Humaniora

Program Rumah Pangan B2SA di Desa Aluh Aluh Besar Turunkan Angka Stunting

Program PMT B2SA jelas membantu menurunkan angka stunting di Desa Aluh Aluh Besar. Desa itu berhasil turun dari peringkat pertama dengan angka stunting tertinggi di kecamatan, kini menjadi kelima dari 19 desa.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
22 September 2024
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama dengan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) terhadap Program Rumah Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA) di Desa Aluh Aluh Besar, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjar. (Dok. Bapanas/NFA).

PROGRAM pemberian makanan tambahan (PMT) di Rumah Pangan Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman  (B2SA)  di Desa Aluh Aluh Besar, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan (Kalsel) telah dilaksanakan sebanyak 17 kali dan akan  berlangsung hingga November 2024.

 

PMT tersebut menyasar 40 balita kurang giz dengan frekuensi pemberian makanan empat  kali dalam seminggu, dan akan terus berlanjut dengan dukungan dana desa yang telah dipersiapkan.

 

Kepala Desa Aluh Aluh Besar, Harun, melaporkan hal itu pada kegiatan monitoring dan evaluasi (monev)  Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) bersama Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalsel terhadap Program Rumah Pangan B2SA di Desa Aluh Aluh Besar.

 

Baca juga: Bapanas Ajak Siswa di Jateng Berperan Aktif Sosialisasikan Gerakan Selamatkan Pangan

 

“Program ini jelas membantu kami dalam menurunkan angka stunting. Dalam dua tahun terakhir, Desa Aluh Aluh Besar berhasil turun dari peringkat pertama sebagai desa dengan angka stunting tertinggi di Kecamatan Aluh Aluh, kini menjadi peringkat kelima dari 19 desa,” ungkap Harun, seperti dirilis Bapanas/NFA, Sabtu (21/9).

 

Ia juga berharap dengan bantuan yang terus diberikan, desanya dapat mencapai target zero stunting di tahun mendatang.

 

Fokus program Rumah Pangan B2SA di Desa Aluh Aluh Besar adalah  pada peningkatan gizi balita kurang gizi  guna menurunkan angka stunting secara signifikan.

 

Baca juga: Tinjau Rumah Pangan di Lombok Utara, Bapanas Sasar Keluarga Berpengeluaran Rendah

 

Kegiatan monev dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Kepala Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan, Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar, Camat Aluh Aluh, Kepala Desa Aluh Aluh Besar, Tim Penggerak PKK Kecamatan dan Desa Aluh Aluh Besar, Babinsa, serta Petugas Puskesmas setempat.

 

Pelaksana Harian (Plh.) Deputi Penganekaragaman  Konsumsi dan Keamanan Pangan Bapanas/NFA, Rinna Syawal, mengatakan, pihaknya mengajak masyarakat Desa Aluh Aluh Besar untuk memanfaatkan bantuan tersebut secara optimal. 

 

Masyarakat, ujarnya, diharapkan memahami pentingnya konsumsi pangan B2SA dalam kehidupan sehari-hari, sebagai bagian dari edukasi yang telah diberikan oleh petugas puskesmas dan ahli gizi. 

 

Baca juga: Bapanas Tinjau Rumah Pangan B2SA Desa Biringere Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

 

“Edukasi yang kami berikan harus diterapkan di rumah tangga, bukan hanya selama program ini berjalan. Kesadaran untuk menerapkan konsep B2SA harus terus ditingkatkan,” tegas Rinna 

 

Sebagai bagian dari penguatan konsep ‘Isi Piringku’ yang diusung dalam program B2SA, NFA juga berharap agar para pendamping di desa dapat menyampaikan pengetahuan ini dengan cara yang mudah dipahami dan aplikatif oleh masyarakat.

 

Rinna juga menyampaikan apresiasinya terhadap komitmen Desa Aluh Aluh Besar dalam melaksanakan program B2SA untuk mengatasi stunting. 

 

"Kami melihat bahwa desa ini telah membuat langkah yang sangat baik dalam memanfaatkan Program Rumah Pangan B2SA untuk memperbaiki status gizi anak-anak balita. Dengan sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, PKK, dan masyarakat, kami optimis angka stunting di desa ini dapat terus menurun hingga mencapai target zero stunting," ujarnya. 

 

Rina menegaskan pentingnya keberlanjutan program ini. Selain memastikan ketersediaan pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman, pihaknya juga berharap agar edukasi yang diberikan terkait pola makan sehat ini dapat terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 

 

“Kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang sesuai dengan standar B2SA merupakan kunci untuk mencapai generasi yang lebih sehat dan berkualitas,” tambahnya.

 

Kegiatan monitoring dan evaluasi ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi desa-desa lain dalam menerapkan program serupa untuk mengatasi permasalahan stunting dan gizi buruk. 

 

Dukungan berkelanjutan dari Badan Pangan Nasional, pemerintah daerah, serta komitmen masyarakat setempat menjadi kunci keberhasilan program ini.

 

NFA terus mendorong penerapan pola makan sehat, dengan harapan bahwa program ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta menurunkan angka stunting di seluruh wilayah Indonesia. 

 

Dukung program

Di acara yang sama, Ketua TP PKK Desa Aluh Aluh Besar menyatakan komitmennya untuk mendukung program itu sesuai dengan arahan yang diberikan, salah satunya dengan membuat variasi menu makanan B2SA yang lebih disukai dan mudah dikonsumsi oleh anak-anak balita. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan balita terhadap makanan sehat dan bergizi.

 

Selain itu, Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar menegaskan,  pihaknya akan terus berkolaborasi dengan TP PKK, ahli kuliner, dan chef lokal untuk menciptakan menu B2SA yang lebih bervariasi dengan memanfaatkan potensi bahan pangan lokal. 

 

“Kami akan berupaya agar masyarakat dapat terus menikmati pangan lokal dengan cara yang lebih inovatif namun tetap mempertahankan nilai gizi yang sesuai dengan standar B2SA,” ujarnya. (SG-1)