Humaniora

Dewan Pers Gelar Seminar Bahas Bagaimana Teknologi AI Mengancam Jurnalisme

Jurnalisme dan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) bukanlah hal yang saling bertentangan, melainkan melengkapi. AI tidak sepenuhnya akan menggantikan peran manusia. 
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
11 Desember 2024
Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu memberi sambutan pada Seminar Nasional bertema Jurnalisme versus Artificial Intelligence (AI) yang digelar secara hybrid di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (11/12).

DAYA kritis masyarakat sangat penting dalam membedakan informasi valid di tengah era digital. Pers adalah sumber informasi yang benar, berbeda dengan media sosial. Jurnalis dan media harus terus berpikir kritis agar menjaga kepercayaan publik.

 

Pendapat itu disampaikan Ketua Dewan Pers, Ninik Rahayu dalam sambutannya di Seminar Nasional bertema Jurnalisme versus Artificial Intelligence (AI) yang digelar secara hybrid di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (11/12). 

 

Kegiatan seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Anugerah Dewan Pers 2024 dan membahas tantangan serta peluang kecerdasan buatan (AI) dalam dunia jurnalistik.

 

Baca juga: Sebanyak 198 Startup Indonesia Sudah Gunakan Artificial Intelligence (AI)

 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi Pendidikan Dewan Pers, Tri Agung Kristanto, menyoroti kekhawatiran bahwa AI dapat menggantikan peran jurnalis di sejumlah media. 

 

“Jurnalisme dan AI bukanlah hal yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi. Namun, potensi AI menggantikan tugas jurnalis menjadi kekhawatiran yang nyata, terutama di media televisi dan online,” katanya.

 

Meski demikian, Tri Agung optimistis AI tidak sepenuhnya akan menggantikan peran manusia. 

 

Baca juga: Dewan Pers Mendapat Mandat untuk Membentuk Komite Publisher Rights

 

“Manusia memiliki keunikan yang tidak tergantikan. Sikap ini yang perlu dikembangkan saat menghadapi kehadiran AI,” ujarnya.

 

AI telah digunakan dalam dunia pers selama satu dekade terakhir untuk mempercepat produksi berita, termasuk laporan otomatis untuk berita olahraga, laporan keuangan, hingga analisis big data. Teknologi ini juga mendukung personalisasi konten, penyuntingan otomatis, dan pengelolaan arsip berita.

 

Namun, AI juga menghadirkan tantangan, seperti potensi penyebaran berita palsu (fake news) dan manipulasi opini publik melalui bot media sosial. Teknologi ini dapat digunakan untuk propaganda dan disinformasi, yang mengancam integritas jurnalisme.

 

Baca juga: Bertemu Presiden Jokowi, RI-Microsoft Jalin Kerja sama Pengembangan Teknologi AI

 

Melalui seminar tersebut, Dewan Pers mendorong diskusi lebih lanjut tentang pemanfaatan AI yang tetap menjaga nilai-nilai dasar jurnalistik. Para jurnalis juga diimbau meningkatkan kompetensi dalam menghadapi perkembangan teknologi yang semakin kompleks. (Fajar Ramadan/ SG-1)