Pariwisata

Pasar Padaringan, Cibiru, Bandung, Sajikan Seni, Budaya, dan Ekonomi di Bukit Mbah Garut

Pasar Padaringan merupakan sebuah pagelaran yang dirancang untuk menghidupkan kembali ruang publik dengan sentuhan seni, edukasi lingkungan, dan semangat ekonomi berbasis komunitas. 

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
07 Oktober 2024
Sejumlah kegiata mengisi acara Pasar Padaringan.di Bukit Mbah Garut di Cisurupan, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, (Ist/Pemkot Bandung)

MINGGU (6/10), Bukit Mbah Garut di Cisurupan, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat, menjadi saksi meriahnya perayaan seni dan budaya lokal dalam acara Pasar Padaringan.

 

Pasar Padaringan merupakan sebuah pagelaran yang dirancang untuk menghidupkan kembali ruang publik dengan sentuhan seni, edukasi lingkungan, dan semangat ekonomi berbasis komunitas. 

 

Digagas oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), acara ini berhasil menarik perhatian masyarakat sekitar dan pengunjung yang ingin merasakan harmoni antara budaya Sunda, kelestarian alam, dan potensi ekonomi lokal.

 

Baca juga: Cibadak Fun Day 2024: Sajian 1.000 Menu Nusantara dan Semarak Budaya Lokal

 

Seni dan Budaya dalam Aktivasi Ruang Publik

 

Padaringan bukan sekadar acara biasa; ini adalah upaya kolaboratif untuk memanfaatkan ruang publik secara multifungsi. 

 

Di tengah keindahan alam Bukit Mbah Garut, para pengunjung disuguhkan berbagai penampilan seni tradisional Sunda yang memukau, mulai dari tari-tarian khas hingga pementasan musik tradisional yang mengalun merdu. 

 

Suasana ini menciptakan kesan mendalam bagi setiap pengunjung yang datang untuk menikmati suguhan budaya yang sarat nilai dan makna.

 

 

Namun, acara ini tidak hanya berfokus pada hiburan. Didi Ruswandi, Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, menegaskan bahwa Padaringan juga berfungsi sebagai langkah strategis untuk memperkuat gerakan ekonomi lokal. 

 

"Ini sebagai upaya multifungsi sebuah ruang. Tidak hanya konservasi tapi juga pergerakan ekonomi," ujar Didi.

 

Dorong Ekonomi Sirkular dan Restorasi Lingkungan

 

Di balik kemeriahan budaya dan keramaian pengunjung, Padaringan juga menyampaikan pesan penting tentang konservasi lingkungan dan pengembangan ekonomi yang berkelanjutan. 

 

Baca juga: Jembatan Asia Afrika: Destinasi Fotogenik dengan Sentuhan Sejarah di Jantung Kota Bandung

 

Didi menekankan konsep ekonomi sirkular sebagai landasan utama acara ini. 

 

Menurutnya, masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya yang ada secara maksimal, sehingga mampu menggerakkan roda ekonomi tanpa merusak lingkungan. 

 

 

Hal ini terlihat dalam rangkaian edukasi yang menyertai acara, di mana pengunjung diajak untuk memahami pentingnya daur ulang sumber daya dan pemanfaatan lahan secara bijak.

 

Tidak berhenti di situ, Padaringan juga membawa visi "ekonomi restorasi" yang lebih progresif, yaitu membangun perekonomian sekaligus memperbaiki kondisi lingkungan. 

 

Salah satu bentuk nyata dari konsep ini adalah rencana penanaman bambu di sekitar Bukit Mbah Garut pasca-acara. 

 

Didi berharap, dengan penanaman ini, kawasan tersebut akan menjadi lebih rimbun dan kaya akan ekosistem yang sehat. 

 

"Ke depannya kita harapkan lingkungan semakin rimbun, ekosistem semakin baik," ungkap Didi.

 

Jajanan Tradisional dan Potensi Ekonomi Lokal

 

Selain seni dan edukasi lingkungan, Padaringan juga menjadi ajang eksplorasi kuliner Sunda yang kaya rasa. Berbagai jajanan tradisional, mulai dari serabi hingga kue basah, turut memeriahkan acara. 

 

Stan-stan makanan yang dikelola oleh masyarakat lokal ini tidak hanya menyajikan makanan yang lezat, tetapi juga memperkuat potensi ekonomi warga sekitar. 

 

Pengunjung yang datang dari berbagai daerah pun turut menikmati kelezatan kuliner sembari menikmati pemandangan alam yang asri.

 

Acara ini sukses menghadirkan harmoni antara budaya, alam, dan ekonomi lokal. 

 

Melalui Padaringan, Bukit Mbah Garut tidak hanya menjadi destinasi wisata yang indah, tetapi juga simbol sinergi antara pelestarian budaya dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. 

 

Baca juga: Jejak Sejarah Jalan Braga, Kota Bandung: Antara Kemegahan dan Asal-Usul Nama

 

Pagelaran ini membuktikan bahwa ruang publik bisa menjadi platform multifungsi, tempat di mana seni, budaya, ekonomi, dan lingkungan saling berkaitan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

 

Dengan semangat kolaboratif yang diusung oleh masyarakat dan pemerintah, Padaringan menjadi contoh nyata bagaimana ruang publik dapat dimanfaatkan untuk memperkaya kehidupan masyarakat, baik secara kultural maupun ekonomi. 

 

Melalui penanaman bambu, pengembangan ekonomi sirkular, dan pelestarian budaya Sunda, acara ini menjadi lebih dari sekadar pagelaran seni—Padaringan adalah gerakan menuju keberlanjutan yang menginspirasi.(SG-2)