SEKUMPULAN orang dari yang muda hingga tua berjalan dalam satu barisan di koridor menuju gedung Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Mereka terlihat berkalung tanda pengenal ITB Startup Bootcamp 2024. Setelah sampai di pelataran gedung FSRD ITB, terduduk seorang pria berkulit sawo matang, seraya menyambut para peserta dan mengajak mereka melingkar.
“Selamat datang di pos How to Start a Team, perkenalkan nama saya Farih Muwaffaq,” ujar CEO & Founder dari startup Selasar Kampus itu kepada para peserta.
Baca juga: Tim ITB Juarai Huawei ICT Competition Global Final di Shenzhen
ITB Startup Bootcamp 2024 memang beda, kegiatan yang dihelat di kampus Ganesha, pada Sabtu (29/6) itu menyajikan program pelatihan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan.
Mulanya acara dibuka di Campus Centre Timur ITB dengan melibatkan ITB Career Center, sponsor, dan Startup Bandung. Helatan yang diikuti 146 orang itu, mengikuti acara bertajuk "The Running Game," yakni sebuah aktivitas pos to pos di seluruh area kampus ITB, termasuk Selasar CRCS, Taman Belakang Perpustakaan (Tiang Air), Selasar GKU Timur depan BNI, dan beberapa lokasi lainnya.
Di lokasi-lokasi itu, mereka bertemu para CEO sukses yang akan membagikan pengalaman mereka dalam membangun startup, yakni Notaris Startup Gani Kurnia; CEO House of Noir Kemas, Argyan; CEO Fitfuel, Yoel Tristan; CEO Selasar Kampus, Farih Muwaffaq, dan CEO Digitalane Arius Friyansah.
Baca juga: ITB Bentuk Satgas Aplikasi AI sebagai Komitmen dalam Transformasi Tridarma
Tak hanya itu, bagi para peserta yang masuk kelompok scale up, mereka berkesempatan untuk didampingi oleh mentor, yakni CEO Rentaloca Annisa Kasya, CEO Curaweda Azhar Muhammad, dan CEO Labtek Indie Seterher Akbar.
Mereka akan memaparkan berbagai pengalamannya dengan topik paket lengkap untuk membangun usaha rintisan (startup), di antaranya cara memulai bisnis, membangun tim, administrasi, legalitas, perpajakan, agile & digital mindset, branding & marketing, dan Scaleup Session.
Meski perjalanannya cukup panjang dan memeras keringat, lelah mereka terbayar ketika para CEO sukses itu mengungkap resep-resepnya dalam membangun dan meng-scale up startup.
Baca juga: ITB dan Pemkot Bandung Siap Berkolaborasi Atasi Permasalahan Sampah
ITB Startup Bootcamp dihelat setahun sekali, kegiatan itu merupakan inisiatif ITB Career Center untuk memperkenalkan dasar-dasar startup kepada para peserta dan membantu mereka dalam mengembangkan bisnis ke tahap selanjutnya.
Tak hanya itu, agenda itu pun didesain untuk menciptakan ekosistem startup ITB yang kuat dan berkelanjutan, yang pada akhirnya berkontribusi pada pembangunan ekosistem inovasi yang lebih luas di Indonesia.
Membangun tim
Dalam dunia startup, membangun tim yang solid dan kompeten menjadi fondasi utama untuk kesuksesan jangka panjang. Founder Selasar Kampus, Farih Muwaffaq, berbagi pengalamannya dalam mengelola tim dan menavigasi berbagai tantangan yang muncul di perjalanan mereka.
Menurutnya, membentuk tim yang memahami kompetensi setiap anggota adalah hal krusial, karena berkaitan dengan jangka panjang. Farih menekankan pentingnya memiliki visi yang sama sejak awal, bukan sekadar mengejar uang.
“Diversitas dalam tim juga menjadi kunci untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai pendekatan, sehingga tidak terjebak dalam cara pikir yang sempit,” ujarnya.
Manajemen tim
Setelah tim terbentuk, kata Farih, langkah berikutnya adalah manajemen tim yang efektif. Farih menekankan pentingnya memberikan peran dan tanggung jawab yang jelas kepada setiap anggota. Misalnya, si A fokus pada marketing, si B juga di marketing, namun dengan tugas yang berbeda.
“Usahakan masing-masing orang punya peran dan tanggung jawab yang jelas,” tegasnya.
Untuk mempermudah manajemen, ia merekomendasikan penggunaan alat seperti Trello atau spreadsheet untuk menyusun timeline dan pertemuan rutinitas mingguan. Ini penting, terutama bagi anggota tim yang masih mahasiswa, agar setiap progress bisa terlacak dengan baik.
Lebih lanjut, Farih mengingatkan, dalam perjalanan membangun startup, konflik tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, ia menyarankan untuk membuat dokumen perjanjian sejak awal.
“Usahakan dari awal sudah ada perjanjiannya, karena nanti teman-teman bakal kerepotan kalau tiba-tiba ada yang minta duit dan sebagainya,” katanya.
Ia mengingatkan bahwa pertemanan tidak boleh dicampur adukkan dengan bisnis.
Pelatihan dan pengembangan
Farih juga menekankan perlunya pelatihan dan pengembangan untuk anggota tim dengan tujuan meningkatkan kompetensi anggota tim sebagai cara kita berinvestasi kepada manusia.
“Kalau orangnya sama terus kita harus ada effort lebih untuk mengajarkan orang, tapi itulah cara kita untuk invest to human yang juga akan bermanfaat bagi perusahaan” ujarnya.
Bicara soal bisnis, Farih menyebutkan tiga kunci utama: operasional, marketing, dan penjualan. Pada awalnya, kebutuhan tim harus di list seminimal mungkin sesuai dengan bisnis yang ingin dijalankan.
“Kalau ada income dan revenue di awal, marketing menjadi penting. Tujuan bisnis kan mencari duit,” jelasnya.
Fokus pada ide
Kepada para peserta, Farih juga mengingatkan pentingnya fokus pada ide yang dimiliki dan segera membawa produk ke publik, meskipun fiturnya masih minim. Ia mencontohkan Flip yang awalnya hanya menggunakan Google Form sebelum akhirnya berkembang lebih jauh.
Lulusan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) ITB ini pun berbagi kisah bagaimana ia memulai Selasar Kampus dengan pendekatan berbeda dari bisnis bimbingan belajar konvensional. Fokusnya adalah membantu siswa mengenal diri mereka sendiri dan mencapai tujuan hidup yang lebih baik.
Berbeda dengan bimbingan belajar biasa, jelasnya, Selasar Kampus ingin memastikan setiap siswa memiliki well-being yang maksimal.
Terinspirasi dari Dicoding yang didirikan oleh mantan karyawan Nokia dengan modal pesangon, Farih dan timnya juga menghadapi tantangan serupa. Mereka harus mengandalkan tabungan pribadi dan bekerja keras untuk mencapai keberhasilan.
Sangat bermanfaat
Di Penghujung acara Muhammad Dinar,28 , Mahasiswa jurusan Planologi ITB menyampaikan keseruannya mengikuti acara tersebut.
“Acaranya bermanfaat sekali buat kita, terutama yang baru memulai, maupun ada rencana untuk scaling up usahanya. Dan keuntungannya mungkin yang paling pertama menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, sama yang paling penting dalam entrepreneur atau berwirausaha itu berjejaring,” ujarnya kepada Sokoguru.
Mahasiswa jurusan Planologi ITB itu pun berharap pada acara-acara berikutnya disediakan waktu lebih banyak dan juga ada kegiatan praktik, tidak melulu teori.
“Mungkin akan lebih baik ke depan banyak praktiknya juga dan waktunya mungkin diperpanjang sehingga bisa lebih banyak implementasi dan case study-nya itu seperti apa dalam pelaksanaannya, karena sekarang ini masih bicara teori,” pungkasnya.
Seusai acara, para peserta terlihat senyum dan mereka menilai kegiatan hari itu menyenangkan. (Fajar Ramadan/SG-1)