SALAH satu destinasi wisata religi yang tak pernah sepi dikunjungi para wisatawan dari berbagai daerah adalah Masjid Raya Al Jabbar.
Masjid Al Jabbar yang indah memiliki bentuk bak setengah bola raksasa yang berukuran 99 x 99 meter dengan tinggi 40 meter.
Dengan bentuk yang sama dan konsisten dari sisi manapun membuat arsitektur masjid ini ikonik.
Baca juga: Masjid Tionghoa Lautze 2 Kota Bandung Sediakan Takjil dan Iftar Gratis dan Gelar Tarawih
Istimewanya lagi, masjid ini berdiri tanpa satupun kolom penyangga.
Selain dengan arsitekturnya yang indah, fakta menarik dari Masjid Al Jabbar ini adalah keberadaannya terlihat terapung di atas air.
Hal ini dikarenakan posisi masjid dikelilingi oleh danau sehingga dari kejauhan terlihat seperti terapung.
Sayangnya saat Sokoguru mengunjungi Masjid Al Jabbar sambil gowes sepeda tampak sekelilingnya tidak tertata dengan baik.
Sejumlah para pedagang masih menjajakan jualannya di tempat yang kurang teratur.
Baca juga: Masjid Raya Al Jabbar Jawa Barat Diresmikan untuk Wisata Edukasi Keislaman
Selain itu, keberadaan parkir liar beroperasi di sekitar Masjid Al-Jabbar.
Untuk menambah keindahan dan kenyamanan bagi para pengunjung, masih perlu penataan dan pembenahan berkesinambungan.
Dalam upaya menata, membenahi, dan menertibkan sekitar Masjid Al-Jabbar, Kelurahan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jawa Barat berhasil menata 120 Pedagang Kaki Lima (PKL) di kawasan Masjid Raya Al Jabbar.
Sebelumnya, aktivitas para PKL sempat membuat kawasan tersebut tak tertib dan terlihat semrawut.
"Sekitar 120 PKL bertahap sudah tertata di kawasan parkir barat Masjid Raya Al Jabbar," ujar Lurah Cimincrang, Rakha Dhifan saat kegiatan Podcast Bersama Humas Bandung, Rabu (20/3).
Baca juga: 'Kampoeng Ramadhan Jogokariyan' (KRJ) Bangkitkan Pelaku UMKM dan Ekonomi Masyarakat
Di kawasan parkir tersebut, lanjutnya, merupakan lahan untuk parkir sekitar 80 - 100 bus. Sehingga dengan luas itu, dimanfaatkan untuk penataan PKL.
Ia berharap, ketika parkir bus dan turunnya penumpang, para PKL bisa memanfaatkan untuk menawarkan barang dagangannya.
"Alhamdulilah itu (120 PKL) cukup untuk menertibkan PKL yang asalnya berada di halaman (depan masjid)," ujar Rakha sebagaimana dilansir situs Pemkot Bandung.
Ia mengungkapkan, pihaknya memprioritaskan ‘warlok’ alias warga lokal yang tinggal di wilayah Cimincrang.
"Kami prioritaskan warga asli. Karena mereka yang mendapatkan dampak pembangunan masjid itu," ujar Rakha.
Selain PKL, Pengelola Masjid Raya Al Jabbar juga mengoptimalkan warga Cimincrang untuk menjadi pekerja. Mulai dari office boy (OB) hingga security.
Hal itu, menurut Rakha, sebagai pemberdayaan masyarakat di wilayah tersebut sebagai penyerapan tenaga kerja.
"Ini pemberdayaan warga, ada 70 persen tenaga kerja di sana, warga kami dan 30 persen dari luar," bebernya.
Hadirnya Masjid Raya Al Jabbar juga meningkatkan perekonomian warga. Sejumlah warga memilih untuk berniaga.
"Di samping banyak yang berdagang. Saya pernah bertanya ke salah satu pedagang, untuk jual minuman mineral saja, keuntungannya hampir Rp700.000 sehari," jelas Rakha. (SG-2)