Soko Inspirasi

Komunitas Cika-Cika: Sulap Sungai Cikapundung dari Tumpukan Sampah Jadi Ruang Publik

Bagi Iin,perempuan yang berusia 60 tahun ini, sungai itu adalah sahabat sejati yang berbicara lewat cara unik: menghadirkan keajaiban kecil yang membantu misinya menjaga lingkungan.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
20 Desember 2024
Pendiri Komunitas Cika-Cika. Iin Ina Marsina, 60. (SG/Andhika Prana/Fajar Ramadan)

SUNGAI Cikapundung bukan sekadar aliran air bagi Iin Ina Marsina yang kini menginjak 60 tahun, pendiri Komunitas Cika-Cika. 

 

Baginya, sungai itu adalah sahabat sejati yang berbicara lewat cara unik: menghadirkan keajaiban kecil yang membantu misinya menjaga lingkungan.

 

“Pernah suatu waktu saya membayangkan bantaran sungai ini bagus kalau ada bangku-bangku,” kenang Iin kepada sokoguru.id, baru-baru ini, 

 

Baca juga: Mayoutfit: Dari Kamar Kos Hingga Jadi Tren Setter Fesyen Lokal

 

“Esok harinya, ada pohon tumbang yang nyangkut di jembatan, jadi bahan untuk bangku,” ucap Iin mengingat peristiwa yang dialaminya.

 

Iin bahkan pernah berdoa agar ada lahan terbuka untuk taman. 

 

Seminggu kemudian seakan jawaban doa, banjir melanda dan meratakan area yang sebelumnya dipenuhi semak belukar, membuat pembersihan menjadi lebih mudah.

 

Awal Mula Komunitas Cika-Cika

 

Bermula dari keprihatinan terhadap tumpukan sampah di Sungai Cikalapa, kanal menuju Cikapundung, Komunitas Cika-Cika didirikan pada 22 Desember 2011 oleh tujuh warga peduli lingkungan. 

 

Bantaran sungai yang dulu semrawut kini berubah menjadi ruang hijau yang bersih dan tertata berkat ribuan jam kerja bakti selama lebih dari satu dekade.

 

Nama "Cika-Cika" diambil dari kata cikalapa dan cika (kunang-kunang dalam bahasa Sunda), yang melambangkan lingkungan bersih. 

 

"Kunang-kunang hanya bisa hidup di tempat yang bersih. Itu simbol harapan kami," ujar Iin.

 

Transformasi Cikapundung

 

Selama 13 tahun, Cika-Cika mengubah bantaran Cikapundung dari kawasan sepi menjadi ruang publik multifungsi. 

 

Anak-anak sekolah, peneliti, dan komunitas lingkungan kini berkumpul di sana untuk belajar dan berkontribusi. 

 

Baca juga: Dari Pasar Kosambi hingga Ekspor ke Belanda, Kisah Sukses Sang Raja Oncom

 

Setiap akhir pekan, relawan membersihkan sungai sekaligus menanamkan kepedulian lingkungan kepada masyarakat.

 

"Membersihkan sampah itu mudah. Tapi menyentuh hati masyarakat agar peduli lingkungan, itu yang sulit," tegas Iin.

 

Tak hanya membersihkan, mereka juga memperkenalkan inovasi pengolahan sampah organik menjadi maggot bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Wanadri. 

 

Sampah organik dipilah dan diolah, sehingga mengurangi limbah yang dikirim ke tempat pembuangan akhir.

 

Simbol Harapan dan Edukasi

 

Cika-Cika sering mengadakan kegiatan simbolis seperti pelepasan burung, penanaman pohon, dan penyebaran bibit ikan sebagai upaya menjaga ekosistem. 

 

“Ini simbol harapan dan tanggung jawab kami terhadap alam,” tambah Iin.

 

Komunitas ini juga menjadi rujukan bagi akademisi, lembaga swadaya masyarakat, hingga pemerintah untuk edukasi dan penelitian. 

 

Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sering meminta data ketinggian air kepada Iin sebagai acuan mitigasi banjir.

 

Tantangan dan Harapan Masa Depan

 

Tantangan terbesar bagi Cika-Cika adalah regenerasi. Iin berharap generasi muda tergerak melanjutkan perjuangan menjaga sungai. 

 

Baca juga: Bespoke Project: Dari Gang Sempit di Bandung Menuju Panggung Fesyen Internasional

 

Meski komunitas ini berjalan dengan semangat gotong royong tanpa pendanaan besar, mereka tetap optimistis.

 

“Kami relawan, nggak bisa ngasih gaji. Tapi alhamdulillah, setiap acara pasti berjalan karena gotong royong,” katanya.

 

Dalam 13 tahun, Komunitas Cika-Cika telah membangun jembatan, saung, dan berbagai program yang melibatkan masyarakat, pelajar, dan karang taruna. 

 

Baca juga: Usaha Olahan Ikan Tristar Fish, Dari Laut Cirebon Menuju Puncak Harapan

 

“Sekecil apa pun, gerakan ini harus berdampak. Kalau kami membersihkan sampah di sini, hilir sungai mungkin tidak akan kebanjiran,” tutup Iin.

 

Bagi Iin, Sungai Cikapundung adalah cermin kehidupan. Ia percaya, selama manusia mau mendengar, alam akan mengajarkan nilai-nilai berharga. 

 

"Sampah itu berkah," katanya. "Dari sampah, kami belajar menjaga lingkungan sehat untuk generasi mendatang."

 

Komunitas yang Menginspirasi

 

Perjuangan Cika-Cika membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. 

 

Dari bantaran sungai yang dulu penuh sampah, kini Cikapundung menjadi inspirasi gerakan lingkungan di Kota Bandung. 

 

Perjalanan mereka baru dimulai, dan dengan dukungan semua pihak, mimpi menjaga sungai sebagai sumber kehidupan akan terus mengalir. (Fajar Ramadan/SG-2)