KOTA Bandung kembali menunjukkan langkah maju dalam pengelolaan sampah melalui Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Batununggal.
Mengolah hingga 4 ton sampah setiap hari, TPST ini tidak hanya mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tetapi juga menghadirkan produk bernilai seperti kompos dan Refuse-Derived Fuel (RDF).
Dengan dukungan mesin hibah dari Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Provinsi Jawa Barat, TPST Batununggal mampu mengolah sampah organik dan anorganik secara efektif.
Baca juga: Festival Iconic 2024 Hadirkan Inovasi Pengolahan Sampah dan Penurunan Stunting di Bandung
Menariknya, kapasitas maksimalnya dapat ditingkatkan hingga 10 ton per hari dengan tambahan daya listrik.
Proses Pemilahan yang Terintegrasi
Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Salman Faruq, menjelaskan bahwa pengolahan di TPST Batununggal dimulai dengan pemisahan sampah organik dan anorganik menggunakan mesin Gibrig.
Dok.Pemkot Bandung.
Sampah organik diolah menjadi kompos di fasilitas rumah kompos, sementara sampah anorganik, termasuk daun dan ranting, dicacah untuk diolah lebih lanjut.
Selain itu, dukungan aktif dari dua bank sampah, yakni Bank Sampah Mulya dan Jelita, menjadi kekuatan tambahan.
Baca juga: Dukung Pengelolaan Sampah, Jakarta Luncurkan Platform Digital e-Bank Sampah
Kedua bank ini mengumpulkan sekitar 200 kilogram sampah anorganik dari masyarakat setiap dua minggu, yang kemudian dikelola lebih lanjut.
“Masyarakat Batununggal sangat antusias memilah sampah. Sampah seperti botol plastik biasanya dikumpulkan ke bank sampah untuk diolah kembali,” ujar Salman.
Produksi RDF sebagai Alternatif Energi
Selain kompos, TPST Batununggal memproduksi RDF, bahan bakar alternatif yang memiliki potensi besar.
Namun, pengelolaan RDF menghadapi beberapa tantangan, termasuk kebutuhan gudang penyimpanan dan kerja sama dengan industri seperti Indocement.
Dok.Pemkot Bandung.
Penjabat Wali Kota Bandung, A. Koswara, optimistis tantangan ini akan teratasi. "Targetnya, MoU dengan industri selesai pada Januari 2025, sehingga distribusi RDF dari Batununggal bisa segera dimulai," tegasnya.
Langkah Menuju Kapasitas Maksimal
Untuk meningkatkan kapasitas pengolahan, TPST Batununggal berencana mengajukan bantuan panel listrik kepada pemerintah provinsi.
Penambahan daya ini diharapkan dapat mendukung pengoperasian mesin secara maksimal, memungkinkan volume pengolahan sampah meningkat hingga dua kali lipat.
Baca juga: Pengelolaan Sampah di Pasar Caringin Bandung, DLH: Pihak Swasta Turut Bertanggung Jawab
Dengan inovasi teknologi dan dukungan komunitas, TPST Batununggal menjadi contoh nyata pengelolaan sampah terpadu yang efektif dan efisien.
Tidak hanya mengurangi timbunan sampah, TPST ini juga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat melalui produk kompos dan RDF yang bernilai tinggi.
Pelopor Pengelolaan Sampah Kota Bandung
Melalui kerja sama dan inovasi berkelanjutan, TPST Batununggal tidak hanya siap menjadi solusi lokal, tetapi juga pelopor pengelolaan sampah berbasis teknologi dan komunitas di Kota Bandung.
Langkah ini menjadi bukti bahwa pengelolaan sampah yang terintegrasi mampu memberikan manfaat ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. (SG-2)