Soko Inspirasi

Bawa Teknologi ke Tengah Sawah, Produksi pun Meningkat

Aenul bercita-cita mendirikan pabrik besar yang ramah lingkungan untuk mendukung ekosistem pertanian berkelanjutan. Dengan pabrik yang lebih canggih  agar petani-petani di Karawang semakin sejahtera.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
06 Januari 2025
Dok. Sokoguru/Andhika Prana

AENUL Yaqin, 31,  memutuskan untuk kembali ke desanya di Gembongan, Karawang, Jawa Barat untuk bertani. Kepulangannya membuat banyak tetangga mengernyitkan dahi. Mengapa lulusan magister manajemen bisnis memilih bertani? 

 

Namun, ia punya jawaban sendiri yakni ingin menjadi solusi minimnya produktivitas lahan tani di desanya dengan membawa teknologi ke tengah sawah.

 

“Awalnya banyak yang demo karena buruh tani merasa tergantikan. Tapi setelah lihat hasilnya lebih cepat dan hemat biaya, mereka akhirnya ikut juga. Sekarang malah jadi mitra saya,” kenang Aenul saat diwawancarai Sokoguru, secara daring,Jumat (4/1).

 

Baca juga: Mayoutfit: Dari Kamar Kos Hingga Jadi Tren Setter Fesyen Lokal

 

Aenul bukan sekadar petani biasa. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan magister di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, ia memilih kembali ke desa kelahirannya untuk memulai perjalanan membangun pertanian modern. Keputusannya ini pun memunculkan pertanyaan dari banyak orang.

 

“Di desa saya ini sebenarnya fasilitasnya sudah bagus. Irigasinya lancar, hamparan sawahnya luas, tapi kok produktivitasnya cuma empat sampai lima ton per hektare (ha), jauh bila dibandingkan dengan daerah lain yang bisa sampai tujuh ton. Saya pikir, sayang banget kalau potensinya nggak dimaksimalin,” imbuh petani milenial ini. 

 

Lebih lanjut, Aenul memaparkan, di desa tempatnya tumbuh,  ia sudah sangat akrab dengan pertanian. Terlebih dorongan itu juga lahir saat ia mengenang masa kecilnya sering bermain gim Harvest Moon.

 

Baca juga: Konsisten Beli Produk UKM dalam Jumlah Besar, Amennis Trading Raih Primaduta 2024

 

“Dulu, saya membayangkan enaknya hidup seperti di gim itu. Punya sapi, tinggal memerah susu, atau mau masak tinggal petik bahan dari kebun. Dari kecil saya sudah punya mimpi hidup seperti itu,” kata putra tunggal ini lagi sambil tertawa.

 

Produktivitas meningkat 

Aenul mulai memperkenalkan teknologi modern, seperti penggunaan combine harvester untuk panen dan drone untuk penyemprotan. Langkah itu tidak diterima dengan mudah. Banyak petani yang khawatir kehilangan pekerjaan akibat modernisasi tersebut.

 

“Awalnya banyak yang demo karena buruh tani merasa tergantikan. Tapi setelah melihat hasilnya lebih cepat dan hemat biaya, mereka akhirnya ikut juga. Sekarang malah jadi mitra saya,” ungkapnya lagi.

 

Baca juga: Cemara Paper Menjembatani Mimpi dan Kemandirian Penyandang Disabilitas

 

Hasil dari inovasi yang diterapkan Aenul pun mulai terlihat. Produktivitas lahan yang sebelumnya empat hingga lima ton per ha meningkat menjadi delapan hingga sembilan ton per ha. Bahkan, pada panen raya 2021, Wakil Gubernur Jawa Barat, UU Ruzanul Ulum kagum melihat hasil panen dengan bulir padi yang besar dan berkualitas.

 

Kini, Aenul mengelola 33 ha lahan padi pada perusahaanya CV Agro Makmur dan memimpin Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Sri Asih yang membawahi 10 kelompok tani dengan total 225 anggota. Penghasilan setiap tahunnya  bisa mencapai Rp3 miliar - Rp4 miliar

 

Dalam haln pemasaran, ia mengadopsi pola business to business (B2B), memasok beras ke pasar-pasar besar seperti Pasar Induk Cipinang di Jakarta, Pasar Johar di Karawang, dan Pasar Rebo di Purwakarta.

 

Namun begitu, Aenul masih menghadapi sejumlah tantangan, dan terbesar datang dari fenomena El Nino yang menyebabkan kelangkaan gabah. Ia harus mencari suplai hingga ke luar daerah, termasuk Purworejo dan Yogyakarta. Namun, pesanan dari para pelanggannya tetap ia penuhi.

 

“Biasanya gabah cukup di Karawang. Tapi kemarin sampai Purworejo, bahkan ke Yogyakarta pesanan tetap datang. Jadi sejauh apa pun, harus dikejar,” tambahnya.

 

Sebagai lulusan program Petani Milenial yang diselenggarakan Pemerintah Jawa Barat, Aenul mengakui manfaat besar dari program itu, terutama dalam membangun jaringan dan memperkuat kapasitas bisnis. 

 

Pada 2022, ia diundang ke Istana Presiden untuk mewakili Jawa Barat dalam menerima penghargaan dari International Rice Research Institute (IRRI).

 

“Waktu itu ada 10 petani dari lima provinsi yang diundang. Saya alhamdulillah jadi perwakilan Jawa Barat. Rasanya bangga, tapi juga jadi motivasi untuk terus berkembang,” katanya.

 

Masa depan bisa terjamin

Bagi Aenul, pertanian adalah masa depan. Dengan semakin sedikitnya anak muda yang terjun ke sektor ini, ia melihat peluang besar untuk berkembang lebih cepat. Ia bercita-cita mendirikan pabrik besar yang ramah lingkungan untuk mendukung ekosistem pertanian berkelanjutan. 

 

“Apalagi sekarang harga beras naik gara-gara El Nino. Pertanian itu peluang besar kalau dikelola dengan baik. Saya ingin membangun pabrik yang lebih canggih, menggantikan pabrik-pabrik lama di Karawang. Tujuannya supaya petani makin sejahtera,” ujarnya.

 

Melalui kisahnya itu, Aenul ingin menginspirasi generasi muda untuk tidak takut mencoba bertani. 

 

“Kita tuh bergembira bukan karena memotong padi, tapi karena memotong padi yang kita tanam sendiri. Jadi, bertani itu sebenarnya menyenangkan,” pungkasnya. (Fajar Ramadan/SG-1)