SEBAGIAN besar masyarakat Indonesia kemungkinan besar belum tahu istilah “Mitoni”. Mitoni merupakan istilah untuk menyebutkan salah satu tradisi upacara adat bagi perempuan hamil dalam budaya Jawa.
Mitoni merupakan upacara adat siklus hidup, yang masih sering dijumpai di masyarakat Jawa yaitu selamatan saat janin dalam kandungan berusia 7 bulan.
Tradisi selamatan hamil 7 bulanan telah ada sejak dahulu di wilayah Pulau Jawa, dan terdapat pula istilah-istilah yang berbeda dalam menyebut upacara adat ini. Di Jawa Tengah seperti Karesidenan Solo, tujuh bulanan dikenal dengan istilah “Mitoni”.
Baca juga: RUU KIA Diharapkan Mampu Tekan Angka Stunting di Indonesia
Sementara itu, di Jawa timur upacara adat 7 bulanan lebih dikenal dengan tradisi “tingkeban”, di Madura disebut dengan “palet kandhungan”, dan tradisi sejenis yang dikenal di Jawa Barat disebut dengan istilah “nujuh-bulan”.
Tradisi Mitoni ini dilakukan untuk memohon keselamatan, yang ditujukan kepada calon ibu dan bayinya, serta memanjatkan doa-doa agar proses bersalin berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan menjadi pribadi yang luhur di masa depan.
Ternyata kini tradisi ‘Mitoni” telah dijadikan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga TP PKK Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan BKKBN Pusat dalam rangka pengentasan stunting di Kota Yogyakarta.
Angka Stunting di Kota Yogyakarta Turun
Penjabat Ketua TP PKK Kota Yogyakarta Atik Wulandari mengatakan, walaupun angka stunting di Kota Yogyakarta saat ini menurun drastis dan presentasinya di bawah prevalensi nasional yakni 12%.
Baca juga: Tekan Prevalensi Stunting, Pemkab Sumedang Bentuk Tim Pendamping Keluarga
Namun pemerintah terus berupaya agar angka stunting terus berkurang. Sehingga harapannya melalui kegiatan ini dapat menekan penurunan stunting secara signifikan.
“Ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan Kota Yogyakarta untuk pertama kalinya dengan menggandeng seluruh pihak yang dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka stunting seperti remaja, pasangan usia subur, serta ibu hamil,” jelas Atik saat memimpin Rapat koordinasi edukasi kesehatan ibu hamil, di Ruang Kunthi PKK Kota Yogyakarta, sebagaimana dilansir situs Pemkot Yogyakarta, Kamis (18/4).
Pihaknya berharap, kegiatan yang akan diselenggarakan ini selain memberikan sosialisasi dan edukasi terkait pencegahan stunting mulai dari usia remaja, kegiatan ini juga menjadi bentuk perhatian pemerintah untuk melestarikan budaya lewat upacara Mitoni.
“Selain melestarikan budaya, kegiatan ini diharapkan dapat mempercepat penurunan stunting di Kota Yogyakarta dengan berkolaborasi dengan pihak-pihak yang terjun langsung lapangan,” ujar Atik.
Menurut Atik, kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 27 April 2024 dengan kuota 200 orang yang didalamnya terdiri dari ibu hamil beserta suami 53 pasang, remaja satu orang, calon pengantin dua pasang, pasangan usia subur (pus) dua orang, serta ibu baduta (anak usia bawah dua tahun atau umur 0-24 bulan ) tiga orang.
Baca juga: Mahasiswa UGM Berinovasi Kembangkan Makanan Tambahan Anti-Stunting
Atik mengungkapkan, upacara yang akan digelar nantinya sesuai dengan adat istiadat upacara Mitoni.
Dalam upacara tersebut terdapat perlengkapan seperti siraman, sajen, menggunakan baju adat jawa lengkap, uborampe, serta dekorasi yang menunjang khidmatnya upacara Mitoni tersebut.
Tak hanya itu, nantinya juga akan ada konsultasi gizi gratis dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan stand Gender Corner dari DP3AP2KB Kota Yogyakarta.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Komunikasi Informasi dan Edukasi BKKBN Pusat Soetriningsih sangat mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan oleh TP PKK Kota Yogyakarta yang bekerja sama dengan BKKBN DIY.
Ia berharap, prosesi Mitoni ini tidak hanya melestarikan budaya tetapi juga penyampaian sosialisasi dan edukasi di dalam penjelasan acara dapat diresapi dan diterapkan di kemudian hari.
“Terima kasih TP PKK Kota Yogyakarta yang mau melestarikan budaya Mitoni yang juga sebagai bentuk percepatan penurunan stunting. Semoga dapat bermanfaat bagi ibu-ibu yang hamil, calon pengantin, ataupun remaja yang akan hadir,” kata Soetriningsih.
Ia berharap, pada upacara Mitoni ini dapat diterapkan di masyarakat. Sehingga, manfaat dari upacara Mitoni dapat membantu penurunan stunting di Kota Yogyakarta.
“Di upacara Mitoni ini kita bisa mengambil banyak sekali manfaat. Contoh saja, mandi atau siraman bagi ibu hamil untuk menjaga kebersihan atau adat makan berdampingan dengan menggunakan bahan makanan yang bergizi dan bernutrisi yang harus menjadi prioritas nilai gizi dan harus seimbang,” paparnya.
“Sehingga rangkaian acara dapat bermanfaat untuk warga lainnya,” ungkap Soetriningsih.
Selain itu, dengan upacara Mitoni ini juga dapat melatih mental, fisik dan persiapan menjadi orang tua bagi para calon pengantin, remaja dan ibu hamil.
“Semoga kegiatan ini lancar, dan mendapatkan sambutan baik dari masyarakat. Sehingga dapat bermanfaat dan masyarakat ikut melestarikannya,” imbuh Soetriningsih. (SG-2)