Pertanian

Ekspor Pertanian Capai Rp 552,4 Triliun, Penopang Utama Perekonomian Indonesia

Mentan Andi Amran Sulaiman, sektor pertanian tidak hanya fokus pada peningkatan produksi pangan, tetapi juga mendorong hilirisasi produk. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
19 Oktober 2024
Sektor pertanian Indonesia mencatat surplus, terutama dari produk unggulan seperti kopi, kakao, rempah-rempah, dan minyak kelapa sawit. (Ist/Kementan)

KINERJA sektor pertanian Indonesia semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu penggerak utama perekonomian nasional. 

 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pertanian Indonesia sepanjang tahun 2023 mencapai Rp 552,4 triliun, mencakup produk segar dan olahan yang terus diminati di pasar global. 

 

Capaian ini menunjukkan kuatnya potensi ekspor produk pertanian Indonesia di kancah internasional.

 

Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Dorong Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Global

 

Meskipun impor sektor pertanian pada Agustus 2024 mencapai USD 7,58 miliar (sekitar Rp 117,4 triliun), 

 

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Mochammad Arief Cahyono, menjelaskan bahwa sebagian besar impor ini terdiri dari komoditas yang sulit dibudidayakan di Indonesia seperti gandum.

 

Selain itu, produk yang produksinya belum mencukupi kebutuhan nasional seperti kedelai. 

 

“Impor ini lebih kecil dibandingkan ekspor pertanian kita yang mencapai Rp 552,4 triliun pada 2023,” ucap Arief. 

 

“Artinya, meskipun kita masih mengimpor beberapa komoditas, sektor pertanian tetap mencatat surplus, terutama dari produk unggulan seperti kopi, kakao, rempah-rempah, dan minyak kelapa sawit,” jelas Arief.

 

 

Di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, sektor pertanian tidak hanya fokus pada peningkatan produksi pangan, tetapi juga mendorong hilirisasi produk. 

 

Dengan pengolahan komoditas menjadi produk bernilai tambah lebih tinggi, Indonesia mampu bersaing di pasar global dan meningkatkan daya saingnya.

 

Baca juga: Hilirisasi Kakao Jadi Sumber Ekonomi Baru, Menkop UKM Apresiasi Pipiltin Cocoa

 

“Kami tidak hanya ingin mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk olahan yang memiliki nilai jual lebih tinggi,” tutur Arief. 

 

“Ini penting untuk memperkuat daya saing produk pertanian Indonesia di pasar internasional dan mengurangi ketergantungan pada impor,” tambah Arief.

 

Indonesia memiliki sejumlah komoditas unggulan yang potensinya masih bisa terus ditingkatkan, seperti minyak kelapa sawit yang menjadi nomor satu di dunia dengan potensi mencapai 70 juta ton atau sekitar Rp 959,8 triliun pada tahun 2029. 

 

Kelapa, yang juga menjadi komoditas unggulan nomor dua dunia, memiliki potensi mencapai 3,75 juta ton atau senilai Rp 60 triliun. 

 

Dengan pendekatan yang menyeluruh dari hulu hingga hilir, Kementerian Pertanian (Kementan) optimistis bahwa sektor pertanian Indonesia akan terus memberikan kontribusi besar bagi perekonomian nasional melalui ekspor dan penguatan industri pangan dalam negeri.

 

Baca juga: Kemenperin Dorong Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Melalui Inovasi Teknologi

 

“Ekspor pertanian tetap menjadi andalan, dan kami akan terus memastikan bahwa sektor ini berkembang secara berkelanjutan dan mampu bersaing di pasar global,” tegas Arief.

 

 

Sementara itu, Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mencatat bahwa nilai ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dan turunannya mencapai USD 1,38 miliar atau sekitar Rp 21,4 triliun pada September 2024, seiring dengan peningkatan harga CPO di pasar global yang mencapai USD 932,05 per ton.

 

Di tengah kondisi ekonomi global yang stagnan, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar USD 3,26 miliar pada September 2024, memperpanjang tren surplus perdagangan selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, menyatakan bahwa konsistensi surplus ini menandakan daya tahan ekonomi Indonesia di tengah tekanan global.

 

"Ekonomi kita yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menunjukkan hasil yang positif, dan ini menjadi modal kuat untuk masa depan," kata Febrio.

 

Pertumbuhan ekspor terbesar terjadi pada sektor pertanian, yang naik sebesar 38,76% year-on-year (yoy), diikuti oleh sektor pertambangan dan industri pengolahan. 

 

Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang tetap menjadi mitra dagang utama Indonesia, dengan kontribusi ketiganya mencapai 43,57% terhadap total ekspor nonmigas Indonesia.

 

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia dari Januari hingga September 2024 mencapai USD 192,85 miliar, menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu pilar penting perekonomian nasional. (SG-2)