DI antara deretan ruko (rumah toko) di Jalan Lautze, Karang Anyar, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, berdiri sebuah masjid.
Sekilas tempat ibadah umat Islam tersebut tidak seperti masjid pada umumnya dengan ciri khas kubah. Hanya warna merah tua mendominasi dengan paduan kuning yang menghias masjid tersebut.
Baca juga: 'Ramadan Ing Kebun' di Umbulharjo Sajikan Beragam Kuliner dan Edukasi Peduli Lingkungan
Tampak dari muka dekorasi khas Tionghoa sangat kental melekat pada masjid tersebut. Namun pintu masuk yang berbentuk bulat seperti masjid pada umumnya tetap menjadi ciri masjid ini.
Masjid yang didirikan sejak tahun 1991 dikenal sebagai Masjid Lautze yang sesuai dengan nama jalan lokasi di mana masjid tersebut berada.
Masjid Lautze dibangun sebagai sarana dakwah untuk kalangan etnis Tionghoa di wilayah DKI Jakarta. Masjid ini sempat direnovasi untuk diperluas yang semula satu ruko menjadi dua roko.
Pendiri Masjid Lautze, Oei Tjeng Hien atau Abdul Karim Oei
Pendiri Masjid Lautze adalah seorang tokoh dari etnis Tionghoa Oei Tjeng Hien yang namanya berubah menjadi Abdul Karim Oei setelah menganut Islam.
Siapa sebenarnya Abdul Karim Oei? Pria yang lahir pada 6 Juni 1905 ini merupakan perintis ajaran Islam dari etnis Tionghoa-Indonesia.
Ia juga mendirikan organisasi warga etnis Tionghoa Islam yang disebut Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan juga menjadi salah satu tokoh Muhammadiyah.
Abdul Karim Oei juga merupakan salah satu tokoh nasional yang turut memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia bersama dengan Soekarno dan Buya Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal dengan nama HAMKA.
Baca juga: Pemkot Yogyakarta Tetapkan Aturan Jam Operasional Hiburan Malam Selama Ramadan
Dalam dunia politik, Abdul Karim Oei juga dikenal sebagai anggota DPR (1956-1959) yang mewakili kaum Tionghoa, dan pernah menjabat Ketua Partai Masyumi Bengkulu (1946-1960).
Abdul Karim Oei dilahirkan di Padang Panjang, Sumatera Barat, pada 6 Juni 1905 dengan nama asli Oei Tjeng Hien.
Sejak usia 2 bulan, Oei sudah menjadi piatu dan dibesarkan oleh kakak iparnya. Pendidikan yang pernah ditempuh Oei adalah Sekolah Dasar Zaman Belanda dan kursus pedagang.
Pada tahun 1926, Oei mulai menjadi pemeluk agama Islam yang saat itu sangat jarang dilakukan oleh warga Tionghoa. Abdul Karim Amrullah, ayah dari tokoh agama terkemuka Buya Abdul Malik Karim Amrullah atau HAMKA) lalu memberinya nama Islam "Abdul Karim".
Pada tahun 1967-1974, H.Abdulah Karim Oei aktif menjabat sebagai Pimpinan Harian Masjid Istiqlal Jakarta, anggota Dewan Penyantun Dewan Pengurus Badan Komunikasi Penghayatan Kesatuan Bangsa (BAKOM PKAB), dan anggota Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Masjid Lautze 2 di Kota Kembang Bandung
Ternyata tidak hanya di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Masjid Lautze juga berdiri di Kota Bandung dengan nama "Masjid Lautze 2" yang berada di Jalan Tamblong.
Masjid Lautze 2 yang terletak di Jalan Tamblong Kota sekilas atau dari kejauhan tampak dekorasinya mirip kelenteng karena sangat kental gaya arsitektur Tionghoa-nya.
“Awalnya, masjid ini sekitar tahun 1997 dibuka dan luasnya hanya sekitar 6x9 meter. Namun sambil berjalan, kami telah melakukan pelebaran,” ujar Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Lautze 2 Bandung, Rahmat Nugraha sebagaimana dilansir situs Pemkot Bandung, Sabtu (16/3).
Baca juga: 'Kampoeng Ramadhan Jogokariyan' (KRJ) Bangkitkan Pelaku UMKM dan Ekonomi Masyarakat
“Sehingga untuk saat ini saja, kami bisa menampung hingga 800 jamaah saat salat Jumat,” ucap Rahmat.
Ia juga menyebut, letak Masjid Lautze 2 yang sangat strategis (berada di tengah kota dan pinggir jalan raya) menjadikan masjid ini penuh berkah dan mudah memantik perhatian.
Hal ini juga berpengaruh pada program reguler maupun program di bulan Ramadan, yang dijalankan oleh DKM.
Karena antusias warga sekitar, juga bertambahnya jemaah masjid ini seiring waktu, pihak DKM juga meminta izin agar dapat menutup sebagian ruas Jalan Tamblong saat pelaksanaan ibadah Salat Jumat.
Hasilnya, seperti tadi diceritakan. 800 jemaah bisa ditampung di Masjid Lautze 2 ini. Padahal awalnya, Masjid Lautze 2 memiliki jamaah kurang dari 100 orang.
Selama bulan suci Ramadan, Masjid Lautze 2 juga membagikan takjil dan iftar gratis bagi umat muslim yang hendak berbuka puasa di sekitar kawasan masjid.
Sekitar 700-1.000 kurma dan air mineral, lalu 250-300 makanan berat disiapkan untuk kemudian dibagikan.
Rahmat menyebut, makanan-makanan ini merupakan bantuan dari berbagai pihak, salah satunya saudara-saudara mualaf baru yang menjadi jemaah Masjid Lautze 2.
“Kegiatannya bersifat sosial. Kita sediakan takjil on the street. Kami sediakan 800 sampai 1.000 kurma dan air mineral, lalu ada 250 sampai 300 iftar. Kateringnya kita didukung oleh saudara-saudara baru kita (mualaf) di Masjid Lautze,” bebernya.
Di bulan Ramadan ini, Masjid Lautze 2 juga menggelar ibadah Salat Isya dan disambung dengan salat tarawih. (SG-2)