Humaniora

Santa Klaus dan Pohon Natal yang Selalu Ada Saat Meriahkan Suka Cita Natal

Digambarkan sebagai uskup berjanggut dengan jubah resmi yang baik hati. Santo Nikolaus dirujuk oleh orang banyak sebagai Santo Pelindung  bagi pelaut, pedagang, pemanah, dan anak-anak.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
24 Desember 2024
Pengunjung menyaksikan penampilan vocal group yang membawakan lagu-lagu Natal, di Atrium utama Mal Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/12). (Dok. Sokoguru/Rosmery)

KERETA yang ditarik boneka rusa dan membawa sinterklas (Santa Klaus) dengan diiringi musik instrumental Jingle Bells serta gemerincing bel berkeliling melintasi jalan di antara tenan-tenan di Mal Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/12).

 

Sesekali sang santa yang khas dengan kostum merah, janggut panjang dan topi itu menyapa anak-anak di sepanjang lorong jalan “Hoh hoh hoh,” teriaknya sambil melambaikan tangan.

 

Setelah itu kereta rusa kutub berhenti sejenak di titik-titik tertentu untuk memberi kesempatan anak-anak dan orangtua berfoto bersama. 

 

Baca: Perayaan Natal Nasional 2024: Inklusivitas Kasih pada Manusia dan Lingkungan

 

“Peluk santanya, atau dipangku,” ujar seorang ibu kepada putrinya yang masih balita.

 

Ada anak yang takut-takut dan harus ditemani orangtuanyauntuk mau berfoto. Ada juga anak-anak yang takut-takut menyentuh janggut sang santa, lalu tepuk-tepuk tangan kegirangan.

 

Dan untuk bisa berfoto, anak-anak harus menunggu giliran secara tertib. Setelah itu kereta berjalan kembali. Siang itu, di sepanjang perlintasan jalannya kereta boneka rusa itu terdengar suara riuh anak-anak.

 

Baca juga: Victory Accessories Bandung Tawarkan Diskon 10% untuk Pernak-Pernik Natal 2024

 

Sementara di depan pintu masuk utama, tampak booth Natal berbentuk minibus yang di atasnya duduk sinterklas serta di sebelahnya pohon natal dan beruang kutub dengan hiasan lampu gemerlap.

 

Di booth tersebut antrian terlihat cukup panjang untuk bisa masuk bus dan mengambil foto. Bahkan jelang sore antrian semakin panjang. Sedangkan di atrium utama persis di bawah jam berdiri pohon natal raksasa. 

 

Bila dilihat secara utuh panggung utama tersebut berbentuk topi sinterklas yang kerucut atas topinya dijadikan pohon natal sangat gemerlap. Di panggung itulah pengunjung mal bisa menyaksikan vocal group  yang membawakan sejumlah lagu Natal diantaranya O Holy Night, White Christmas, Jingle Bells dan The First Noel

 

Jelang magrib pertunjukan berhenti sejenak, setelah itu dilanjutkan dengan pertunjukan dengan kostum-kostum berwarna kontras,  bernyanyi, dan permainan lainnya. Semua memancarkan suasana meriah.

 

Kegiatan menyambut Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 bukan hanya ada di Plaza Senayan. Boleh dibilang hampir di semua pusat perbelanjaan. Di mal Pakuwon Bekasi, misalnya, sejak awal Desember selalu dipadati pengunjung bahkan sampai membuat kemacetan lalu lintas. Terutama orang-orang yang datang ingin melihat pohon Natal raksasanya.

 

Baca juga: Pasar Kreatif Natal Meriahkan Lapangan Banteng, Hadirkan Hiburan dan Produk UMKM

 

Pohon Natal lengkap dengan hiasan dan lampu kerlap-kerlipnya, rusa kutub serta sinterklas selalu hadir disetiap Bulan Desember. Padahal dua simbol tersebut tidak tertulis dalam Kitab Suci kaum Nasrani. Satu-satunya simbol Natal yang bersumber dari Alkitab adalah kandang domba yang disebut tempat Yesus Kristus lahir. 

 

Namun, tradisi pemasangan kandang Natal tersebut sebagian besar  ada dalam gereja Katolik. Bahkan sebelum memulai misa malam Natal, akan ada ritus pemberkatan kandang Natal oleh imam. 

 

Lalu bagaimana pohon Natal, dan siterklas menjadi khas dalam perayaan Natal? Yuk simak sejarahnya.

 

Cerita rakyat Eropa

Sinterklas  atau Santa Klaus, Santo Nikolaus, Santo Nikolas, Santo Nick, bapak Natal, Kris Kringle, Santy, Sinyokolas atau Santa, menurut ensiklopedia bebas, adalah tokoh dalam berbagai budaya yang menceritakan tentang seorang yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya saat Hari Natal.

Dok. Sokoguru/Rosmery

Santa berasal dari tokoh dalam cerita rakyat di Eropa yang berasal dari tokoh seorang uskup di Myra (sekarang Demre, Turki) bernama Nikolaus. Orang Yunani yang lahir pada abad ketiga masehi itu adalah anak tunggal dari keluarga Kristen yang berkecukupan bernama Epiphanius dan Johanna. Nikolaus dikenal baik hati, religius dan suka memberikan hadiah kepada orang-orang miskin.

 

Tokoh Santa kemudian menjadi bagian penting dari tradisi Natal  di dunia barat dan juga  Amerika Latin, Jepang, dan Asia Timur bahkan setiap 6 Desember dirayakan sebagai Hari Sinterklas sedunia.

 

Dia digambarkan sebagai uskup berjanggut dengan jubah resmi. Santo Nikolaus dirujuk oleh orang banyak sebagai Santo Pelindung  bagi pelaut, pedagang, pemanah, dan anak-anak.

 

Pohon Natal

Pohon Natal umumnya digunakan berupa tumbuhan malar hijau konifer seperti separ, tusam, dan cemara. Pohon yang digunakan dapat berupa pohon alami maupun pohon buatan ataupun miniatur dari wujud asli pohon.

 

Kebiasaan memasang pohon Natal sebagai dekorasi dimulai dari Eropa Tengah, terutama dari wilayah Jerman dan Livonia (yang sekarang menjadi negara Estonia dan Latvia oleh penduduk Kristen Protestan  pada abad ke-16.

 

Umumnya, pohon Natal yang digunakan dihiasi dengan berbagai dekorasi sederhana, seperti mawar dari kertas berwarna, serta lilin yang kemudian digantikan oleh lampu Natal. 

 

Seiring berkembangnya zaman, berbagai dekorasi tradisional dan modern telah digunakan untuk memvariasikan hiasan pada pohon Natal seperti rangkaian bunga, bola-bola aneka warna, perada, permen, tongkat, rusa, dan lain-lain. 

 

Pohon Natal juga menyertakan figur malaikat ataupun bintang di pucuk pohon, yang menggambarkan Malaikat Gabriel dan Bintang Betlehem. Pohon Natal umumnya dianggap sebagai tradisi Natal gereja Protestan Lutheran, sementara gereja Katolik baru menerapkan tradisi ini pada1982 dengan berdirinya Pohon Natal Vatikan.]

 

Pemasangan pohon Natal, baik asli maupun yang terbuat dari plastik, di tengah kota atau di tempat-tempat umum pun menjadi pemandangan biasa menjelang Natal. 

 

Namun, kini pohon natal dimodifikasi sesuai trend. Misalnya, jika mengambil tema lingkungan, ada yang membuat pohon natal dari botol-botol plastik bekas, atau sampah-sampah plastik lainnya.

 

Ada beberapa legenda/cerita yang beredar di kalangan orang Kristen sendiri mengenai asal mula pohon natal. Pohon Natal diyakini berasal dari legenda abad ke-8 mengenai seorang rohaniawan Inggris bernama Santo Bonifasius yang mewartakan Injil di Jerman dan Prancis.

 

Ketika Santo Bonifasius berada di Geismar, beliau bertemu dengan sekelompok orang yang akan mempersembahkan seorang anak kepada dewa Thor di sebuah pohon pasang

 

Santo Bonifasius kemudian mengambil kapak dan, dengan memanggil nama Yesus, merobohkan pohon tersebut dengan satu ayunan.  Setelah kejadian yang menakjubkan tersebut, di tempat pohon pasang yang roboh, tumbuhlah sebuah bibit pohon separ. 

 

Dikatakan bahwa Santo Bonifasius menyatakan pohon separ sebagai simbol Tuhan yang sejati, yang daunnya terus hijau dan tidak akan mati. 

 

Dok. Sokoguru/Rosmery

 

Martin Luther dan pohon cemaranya

Cerita lain mengisahkan kejadian saat Marthin Luther, tokoh Reformasi Gereja (dari situ muncul aliran gereja Protestan), sedang berjalan-jalan di hutan pada suatu malam. 

 

Ia terkesan dengan keindahan gemerlap jutaan bintang di angkasa yang sinarnya menembus cabang-cabang pohon separ di hutan. Martin Luther pun menebang sebuah pohon separ kecil dan membawanya pulang pada keluarganya di rumah. 

 

Untuk menciptakan gemerlap bintang seperti yang dilihatnya di hutan, Martin Luther memasang lilin-lilin pada tiap cabang pohon separ tersebut.

 

Terlepas dari kebenaran kisah-kisah tersebut, hingga hari ini pemasangan Pohon Natal masih menimbulkan pro dan kontra di kalangan umat Kristen, terutama yang mengaitkan dengan Dewa Matahari.

 

Kandang Natal

Kandang Natal (diterjemahkan secara harfiah dari Bahasa Belanda yakni  kerststal atau gua Natal adalah susunan patung yang menggambarkan suasana kelahiran Yesus di Betlehem.

 

Dalam Bahasa Prancis , gambaran atau rekayasa semacam ini disebut crèche yang berarti palungan atau dalam Bahasa Italia disebut presepe. Sementara dalam Bahasa Inggris disebut nativity scene.

 

 

Kandang Natal di Basilika Fransiskus Asisi, Kota Asisi Italia. (Dok. Pio Purba OFM)

 

Di Indonesia, tradisi membuat kandang Natal umumnya oleh gereja atau umat Katolik. Boleh dibilang kandang Natal secara fakta tertulis dalam Kitab Suci tentang peristiwa kelahiran Yesus.

 

Kandang Natal biasanya memperlihatkan Yesus yang berada di dalam sebuah palungan, Yusuf dan Maria di dalam sebuah kandang, ada ternak yang menemani mereka, malaikat, dan tiga raja orang Majus yang datang dari jauh untuk menyembah bayi Yesus berdasarkan petunjuk bintang Betlehem yang terang dan para gembala. 

 

Hal itu merujuk pada Kitab Yesaya bab 1 ayat 3 yang berbunyi: "Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya." 

 

Pada masa Natal, kandang Natal diciptakan dan dikeluarkan di rumah-rumah, keluarga, gereja, dan taman-taman oleh orang-orang Katolik, dan sebagian kecil Protestan.

 

Meskipun Santo Fransiskus dari Asisi dianggap sebagai pencipta kandang Natal dalam tiga dimensi, sebelumnya sudah ada gambar-gambar dan lukisan-lukisan tentang hal ini. (Dari berbagai sumber/SG-1)