SOKOGURU, GIANYAR- Dalam seni kerajinan perak, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, memiliki sejarah panjang. Kerajinan perak di daerah itu telah berkembang sejak 1915.
Awalnya, kerajinan perak yang diproduksi, hanya untuk keperluan upacara adat, namun pada 1935 mulai merambah ke sektor perhiasan dan aksesori yang diproduksi untuk kepentingan komersial.
Seiring perjalanan waktu, terlebih saat memasuki era modern, perajin mulai menghadapi berbagai tantangan. Keterbatasan inovasi, sulitnya menjangkau pasar yang lebih luas, hingga minimnya pelatihan dan dukungan manajerial menjadi kendala bagi perajin untuk berkembang. Pemerintah pun menyadari dibutuhkan sebuah wadah kolektif yang mampu mengintegrasikan berbagai sumber daya untuk meningkatkan daya saing industri kerajinan perak di Desa Celuk.
Baca juga: Kemenperin Optimalkan Sentra IKM Kulit di Yogyakarta, Ekspor Produk Kulit RI Naik 8 Persen
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, di Jakarta, Rabu, 23 April 2025.
“Diperlukan sinergi kuat antara pemerintah pusat dan daerah agar pembangunan sentra industri kecil dan menengah (IKM) bisa tepat sasaran dan berkelanjutan. Hal ini untuk memastikan bahwa sentra benar-benar menjawab kebutuhan pelaku IKM di lapangan,” katanya dalam keterangan resmi Kemenperin.
Reni mengungkapkan, kolaborasi dalam pengembangan Sentra IKM Kerajinan Perak Celuk tidak hanya fokus pada pengembangan sentra, tetapi juga menyasar pada peningkatan efisiensi produksi, pengembangan inovasi dan kreativitas, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia perajin perak.
Menurutnya, pembiayaan pengembangan sentra dilakukan lewat pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Awalnya dengan pembangunan Gedung Pusat Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Perak di Jalan Klaci, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar pada 2016 dan 2018. Lalu direvitalisasi pada tahun 2022.
Baca juga: Pemanfaatan Skema DAK Fisik Dongkrak Daya Saing Sentra IKM Olahan Pangan di Lombok Tengah
Alokasi DAK juga digunakan untuk melengkapi fasilitas sentra dengan teknologi modern, yang menjadi kunci peningkatan daya saing perajin lokal di tengah pasar global yang semakin kompetitif.
Gedung Pusat Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk menyediakan berbagai fasilitas modern yang dimanfaatkan oleh para pelaku IKM.
Adapun fasilitas yang disediakan uji kadar perak, fasilitas casting, desain 2D dan 3D, CNC engraving dan milling, 3D printing, serta mesin laser cutting dan marking untuk produksi massal.
Teknologi itu tidak hanya mempercepat proses produksi, tetapi juga meningkatkan presisi, daya tahan, dan kualitas estetika produk.
Reni menambahkan, pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi standar pasar ekspor, khususnya di kawasan Eropa yang sangat menekankan aspek kualitas dan tingkat kepresisian produk.
Baca juga: Baru Setahun Hadir, Produksi dan Perajin di Sentra IKM Batik Mojokerto Meningkat dan Kian Bergeliat
“Melalui fasilitas ini, perajin kini dapat mengakses teknologi tinggi, sekaligus memperkenalkan teknologi modern dalam industri kerajinan tradisional Bali,” imbuhnya.
Omzet Rp158 miliar per tahun
Lebih lanjut, Reni menjelaskan, saat ini terdapat 152 unit usaha IKM di lingkungan Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk dengan total tenaga kerja sebanyak 2.364 orang.
Hal itu menandai industri kerajinan perak semakin inklusif dan berdampak langsung terhadap ekonomi lokal. Adapun volume produksi di sentra tersebut mencapai 4.515 kg per tahun dengan nilai omzet tembus angka Rp158 miliar per tahun.
Tidak hanya menjangkau pasar domestik, produk kerajinan perak dari Desa Celuk juga menembus pasar ekspor dengan pengiriman rutin ke Amerika Serikat, Australia, Asia Timur, Eropa, Asia Tengah, hingga Afrika.
“Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk adalah bukti pelestarian budaya tidak harus berjalan sendiri. Dengan dukungan teknologi dan strategi yang tepat, produk warisan lokal bisa bersaing secara global,” imbuh Reni.
Dirjen IKMA menyampaikan, sentra IKM lebih dari sekedar fasilitas produksi namun turut berperan membangun ekosistem pembelajaran yang menyeluruh, khususnya bagi generasi baru perajin yang adaptif dan inovatif.
“Melalui pelatihan teknologi, pengembangan desain, dan manajemen usaha, sentra ini memastikan keberlanjutan industri dalam jangka panjang. Tentu saja, semua ini tak lepas dari peran strategis pemerintah daerah dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya IKM,” ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan pun telah menyusun langkah strategis ke depan.
Itu termasuk penguatan kelembagaan sentra, pelatihan operator, pengembangan kemitraan, serta penyusunan strategi branding produk secara kolektif.
Sementara itu, Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA), Yedi Sabaryadi, menyampaikan, sejumlah IKM di sentra industri kerajinan perak Desa Celuk telah difasilitasi untuk mengikuti berbagai pameran lokal sebagai ajang promosi dan perluas akses pasar.
Di sisi pengembangan kapasitas, pendampingan melalui program Design Lab telah menyasar belasan pelaku usaha, membantu mereka dalam inovasi desain dan diferensiasi produk sesuai tren pasar.
Menurut Yedi, fasilitasi itu merupakan bagian dari strategi pengembangan yang komprehensif, yang tidak hanya fokus pada peningkatan produksi tetapi juga pada penguatan branding dan perluasan jaringan pasar.
Selain itu, program yang diselenggarakan oleh Kemenperin seperti Design Lab, juga menjadi salah satu wujud konkret upaya pemerintah dalam mempertemukan kemampuan para perajin dengan kreativitas desainer lokal agar industri kerajinan perak Desa Celuk dapat mengikuti perkembangan produk yang diminati pasar global.
“Kami harap di masa mendatang, Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk dapat terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) maupun Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar sebagai unit kerja dari Kemenperin, maupun dengan pihak lainnya seperti akademisi, asosiasi, desainer hingga influencer,” tuturnya.
Yedi menyatakan, sentra IKM ini tidak hanya menjadi tempat produksi, tetapi harus berkembang sebagai pusat inovasi dan edukasi, terutama bagi generasi muda.
“Di sinilah warisan seni kerajinan perak Bali bisa dilanjutkan, dikembangkan, dan disebarluaskan ke pasar dunia,” pungkasnya.
Kemenperin bertekad untuk terus mengembangkan sentra IKM, karena berperan penting terhadap upaya peningkatan produktivitas dan daya saing pelaku IKM di daerah.
Langkah strategis ini juga diyakini dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Untuk itu, Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) bersinergi dengan pemerintah daerah seperti Kabupaten Gianyar untuk mendorong penguatan ekosistem industri kerajinan perak secara menyeluruh.
Kolaborasi itu diwujudkan melalui pembangunan Sentra Industri Kerajinan Perak yang berlokasi di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, sebuah kawasan yang sejak lama dikenal sebagai pusat kerajinan perak tradisional Bali. (SG-1)