Editorial

Apakah Koperasi Siap Berperan Aktif dalam Program Makan Bergizi Gratis

Menkop) Budi Arie Setiadi, menyatakan koperasi dapat menjadi motor penggerak utama dalam mendukung program MBG.

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
14 Januari 2025
Menkop Budi Arie Setiadi, menyatakan koperasi dapat menjadi motor penggerak utama dalam mendukung program Makan Bergizi Gratis. (Dok,Pemkot Bandung) 

PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh Presiden Prabowo Subianto adalah langkah ambisius yang bertujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui koperasi

 

Menteri Koperasi (Menkop), Budi Arie Setiadi, menyatakan koperasi dapat menjadi motor penggerak utama dalam mendukung program MBG. 

 

Namun, pertanyaannya adalah, seberapa siap koperasi kita dalam menghadapi tantangan besar ini?

 

Baca juga: Koperasi Didorong Jadi Penggerak Utama Program Makan Bergizi Gratis

 

Dalam sambutannya di acara peluncuran Induk Koperasi Forum Masyarakat Indonesia Emas (Formas) Bersatu, baru-baru ini, Menkop Budi Arie menekankan koperasi yang terlibat dalam program MBG akan mengalami peningkatan skala usaha. 

 

Dengan melibatkan petani, peternak, dan nelayan lokal, koperasi diharapkan mampu menyuplai kebutuhan dapur MBG sekaligus meningkatkan kesejahteraan anggotanya. 

 

Ini adalah visi yang luar biasa, namun memerlukan kesiapan yang matang dari berbagai pihak.

 

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi koperasi adalah bagaimana mereka dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas produk agar memenuhi standar yang dibutuhkan oleh program MBG. 

 

Baca juga: 1.923 Koperasi Siap Dukung Program Makan Bergizi Gratis

 

Pemerintah telah menganggarkan dana sebesar Rp71 triliun hingga akhir 2025, dengan target mencapai 19,47 juta penerima manfaat. 

 

Jumlah ini akan terus meningkat hingga mencakup 80 juta penerima pada 2029. 

 

Namun, tanpa pengelolaan yang efisien dan sistematis, anggaran besar ini bisa saja tidak memberikan dampak optimal.

 

Menkop Budi Arie juga menyoroti pentingnya pelatihan dan pendampingan bagi koperasi untuk memastikan mereka dapat memenuhi kebutuhan pasokan pangan secara berkelanjutan. 

 

Ini adalah langkah positif, tetapi perlu dipastikan bahwa pelatihan ini benar-benar memberikan dampak nyata. 

 

Apakah koperasi mampu menjaga kualitas produk mereka? Apakah mereka dapat berinovasi dan menciptakan sistem rantai pasok yang efisien? 

 

Tantangan ini memerlukan komitmen jangka panjang, bukan sekadar proyek sementara.

 

Sebagai mitra pemerintah, koperasi perlu lebih proaktif dalam mengadopsi teknologi dan digitalisasi untuk meningkatkan efisiensi operasional. 

 

Dengan 1.332 koperasi sektor produksi yang siap mensuplai kebutuhan MBG, peluang besar terbuka lebar. 

 

Namun, koperasi harus mampu bersaing di era yang semakin kompetitif ini. 

 

Baca juga: Menkop Budi Arie Dorong Koperasi Penggerak Ekonomi Nasional di Tahun 2025

 

Standarisasi dapur dan kerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah langkah awal yang baik, tetapi perlu diikuti dengan upaya nyata untuk menjaga kualitas produk secara konsisten.

 

Ketua Umum Formas, Yohanes Handojo, menegaskan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan koperasi untuk menyukseskan program MBG. 

 

Namun, perlu disadari bahwa dukungan pemerintah saja tidak cukup. Koperasi harus mampu mandiri dan inovatif dalam mengelola usaha mereka. 

 

Keberhasilan program MBG akan sangat bergantung pada sejauh mana koperasi dapat bertransformasi menjadi entitas yang kuat dan berdaya saing.

Dalam upaya menciptakan generasi emas 2045, koperasi memiliki peran strategis. 

 

Namun, tantangan di depan mata adalah bagaimana memastikan koperasi siap mengambil peran ini dengan segala tantangan yang menyertainya. 

 

Apakah koperasi kita siap menghadapi tantangan besar ini? 

 

Atau apakah kita hanya akan melihat potensi besar ini terbuang sia-sia karena kurangnya kesiapan dan komitmen?

 

Pemerintah telah memberikan stimulus yang besar melalui program MBG. 

 

Kini saatnya koperasi membuktikan bahwa mereka adalah mitra yang bisa diandalkan dalam menciptakan perubahan nyata bagi masyarakat. 

 

Kunci keberhasilan ada di tangan mereka, dan saatnya untuk bertindak lebih dari sekadar wacana. (SG-2)