PEMERINTAH melalui Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) dan Perum Bulog mengajak Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menjadi mitra strategis dalam akselerasi produktivitas gabah dan beras di hulu.Hal itu penting diselaraskan terkait dengan kesiapan pascapanen
Hal itu penting diselaraskan terkait dengan kesiapan pascapanen. Untuk itu pada panen raya padi tahun ini, Bapanas/NFA mengajak Perpadi bergotong royong membantu penyerapan produksi dalam negeri. Tujuannya, supaya kalangan petani padi Indonesia bisa terjaga spirit dan kesejahteraannya
Kepala Bapanas/NFA Arief Prasetyo Adi menyampaikan hal itu dalam Musyawarah Nasional Perpadi 2025 di Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (15/1).
Baca juga: Penyerapan Gabah dan Beras oleh Bapanas-Bulog Mulai 15 Januari 2025
"Hari ini saya sebenarnya mau mendengarkan, apa saja yang perlu dibantu oleh Badan Pangan Nasional? Per 15 Januari, cost structure yang baru sudah berlaku. HPP (Harga Pembelian Pemerintah) Bulog sudah bisa kita eksekusi," katanya dalam keterangan resmi Bapanas/NFA, Kamis (16/1).
Musyawarah Nasional (Munas) Perpadi 2025 berlangsung di Diamond Solo Convention Centre, Solo Jawa Tengah pada 14-16 Januari 2025.
Dalam sambutannya di Munas tersebut, Arief mengatakan, sesuai arahan Presiden Prabowo, pemerintah harus memperhatikan petani pangan domestik.
Baca juga: Bapanas: Panen Raya pada 2-3 Bulan ke Depan Momentum Strategis Perkuat Stok Pangan
“Jadi setelah ini, mari kita bersama-sama dengan Bulog melakukan penyerapan. Apalagi nanti di Maret-April, gabah yang akan dipanen bisa sekitar 13-14 juta ton. Jadi semua penggiling padi, mari sama-sama kita kawal penyerapan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Arief mengatakan, target Bulog pada panen tahun ini sekitar 2,5 juta ton sampai 3 juta ton setara beras, apakah itu dalam bentuk gabah kering panen (GKP) yang setara beras 600 ribu ton, gabah kering giling (GKG) yang setara beras 900 ribu ton, kemudian 1,5 juta ton dalam bentuk beras di seluruh Indonesia.
“Tentu kita inginkan Bulog dan Perpadi bisa jadi pilar penyerapan hasil panen petani kita," ucap Arief lagi.
Baca juga: Tekad Indonesia Stop Impor Beras Turut Picu Penurunan Harga Beras Dunia
Diketahui, melalui Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Kepbadan) Nomor 2 Tahun 2025 tanggal 12 Januari 2025, harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras telah disesuaikan kembali menjadi lebih baik.
Salah satunya HPP beras di Gudang Bulog sebesar Rp12.000 per kilogram (kg) dengan kualitas derajat sosoh minimal 100%, kadar air maksimal 14%, butir patah maksimal 25%, dan butir menir maksimal 2%.
"Salah satu kunci kesuksesan kita nanti saat panen raya adalah kesinambungan mulai dari on-farm, kemudian off-farm saat pascapanen. Jadi petani itu nandur bisa semangat, karena gabahnya dibeli dengan harga baik. Tentunya ada spesifikasi gabah bagi Bulog di Rp6.500 per kg dengan kondisi tertentu," jelas Arief.
Sementara spesifikasi HPP beras, sambungnya, derajat sosohnya dari sebelumnya 95% dinaikkan menjadi 100%. Hal itu supaya pada saat penyaluran beras Bulog, masyarakat menerima kualitas beras yang baik, putih, tidak kusam, dan juga tentu agar penggilingan padi naik kelas.
Apabila dicermati, sejak NFA mengatur penetapan kebijakan HPP gabah dan beras untuk Bulog mulai Maret 2023, turut berimplikasi pada perubahan positif Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP). Seterusnya indeks NTPP tidak pernah kurang dari NTPP Maret 2023 yang kala itu masih berada di angka 103,83.
Dampak tersebut, menurut Arief, menandakan kebijakan penetapan HPP dari pemerintah cukup efektif dalam memberi perlindungan petani agar semangat ‘nandur’ dan meningkatkan produktivitas.
Terlebih di 2025 ini, perkiraan waktu panen raya padi akan mengalami kemajuan dan pemerintah sangat optimis dapat mewujudkan akselerasi produksi beras.
Kepala Bapanas/NFA juga menitikberatkan bahwa kadar air dalam beras bersifat mutlak, sehingga kadar air harus dipastikan sesuai standar yang telah ditetapkan bagi Bulog. Untuk itu diperlukan fasilitas mesin dryer (pengering). Hal ini supaya kualitas beras yang dikelola Bulog dapat selalu terjaga.
Ekosistem pangan solid
Dalam forum yang sama, Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron, turut mengamini bahwa ekosistem pangan nasional harus dibentuk secara solid mulai dari hulu sampai hilir.
"Ke depan Pak Arief, caranya coba membangun satu ekosistem, nggak boleh putus ekosistemnya. Ekosistemnya dari mulai petani-petani menjadi subjek utama di situ," tuturnya.
Kemudian, lanjut Herman, di dalamnya ada penggilingan padi sebagai processing pascapanen. Lalu ada pasar. Ini kalau dibentuk tiga dari satu kesatuan, saya kira ini akan menjawab terhadap keresahan tadi, (yang) padinya tidak ada. Kalau ekosistemnya sudah terbangun, kan berarti petaninya juga ada," ujar Herman.
Sementara, Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengajak seluruh insan Perpadi untuk bersama-sama mengawal upaya pemerintah menuju swasembada pangan.
“Ini tentunya dikarenakan komitmen pemerintah yang akan mengutamakan produksi pangan dalam negeri mulai 2025 ini,” ujarnya. (SG-1)