Soko Lokal

Resmikan Sentra IKM Tenun Sambaliung di Berau, Kemenperin Fokus Kembangkan Industri Wastra Daerah

Pelaku IKM tenun perlu memanfaatkan peluang, literasi digital, dan menjalin kemitraan dengan desainer, akademisi, maupun sektor ekonomi terkait lainnya.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
26 Mei 2025
<p>Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita meresmikan  Sentra IKM Tenun Sambaliung di Sukun Tengah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu. (Dok. Kemenperin)</p>

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita meresmikan  Sentra IKM Tenun Sambaliung di Sukun Tengah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu. (Dok. Kemenperin)

SOKOGURU, BERAU- Pemerintah terus berupaya menjadikan industri wastra atau kain tradisional sebagai komoditas unggulan identitas bangsa yang mampu memberi manfaat besar bagi perekonomian serta menyediakan lapangan pekerjaan di masyarakat. 

Guna memaksimalkan potensi industri tenun lokal tersebut,  baru-baru ini  Sentra industri kecil dan menegah (IKM) Tenun Sambaliung di Sukun Tengah, Kecamatan Sambaliung Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur diresmikan.

Sentra IKM tenun tersebut didirikan hasil kolaborasi Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian (Ditjen IKMA Kemenperin) dengan Pemerintah kabupagen (Pemkab) Berau.

Baca juga: Bikin Industri Rendang Semakin Nendang, Kemenperin Revitalisasi Sentra IKM Rendang

Hadir saat peresmian Sentra IKM Tenun Sambaliung tersebut Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita

Menurutnya, pengembangan Sentra IKM Tenun Sambaliung sebagai upaya dalam memaksimalkan potensi industri tenun lokal yang menggunakan skema pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang IKM tahun 2022 dan 2024. 

Sentra IKM Tenun Sambaliung  telah membina sebanyak 22 IKM tenun yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Berau

Baca juga: Tembus Omzet Rp158 Miliar per Tahun, Sentra IKM Perak Desa Celuk Manfaatkan DAK Naikkan Produksi

“Pengembangan sentra bertujuan untuk mendukung pelaku IKM melalui berbagai layanan seperti fasilitasi produksi dengan mesin dan peralatan terbaru, standardisasi produk, hingga bantuan promosi dan pemasaran,” terang Reni, dalam keterangan resmi Kemenperin, Minggu, 25 Mei 2025. 

Pengembangan sentra itu juga, ujarnya,  merupakan langkah nyata pemerintah dalam mengembangkan ekosistem sentra IKM Tenun Sambaliung di Kabupaten Berau.

Dirjen IKMA mengungkapkan, pengembangan sentra tidak terlepas dari potensi industri wastra yang dapat menjadi salah satu sektor industri yang menerapkan prinsip industri ramah lingkungan melalui konsep slow fashion dalam proses bisnisnya. 

Baca juga: Kemenperin Optimalkan Sentra IKM Kulit di Yogyakarta, Ekspor Produk Kulit RI Naik 8 Persen

Saat ini, jelas Reni, sedang berkembang gerakan sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan di tengah gencarnya trend  fast fashion. 

“Industri wastra nusantara hadir bukan hanya sebagai produk budaya, melainkan juga solusi yang proses pembuatannya sarat akan nilai kearifan lokal, penggunaan bahan alami, serta filosofi yang terkandung di dalamnya menjadikan wastra sangat sejalan dengan konsep slow fashion,” imbuhnya. 

 

Potensi besar

Lebih lanjut, Dirjen Reni menekankan industri wastra sebagai industri fesyen yang menekankan kualitas, keberlanjutan, dan keadilan bagi setiap pihak. 

Hal itu juga sebagai bagian dari upaya Kemenperin mendorong industri tenun sebagai salah satu bagian dari subsektor industri tekstil nasional yang memiliki potensi besar di Indonesia.

“Sebagai sektor industri yang digeluti para perajin, industri tenun tidak hanya berperan dalam mempertahankan tradisi, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi keluarga,” tambahnya.

Reni juga menekankan pentingnya semangat para IKM untuk dapat terus berinovasi menjadikan produk tenun Kabupaten Berau sebagai produk yang dapat bersaing di pasar lokal, bahkan mampu menembus pasar ekspor. 

“Kami menekankan juga kepada para IKM agar tetap memperhatikan kualitas produk, diversifikasi pasar, dan promosi yang berkelanjutan,” jelasnya.

Selain itu, perlunya pelaku IKMA dapat memanfaatkan peluang dan literasi digital, serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki potensi pengembangan produk tenun dalam ekspansi pasar seperti desainer, akademisi, maupun sektor ekonomi terkait lainnya.

Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Yedi Sabaryadi, mengungkapkan, akan dilakukan langkah pemantauan dan evaluasi atas operasional Sentra IKM Tenun Sambaliung terhadap kajian dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Berau.

 “Khususnya pada aspek kelembagaan sentra berupa UPTD yang pembentukannya diharapkan selesai di tahun ini,” ujarnya.

Yedi menambahkan, pihaknya berharap dengan adanya UPTD, sentra IKM dapat menjadi wadah yang efektif untuk pengembangan IKM, meningkatkan daya saing produk, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.

Kami akan mengawal pelaksanaan pengembangan Sentra IKM Tenun Sambaliung melalui evaluasi yang akan dilakukan pada triwulan III tahun 2025, dan diharapkan sentra dapat beroperasi dengan rutin, optimal, dan berkelanjutan disertai dengan standar operasional berdasarkan kajian yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2024,” jelasnya.

Yedi berharap, juga pada 2025 ini, kelembagaan sentra berupa UPTD dapat mulai menerapkan skema pembiayaan mandiri baik bersumber dari APBD maupun retribusi yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan. 

“Kami mengimbau kepada para pelaku IKM tenun, mari kita manfaatkan fasilitas ini secara optimal dan jadikan tempat ini sebagai ruang kolaborasi, tempat belajar, berinovasi, dan meningkatkan daya saing,” tutupnya. 

Industri wastra Indonesia seperti batik dan tenun sangat erat kaitannya dengan perkembangan industri fesyen dalam negeri.

Industri wastra nasional memiliki nilai tinggi berupa identitas dan ciri khas yang merupakan hasil dari perpaduan antara kearifan lokal dan kreativitas masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. 

Namun demikian, proses produksi yang rumit dan memerlukan keahlian serta keterampilan para perajin, menjadi tantangan tersendiri bagi industri wastra nasional dalam menghadapi persaingan pasar fesyen. (SG-1)