Humaniora

Penggunaan Teknologi AI Bisa Jadi Pendukung dan Pelengkap Jurnalisme

Menurut Wenseslaus,  AI saat ini sudah digunakan di banyak organisasi media untuk mengelola data, menyajikan informasi dengan lebih cepat, dan meningkatkan kualitas produksi berita. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
12 Desember 2024
Chief Content Officer Kapanlagi Youniverse, Wenseslaus Manggut (kanan) dalam Seminar Nasional bertajuk Jurnalisme versus Artificial Intelligence yang diselenggarakan Dewan Pers di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (11/12). (Tangkapan Layar Youtube/SG)

ORANG yang posisinya digantikan oleh artificial intelligence (AI) adalah mereka yang justru yang tidak mampu memanfaatkan teknologi dengan baik.

 

Pernyataan tersebut disampaikan Chief Content Officer Kapanlagi Youniverse, Wenseslaus Manggut dalam Seminar Nasional bertajuk Jurnalisme versus Artificial Intelligence yang diselenggarakan Dewan Pers di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (11/12).

 

Dalam acara sebagai bagian dari rangkaian Anugerah Dewan Pers 2024, Wenseslaus atau mengungkapkan keyakinannya bahwa AI bukan ancaman, tetapi justru dapat menjadi alat penting untuk mendukung masa depan jurnalisme.

 

Baca juga: Baznas: Peran Media Kunci Tingkatkan Kesadaran Zakat di Indonesia

 

Menurut Wens, sapaan akrab Wenseslaus,  AI saat ini sudah digunakan di banyak organisasi media untuk mengelola data, menyajikan informasi dengan lebih cepat, dan meningkatkan kualitas produksi berita. 

 

"Dengan teknologi ini, jurnalisme dapat menemukan model bisnis baru. AI adalah jalan pulang bagi jurnalisme," tegas Wens.

 

Potensi dan Tantangan AI di Dunia Jurnalistik

 

Pria yang menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) periode 2020–2023 itu menjelaskan bahwa AI memiliki kemampuan untuk meningkatkan efisiensi newsroom, mulai dari pengumpulan data hingga analisis big data. 

 

Teknologi AI memungkinkan media untuk menghasilkan berita yang lebih cepat, akurat, dan relevan. 

 

Media Massa Vietnam Gunakan AI

 

Ia mencontohkan beberapa negara seperti Vietnam yang telah membuktikan bahwa penggunaan AI dapat memberikan dampak positif bagi media lokal.

 

Namun, Wens juga mengingatkan adanya kekhawatiran mengenai potensi pelanggaran kode etik dan akurasi informasi saat menggunakan AI. Menurutnya, AI tidak dapat sepenuhnya menggantikan jurnalis manusia. 

 

Baca juga: Kunjungi Stasiun TV, Sandiaga Dorong Media Berperan Aktif Publikasi Sektor Parekraf

 

"Seberapa canggih pun AI, keterlibatan manusia tetap diperlukan untuk menjaga aspek etika, daya pikir kritis, dan kebijaksanaan dalam setiap proses produksi berita," ujar Wens.

 

Perlu Edukasi dan Adaptasi Teknologi

 

Wens menekankan pentingnya edukasi bagi para jurnalis agar dapat menguasai teknologi AI dan menggunakannya secara bijaksana. 

 

Ia percaya bahwa penggunaan AI dalam jurnalisme harus bersifat hibrida, di mana teknologi menangani tugas-tugas berbasis data, sementara manusia fokus pada aspek kreatif dan analitis. 

 

"Bagian data dan informasi bisa dilakukan oleh AI, namun knowledge dan wisdom adalah tanggung jawab manusia," tambahnya.

 

Selain itu, Wens mendorong agar organisasi media di Indonesia segera mengadopsi AI untuk meningkatkan daya saing di tengah ketatnya persaingan industri media. 

 

Baca juga: Dewan Pers Gelar Seminar Bahas Bagaimana Teknologi AI Mengancam Jurnalisme

 

"Media yang tidak beradaptasi dengan teknologi AI akan tertinggal. Ini bukan lagi pilihan, melainkan keharusan," tegasnya.

 

Ia mengingatkan bahwa AI hanyalah alat yang harus digunakan dengan bijaksana. Tugas utama jurnalis adalah menjaga roh jurnalistik agar tidak hilang di tengah kemajuan teknologi. 

 

"Kita harus memastikan bahwa etika dan nilai-nilai dasar jurnalisme tetap menjadi prioritas, meskipun teknologi terus berkembang," tutupnya. (Fajar Ramadan/SG-2)