PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG), sebuah inisiatif ambisius dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, telah menarik perhatian luas sejak diluncurkan awal Januari 2025.
Dengan alokasi anggaran besar mencapai Rp71 triliun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), program ini bertujuan tidak hanya meningkatkan status gizi anak-anak sekolah tetapi juga memperkuat ekonomi lokal dengan melibatkan bahan baku dan tenaga kerja setempat.
Namun, meski membawa optimisme, program ini dihadapkan pada berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan anggaran hingga masalah pengawasan kualitas makanan.
Baca juga: SDN Duren Sawit 14, Jaktim, Sambut Program Makan Bergizi Gratis dengan Antusias
Siswa dan Sekolah Sambut Positif
Sekolah-sekolah di Kota Bandung, seperti SDN 140, SDN 226 Arcamanik, dan SMPN 17, menjadi bagian dari tahap awal implementasi MBG.
Para siswa terlihat antusias menyantap makanan yang disajikan. Salah satunya, Fariz, siswa SMPN 17, mengungkapkan kekagumannya terhadap cita rasa masakan yang sederhana tetapi lezat.
Dok.Pemkot Bandung.
“Enak makanannya, dagingnya berbumbu khas,” ujar Fariz, sambil menikmati makan siangnya.
Di SDN 226 Arcamanik, kepala sekolah Tatat Hernawati juga memuji program ini karena membantu memenuhi kebutuhan gizi 334 siswa di sekolahnya.
Dengan pola distribusi makanan yang terorganisir dalam dua sesi, pihak sekolah memastikan tidak ada anak yang terlewatkan.
Baca juga: DPR Tegas Tolak Dana Zakat untuk Program Makan Bergizi Gratis
Program MBG di Bandung juga didukung oleh alokasi anggaran daerah sebesar Rp26 miliar dari APBD Kota Bandung, sebuah bukti kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Sementara itu, 362 siswa SDN Duren Sawit 14 di Jalan Madrasah II, RT 09/10, Duren Sawit, Jakarta Timur (Jaktim), menyambut gembira program MBG yang diselenggarakan pemerintah pada Senin (13/1).
Kepala SDN Duren Sawit 14, Muktiati, menyampaikan rasa syukurnya atas pelaksanaan program ini yang disambut hangat oleh para siswa.
"Alhamdulillah, 362 murid kami menikmati program ini dengan sangat antusias," ujar Muktiati dalam keterangan pers, Senin (13/1).
Antusiasme para siswa terlihat jelas saat mereka menikmati santapan bergizi tersebut.
Aditya, siswa kelas V berusia 10 tahun, mengungkapkan rasa senangnya terhadap program ini.
Insiden Keracunan Massal dan Kekhawatiran Pengawasan
Meski menuai pujian, program ini tidak luput dari kendala serius. Insiden keracunan massal yang melibatkan 50 siswa SD di Sukoharjo menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas makanan.
Anggota Komisi IX DPR RI, Alifudin, menekankan perlunya standar keamanan pangan yang lebih tinggi serta transparansi dalam rantai pasokan makanan.
“Pengawasan harus diperketat, dan penyedia katering wajib mematuhi standar keamanan pangan,” tegasnya.
"Katering yang dikontrak oleh MBG harus dievaluasi secara berkala. Jika mereka melakukan kesalahan hingga tiga kali, maka harus segera diganti,” tambah Anggota Komisi IX DPR RI, Irma Suryani.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa kesuksesan program berskala nasional seperti MBG tidak hanya ditentukan oleh anggaran besar tetapi juga pengelolaan dan pengawasan yang cermat.
Gerakkan Ekonomi Lokal: Manfaat Lebih dari Sekadar Gizi
Selain meningkatkan status gizi anak-anak, MBG juga berfungsi sebagai penggerak ekonomi lokal.
Baca juga: Apakah Koperasi Siap Berperan Aktif dalam Program Makan Bergizi Gratis
Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) atau Dapur MBG menggunakan bahan baku lokal, menciptakan permintaan tinggi untuk hasil pertanian dan peternakan daerah.
Wakil Ketua BAKN DPR RI, Herman Khaeron, menyebut program ini sebagai “mesin baru” bagi ekonomi daerah.
“Program ini tidak hanya menyehatkan tetapi juga mempersiapkan generasi emas Indonesia untuk tahun 2045,” ujar Herman.
Program MBG Libatkan 140 Pelaku UMKM
Program MBG yang diinisiasi oleh Badan Gizi Nasional (BGN), disebutkan melibatkan 140 UMKM dalam rantai pasokannya dan diproyeksikan akan terus bertambah.
Ribuan UMKM, koperasi, dan BUMDes lainnya telah mendaftar dan tengah melalui proses evaluasi untuk berkontribusi dalam program pemerintah Presiden Prabowo Subianto.
Kepala Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi, mengungkapkan harapannya bahwa MBG tidak hanya memberikan manfaat gizi kepada masyarakat tetapi juga menjadi penggerak ekonomi lokal yang signifikan.
Kepala Komunikasi Kepresidenan RI, Hasan Nasbi, (Ist)
"Geliat perekonomian lokal dipastikan bergerak ke arah yang lebih baik karena MBG melibatkan para petani, peternak, dan UMKM setempat," ujar Hasan, Senin (6/1/2025).
Namun di sisi lain, di Kota Bandung, situasi ini mulai menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang kecil yang selama ini mengandalkan siswa sebagai pelanggan utama.
Di depan salah satu sekolah penerima program MBG, deretan gerobak penjual makanan seperti batagor, bakso, telur gulung, pisang ijo, dan cireng kini menghiasi trotoar.
Para pedagang ini, yang dulunya bisa bebas masuk ke halaman sekolah, kini terpaksa menjajakan dagangannya di luar pagar sekolah.
Andi, seorang penjual batagor berusia 21 tahun, mengungkapkan kegelisahannya.
“Sebelum ada program makanan bergizi, kami para pedagang bisa masuk ke halaman sekolah. Tapi sekarang, kami hanya boleh berjualan di luar,” ujarnya kepada Sokoguru.id Kamis (16/1).
Peluang dan Harapan ke Depan
Untuk memperluas jangkauan, pemerintah mempertimbangkan sumber dana alternatif seperti zakat dan CSR dari perusahaan swasta dan BUMN.
Namun, akuntabilitas dalam penggunaan dana menjadi sorotan utama agar program tetap berjalan sesuai prinsip syariah dan transparansi.
Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher juga menyoroti pentingnya transparansi dalam pengelolaan program MBG.
Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher. (Dok.DPR RI)
"Sistem pengawasan yang melibatkan masyarakat perlu dibangun untuk memastikan penggunaan dana tepat sasaran,” ucap Netty.
“Keterbukaan ini akan menghindari potensi penyimpangan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program ini," tambahnya.
Program MBG adalah langkah berani dalam menjawab tantangan gizi nasional dan memperkuat ketahanan pangan.
Meski belum sempurna, inisiatif ini membuka peluang besar untuk menciptakan generasi muda yang lebih sehat dan cerdas, sekaligus mendorong ekonomi lokal.
Dengan pengawasan dan koordinasi yang lebih baik, MBG memiliki potensi menjadi program unggulan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia. (Berbagai Sumber/Fajar Ramadan/SG-2)