajak youthpreneurs menjadi pelestari budaya sekaligus membawa inovasi pada aspek kreativitas kerajinan kita,” katanya.
Baca juga: Di Hari Pertama Inacraft Oktober 2025, UMKM Mitra Pertamina Catat Transaksi Rp1,2 Miliar
Acara pembukaan Inacraft Oktober 2025 dilakukan Mendag Busan bersama Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Veronica Tan, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (BPP ASEPHI) Muchsin Ridjan; dan Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Pusat Selvi Gibran Rakabuming. Pembukaan turut dihadiri sejumlah duta besar dan perwakilan negara sahabat.
Lebih lanjut, Mendag Busan mengatakan, mendorong UMKM untuk menjadi eksportir merupakan salah satu komitmen Kementerian Perdagangan.
Komitmen itu diwujudkan melalui program UMKM Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor (UMKM BISA Ekspor). Program itu ditujukan untuk mendorong daya saing UMKM di pasar global.
Baca juga: INACRAFT 2025- Youthpreneurs Digelar 1-5 Oktober 2025, Usung Tema Craft, Culture, and Future
Program tersebut memfasilitasi UMKM berorientasi ekspor untuk dipertemukan dengan calon-calon buyer mancanegara melalui jaringan perwakilan perdagangan (perwadag) RI di luar negeri. UMKM BISA Ekspor mempertemuan UMKM dengan perwadag (sesi pitching), kemudian mempertemukan UMKM dengan buyer (business matching).
“UMKM harus berdaya saing dan harus bisa beradaptasi dengan permintaan global. Kami punya 46 perwadag RI di 33 negara akreditasi yang setiap hari melaksanakan pertemuan daring dengan UMKM. Setelah pertemuan itu, perwadag akan mencarikan buyer sesuai dengan produk yang ditawarkan UMKM,” imbuh Mendag Busan.
Baca juga: Capai Transaksi Rp4,2 Miliar di Inacraft 2025, Pertamina juga Sabet Booth Terbaik
UMKM BISA Ekspor, menurutnya, terus menunjukkan dampak nyata. Dalam kurun waktu Januari–Agustus 2025, tercatat ada 942 UMKM berpartisipasi dalam business matching. Total transaksi dari UMKM BISA Ekspor tercatat mencapai USD 90,90 juta atau sekitar Rp1,40 triliun.
Produk-produk yang diminati mencakup berbagai kategori unggulan, mulai dari produk makanan dan minuman, kopi, kakao, produk perawatan tubuh, pertanian, furnitur, hingga fesyen muslim dan produk kesehatan.
“Bahkan, 70 persen dari UMKM ini belum pernah ekspor dan belum pernah bertemu buyer. Banyak sekali UMKM kita yang berpotensi ekspor, tetapi pertanyaannya adalah bagaimana mempromosikan UMKM-UMKM ini dengan baik,” tambahnya.
Salah satu program Kemendag lainnya yang disampaikan Mendag Busan adalah Perluasan Pasar Ekspor. Indonesia membuka perjanjian dengan negara-negara mitra untuk menembus ekspor.
Sejumlah perjanjian yang telah menunjukkan hasil signifikan berpotensi menggerakkan momentum untuk menembus pasar ekspor. “Hal itu menjadi salah satu cara agar produk-produk kita bisa masuk ke pasar global,” ujar Mendag Busan.
Ia pun menyebut Indonesia dan Peru telah menandatangani naskah Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (Indonesia-Peru CEPA) pada 11 Agustus 2025.
Kemudian, perundingan dengan Eropa (Indonesia- European Union CEPA) telah dinyatakan selesai pada 23 September 2025, sementara naskah Indonesia-Canada CEPA telah ditandatangani pada 24 September 2025. Selanjutnya, pada Desember 2025 akan ada penandatanganan naskah perjanjian dengan Uni Ekonomi Eurasia (Indonesia-EAEU Free Trade Agreement/FTA).
Indonesia juga sedang memproses penandatanganan dengan Tunisia (Indonesia-Tunisia FTA).
Mendag Busan juga menyampaikan peningkatan ekspor Indonesia periode Januari-Agustus 2025 yang sebesar 7,72% dibandingkan periode yang sama pada 2024.
Sementara itu, surplus pada periode Januari-Agustus 2025 adalah sebesar USD 29,14 miliar atau meningkat 53,29% dibanding periode yang sama pada 2024.
Jika dilihat secara bulanan, surplus pada Agustus 2025 menandakan Indonesia surplus untuk 64 bulan berturut-turut.
Antusiasme UMKM kerajinan tangan
Pada kesempatan yang sama Ketua Umum BPP Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi), Muchsin Ridjan, mengatakan, antusiasme UMKM kerajinan tangan sangat besar untuk berpartisipasi pada Inacraft yang berpameran hingga Minggu, 5 Oktober 2025.
Namun, keterbatasan untuk menampung semua UMKM dalam momentum INACRAFT tidak menghalangi para pelaku UMKM untuk terus berkontribusi dalam aktivitas ekonomi.
“Di sini hanya sebagian kecil yang ikut pameran, tapi (minat) di daerah cukup besar. Kami mengapresiasi pemerintah yang ikut menjaga UMKM karena UMKM menjadi pencegah krisis ekonomi. Belanja lah, karena mereka (UMKM) menunggu,” katanya.
Salah satu peserta UMKM yang mengikuti INACRAFT October 2025 Vol. 4 Youthpreneurs adalah Lumosh Living. UMKM itu juga merupakan salah satu binaan Kemendag untuk meningkatkan kapasitas ekspor.
Lumosh Living telah memanfaatkan program konsultasi desain melalui Klinik Desain dan memanfaatkan jaringan perwadag RI untuk mencari pasar ekspor.
Melalui keikutsertaannya dalam kompetisi desain internasional Good Design Indonesia yang difasilitasi Kemendag dan mendapat predikat Best Design pada 2024, reputasi Lumosh Living ikut terkerek dan itu membantunya mendapatkan buyer asing.
Lumosh Living ikut serta dalam INACRAFT October 2025 membawa produk limbah keramik yang diolah kembali sehingga memiliki nilai tambah.
“Kami sangat mengharapkan insentif pemerintah untuk mendukung UMKM keramik agar dapat bersaing harga dengan Thailand dan Vietnam. Kami juga berharap agar lebih banyak kesempatan industri keramik untuk muncul di ajang pameran internasional yang orientasi saat ini lebih ke rotan dan kayu,” ungkap Co-Founder Lumosh Living Raymond Kurniawan Tjiadi. (SG-1)