SEBAGAI salah satu institusi di pemerintahan, Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) turut menggalakkan program yang menyasar kelompok masyarakat miskin.
Salah satunya program intervensi kepada keluarga berisiko stunting melalui program Rumah Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA).
Hal itu disampaikan Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal saat meninjau Rumah Pangan B2SA di Lombok Utara, NTB, Senin (5/8).
Baca juga: Bapanas: Gerakan Pangan Murah Ciptakan Ekosistem Pangan yang Baik dari Hulu ke Hilir
“Jadi selain melalui Bantuan Pangan beras, daging ayam, dan telur, masyarakat juga kita dampingi dengan pemberian pangan beragam, B2SA sekaligus edukasi sebagai investasi jangka panjang untuk memastikan generasi mendatang tumbuh aktif, sehat, dan produktif,” ujarnya dalam rilis Bapanas/NFA, Selasa (6/8).
Sasaran utama Rumah Pangan B2SA tersebut, lanjut Rina, adalah balita stunting, anak gizi buruk, ibu hamil, ibu menyusui, dan calon pengantin yang berasal dari golongan kelompok kuintil 1 dan 2, yakni masyarakat dengan pengeluaran rendah.
Lebih jauh ia mengungkapkan dipilihnya masyarakat pengeluaran rendah sebagai penerima bantuan bukan tanpa alasan. Hasil capaian Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2023 menunjukkan, terdapat korelasi signifikan antara skor PPH dan angka Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan/Prevalence of Undernourishment (PoU). Di mana ketika daerah memiliki skor PPH rendah, angka PoU dan stunting akan cenderung tinggi.
Baca juga: Pemkot Bandung Raih Dua Penghargaan pada Ajang Bapanas Award 2024
Menelaah dari data hasil PPH 2023 dengan skor 94,1 dan angka PoU 8,53, Rinna memaparkan, ketika masyarakat suatu daerah tidak dapat menjangkau biaya pemenuhan makanan bergizi, maka skor PPH yang dicapai daerah tersebut pun rendah.
Dan jika ditarik lebih jauh, skor PPH yang rendah kontras dengan tingginya angka PoU yang dicapai. Dengan kata lain, rendahnya pengeluaran masyarakat beriringan dengan ketidakmampuan mereka mencukupi konsumsi pangannya.
“Di sinilah peran kita untuk meningkatkan akses pangan melalui pemberian makan B2SA dan mengedukasi masyarakat agar lebih berdaya dalam keterbatasan kondisi ekonomi dengan memanfaatkan sumber pangan lokal. Sekali lagi saya tekankan, B2SA itu tidak mahal, asal kita bisa memanfaatkan secara maksimal sumber pangan yang ada di sekitar.” imbuhnya.
Baca juga: Bapanas Tinjau Rumah Pangan B2SA Desa Biringere Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
Diketahui pada tahun 2024 pengembangan Rumah Pangan B2SA dilakukan di 175 titik lokasi desa prioritas yang tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia, dengan pemberian makanan 50-60 kali kepada sekitar 7.000 penerima manfaat.
Pada kesempatan terpisah, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi juga menekankan akan terus melakukan penderasan bantuan pangan dalam berbagai program NFA untuk mendukung masyarakat rentan pangan.
“Bapanas berkomitmen penuh terhadap upaya mendukung penurunan kemiskinan melalui berbagai program intervensi. Tentunya dengan membangun sinergi dan kolaborasi berbagai pihak. Dari program Rumah Pangan B2SA, misalnya, kita harapkan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat dengan berbasis sumber daya lokal,” tegas Arief.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengumumkan bahwa secara umum tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,33% pada periode Maret 2023 hingga Maret 2024.
Disebutkan, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah berkat adanya berbagai program bantuan dari pemerintah. (SG-1)