SOKOGURU - Bulan Ramadan adalah momen yang tepat bagi pelaku usaha kuliner untuk meraih keuntungan.
Salah satu menu yang selalu dicari saat berbuka puasa adalah kolak, yang terdiri dari pisang, ubi, dan kolang-kaling dengan kuah santan dan gula merah.
Namun, sebelum menentukan harga jual, penting bagi pelaku usaha untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) agar bisnis tetap menguntungkan.
HPP adalah total biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu porsi atau satu unit produk yang dijual.
Dalam bisnis kuliner, perhitungan HPP sangat penting untuk memastikan harga jual yang kompetitif tanpa merugikan usaha.
Dengan mengetahui HPP, pelaku usaha dapat menentukan harga yang sesuai dengan pasar dan tetap memperoleh keuntungan.
Komponen utama dalam perhitungan HPP terdiri dari tiga elemen utama, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead.
BACA JUGA: UMKM Kuliner Ramadan: Strategi Jitu Menghitung HPP agar Bisnis Ayam Geprek Tetap Untung!
Ketiga komponen ini harus dihitung dengan cermat agar harga jual yang ditetapkan tidak terlalu murah atau terlalu mahal bagi konsumen.
Langkah pertama dalam menghitung HPP adalah menentukan biaya bahan baku.
Untuk kolak, bahan-bahan yang dibutuhkan meliputi pisang, ubi, kolang-kaling, santan, dan gula merah.
Misalnya, jika satu porsi kolak membutuhkan 1/2 pisang, 50 gram ubi, 30 gram kolang-kaling, 100 ml santan, dan 30 gram gula merah, maka total biaya bahan baku per porsi harus dihitung berdasarkan harga pembelian bahan-bahan tersebut.
Selain biaya bahan baku, pelaku usaha juga harus memperhitungkan biaya tenaga kerja.
Jika usaha dilakukan sendiri, bisa dihitung berdasarkan estimasi upah minimum harian.
Namun, jika mempekerjakan karyawan, gaji mereka harus dihitung sebagai bagian dari biaya produksi dan dibagi sesuai jumlah produk yang dihasilkan dalam sehari.
Komponen lain yang tidak boleh diabaikan adalah biaya overhead. Biaya ini mencakup gas untuk memasak, listrik, sewa tempat (jika ada), serta peralatan seperti panci dan kompor.
Meskipun tidak sebesar biaya bahan baku dan tenaga kerja, biaya overhead tetap berkontribusi terhadap total HPP.
Rumus dasar untuk menghitung HPP adalah:
HPP = (Total Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead) / Jumlah Produk yang Dihasilkan
Dengan rumus ini, pelaku usaha bisa mendapatkan angka dasar sebelum menentukan harga jual yang ideal.
Sebagai contoh, jika total biaya bahan baku untuk membuat 20 porsi kolak adalah Rp100.000, biaya tenaga kerja Rp50.000, dan biaya overhead Rp30.000, maka HPP per porsi adalah: HPP = (100.000 + 50.000 + 30.000) / 20 = Rp9.000 per porsi.
Setelah mengetahui HPP, langkah selanjutnya adalah menentukan harga jual. Pelaku usaha disarankan menambahkan margin keuntungan sekitar 30%-50% tergantung kondisi pasar.
BACA JUGA: Serapan Gabah Sesuai HPP oleh Bulog Jadi Tantangan Besar Swasembada Pangan
Jika HPP per porsi Rp9.000, maka harga jual ideal bisa berkisar Rp12.000 - Rp14.000 agar tetap bersaing dan menguntungkan.
Untuk mengoptimalkan HPP, pelaku usaha bisa membeli bahan baku dalam jumlah besar untuk mendapatkan harga lebih murah, mengurangi pemborosan, serta menggunakan strategi promosi agar produk lebih cepat terjual.
Efisiensi dalam operasional juga dapat membantu menekan biaya produksi.
Beberapa kesalahan umum yang harus dihindari dalam perhitungan HPP adalah tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja, mengabaikan biaya overhead, serta menentukan harga jual tanpa mempertimbangkan margin keuntungan.
Kesalahan ini dapat menyebabkan bisnis mengalami kerugian meskipun penjualan tinggi.
Dengan menghitung HPP secara cermat, pelaku usaha kuliner dapat menentukan harga jual yang sesuai dan tetap mendapatkan keuntungan selama bulan Ramadan.
Jangan lupa untuk terus mengevaluasi biaya dan strategi penjualan agar usaha semakin berkembang. Selamat berjualan dan semoga sukses! (*)