SOKOGURU, Jakarta- Pelaku industri kain tenun terus didorong agar beralih menggunakan pewarna alam, karena sesuai dengan prinsip industri hijau yang ramah lingkungan.
Selain itu, ketersediaan pewarna alam juga melimpah di Indonesia, dapat ditemui di alam sekitar dan cocok untuk digunakan oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM).
Dalam upaya peningkatan daya saing IKM tenun tersebut, Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) bersama Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) menggelar Bimbingan Teknis (bimtek) Pewarnaan Alam IKM Tenun di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, pada 18- 21 Maret 2025.
Baca juga: Deweluxe Sambut Bulan Puasa dan Lebaran dengan Koleksi Gamis Tenun
Sebanyak 20 IKM tenun dari daerah itu mengikuti bimtek tersebut dengan instruktur dari Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BBSPJI) Kerajinan dan Batik.
Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Reni Yanita, dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis (20/3).
“Pelaku industri kain tenun kerap mengalami tantangan dalam upaya peningkatan kualitas dan inovasi produknya. Misalnya, keterbatasan terhadap sumber daya seperti bahan pewarna. Sebab itu kami terus mendorong pelaku IKM tenun agar beralih menggunakan pewarna alam,” terangnya.
Menurut Reni, Kemenperin semakin gencar meningkatkan daya saing IKM dalam negeri, termasuk pada pelaku IKM wastra (kain) tradisional.
Baca juga: Dorong UMKM Mendunia, Dekranasda Jabar Gaungkan Pesona Tenun Majalaya
Upaya peningkatan daya saing itu antara lain terkait kualitas produk, kapasitas pemilik usaha, kemampuan perajin, serta mendorong untuk penerapan industri ramah lingkungan.
“Kain tenun, yang juga merupakan salah satu komoditas unggulan budaya Indonesia. Sebagai bagian dari industri tekstil, komoditas kain tenun memiliki kontribusi besar dalam perekonomian nasional,” imbuhnya.
Kemeperin, lanjut Reni, mencatat, potensi industri tekstil di Indonesia didukung dengan jumlah produsen kain skala kecil melebihi dari 300 ribu unit usaha, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 450 ribu orang.
“Kain tenun sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia juga memiliki peluang pasar besar dan dan mampu membawa dampak ekonomi secara substantif. Hal itu ditunjukkan oleh nilai ekspor kain tenun ikat pada 2024 yang mencapai nilai USD701,6 juta,” ungkap Dirjen IKMA lagi.
Untuk itu, tenun harus terus kita lestarikan dan kembangkan industrinya bersama seluruh stakeholder terkait.
Lebih lanjut, Reni menyebut, kekayaan alam Indonesia yang dapat dijadikan bahan pewarna alam, antara lain kunyit, kayu nangka, daun mangga, jambu biji, dan lain-lain.
“Pewarna alam tidak hanya ekonomis, tetapi juga mampu meningkatkan nilai tambah pada produk tenun. Bahkan, dengan juga didukung oleh preferensi konsumen global saat ini, menjadikannya sebuah peluang yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing,” tambahnya.
Penggunaan pewarna alam pada produk wastra dapat memberikan corak yang khas dengan warna-warna beragam dan menarik. Apalagi saat ini konsumen juga mengalami perubahan selera dan lebih peka terhadap isu lingkungan, sehingga mereka jadi lebih pro terhadap produk-produk sustainable.
HUT Dekranas ke-45
Kegiatan bimtek pewarnaan alam tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara perayaan HUT Dekranas ke-45 yang dibuka pada 11 Maret 2025.
Baca juga: 15 IKM Olahan Kelapa dan Tenun Kain Dapat Pendampingan dari Kemenperin
Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Budi Setiawan, menjelaskan,
dalam pelaksanaannya, kegiatan bimtek melibatkan Dinas Koperasi dan UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Penajam Paser Utara, Ketua Dekranasda Kota Penajam Paser Utara, Direktur Pemberdayaan Masyarakat Otorita IKN, serta Kepala Desa Telemow.
“Adapun komposisi pelaksanaan kegiatan bimbingan teknis itu 80% berupa materi praktik, jadi para peserta dapat langsung menerapkan ilmunya. Tentunya, mereka akan dibekali pengetahuan seputar proses pewarnaan alam pada benang tenun terlebih dahulu,” ujarnya.
Menurut Budi, bahan-bahan pewarna alam yang digunakan juga berasal dari alam sekitar, dengan begitu para peserta dapat membuat produk Tenun khas Penajam Paser Utara dengan ciri khas tersendiri karena memanfaatkan sumber daya lokal yang ada. (SG-1)