SOKOGURU - Hari Raya Idul Adha, merupakan momen penting umat Muslim menjalankan ibadah kurban dan berbagi dengan sesama.
Pelaksanaan kurban tidak hanya soal penyembelihan hewan, namun juga memastikan distribusi daging secara adil dan merata, terutama pemerataan penyaluran kurban termasuk daerah terpencil.
Mengatasi tantangan penyaluran manfaat Idul Adha hingga ke pelosok, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah maupun lembaga amal memanfaatkan digitalisasi.
Pilihan tersebut diambil sebagai solusi utama untuk mempermudah masyarakat dalam berkurban.
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) mencatat peningkatan signifikan dalam partisipasi kurban online yang dikumpulkan melalui platform resmi mereka.
Melalui sistem ini, masyarakat bisa berkurban dengan mudah dari rumah dan tetap menjangkau mustahik yang tepat sasaran.
Sistem digital ini juga memberi kemudahan dalam pelaporan dan transparansi.
Baca Juga:
Data kurban, penerima manfaat, dan dokumentasi proses distribusi bisa diakses publik, meningkatkan kepercayaan dan partisipasi masyarakat.
Salah satu contohnya bisa dilihat pemeberitaan di laman baznas.go.id yang menunjukkan efektivitas pengelolaan kurban secara daring.
Di sisi lain, pengemasan daging menjadi aspek penting dalam menjaga kualitas dan memperpanjang daya tahan distribusi.
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menetapkan standar teknis pengemasan daging kurban.
Satu di antaranya adalah pengiriman daging maksimal 5 jam setelah pemotongan, atau harus disimpan pada suhu dingin di bawah 4°C.
Ketentuan ini dituangkan dalam SOP resmi yang dapat diakses publik melalui laman pertanian.go.id.
Standar ini mendukung distribusi daging yang lebih higienis, aman, dan layak konsumsi hingga ke tangan masyarakat.
Selain distribusi daging segar, muncul pula inovasi pengolahan daging kurban menjadi produk siap konsumsi seperti rendang, abon, atau kornet kaleng.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) melalui Program Kemaslahatan telah menjalankan inisiatif ini untuk memperluas manfaat kurban, terutama di wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar).
Laporan tahunan BPKH tahun 2022 menjelaskan bahwa daging kurban yang dikemas menjadi produk olahan memiliki daya simpan lebih panjang dan lebih mudah didistribusikan.
Informasi selengkapnya bisa ditemukan dalam dokumen resminya di bpkh.go.id.
Inovasi pengemasan daging kurban tak hanya membantu penyaluran manfaat Idul Adha lebih efisien dan tepat sasaran, tapi juga membuka peluang ekonomi bagi UMKM lokal yang terlibat dalam proses pengolahan daging.
Dengan demikian, kurban tidak hanya berdampak spiritual dan sosial, tetapi juga ekonomi.
Langkah-langkah ini menunjukkan kolaborasi kuat antara pemerintah, lembaga zakat, dan masyarakat.
Digitalisasi dan inovasi pengemasan menjadi dua pilar utama dalam transformasi pelaksanaan kurban yang lebih adaptif dan inklusif.
Distribusi daging kurban yang merata sangat penting dalam konteks ketahanan pangan dan gizi masyarakat.
Terutama di daerah yang jarang mendapatkan akses terhadap protein hewani, momen kurban menjadi satu-satunya waktu mereka menikmati daging dalam setahun.
Dengan semangat gotong royong dan pemanfaatan teknologi, pelaksanaan kurban di masa kini menjadi lebih efektif dan menyentuh masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Ini sejalan dengan semangat Idul Adha sebagai perayaan pengorbanan, kebersamaan, dan pemerataan.