Humaniora

Museum Subak Tabanan Bali, Jadi Pionir Pengguna Energi Hijau di Indonesia

Renewable Energy Certificate (REC) adalah layanan PLN yang memudahkan pelanggan untuk mendapatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan cara transparan, akuntabel, dan diakui secara global.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
01 Juli 2024
Museum Subak Mandala Mathika di Tabanan, Bali menjadi museum pertama di tanah air yang menggunakan energi hijau untuk operasionalnya melalui layanan Renewable Energy Certificate (REC). (Dok. PLN)

MUSEUM  Subak Mandala Mathika Tabanan, Bali menjadi museum pertama di Indonesia yang menggunakan energi hijau untuk operasionalnya.

 

Museum yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia pada 2012 itu menjalin kerja sama dengan PT PLN  (Persero) terkait penyediaan listrik ramah lingkungan. 

 

Listrik ramah lingkungan itu dihadirkan melalui layanan Renewable Energy Certificate  (REC) sebesar 200 unit atau setara 200 Megawatt Hour (MWh).

 

Baca juga: Sinergi PLN dan KLHK: SPKLU untuk Masa Depan Transportasi Ramah Lingkungan

 

Penyerahan REC dilakukan oleh Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bali Selatan, I Putu Kariana, kepada Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida, Muhammad Noor yang mewakili pengelola Museum Subak Mandala Mathik, pekan lalu.

 

“Kerja sama REC PLN ini merupakan bagian upaya jangka panjang museum untuk menjadi institusi yang ramah lingkungan. Dengan menerima Sertifikat REC dari PLN, kami memastikan bahwa konsumsi listrik kami berasal dari sumber energi terbarukan,” ujarnya, seperti dikutip situs resmi BUMN, Minggu (30/6).

 

"Ini adalah bukti nyata dari komitmen kami untuk mendukung keberlanjutan lingkungan dan menjadi contoh bagi komunitas," imbuh Noor.

 

Baca juga: Menperin Dorong SANKO Holding Turki Berinvestasi di Sektor Industri Mamin dan Energi

 

Penyerahan Sertifikat REC PLN itu, lanjutnya, tidak hanya memperkuat posisi Museum Subak Mandala Mathika sebagai pusat edukasi dan pelestarian budaya, tetapi juga mendorong gerakan energi bersih dan keberlanjutan di Indonesia khususnya Bali.

 

“Dengan dukungan dari pemerintah daerah, komunitas, dan berbagai pemangku kepentingan, Museum Subak berkomitmen untuk terus mengembangkan program-program yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan mendorong pemanfaatan energi terbarukan,” kata Noor lagi.

 

Ia juga berharap, langkah proaktif museum dapat menjadi inspirasi bagi institusi lain di Bali dan seluruh Indonesia untuk turut serta dalam gerakan bersih. Sehingga upaya itu dapat mendorong perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat luas di masa yang akan datang.

 

Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, REC adalah layanan PLN yang memudahkan pelanggan untuk mendapatkan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan cara transparan, akuntabel, dan diakui secara global.

 

Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit EBT.

 

“Kami sangat mengapresiasi langkah Museum Subak yang menjadi simbol ilmu dan kebudayaan Indonesia khususnya di Bali menginisiasi penggunaan REC,” ujarnya. 

 

PLN sebagai pemimpin transisi energi di tanah air berkomitmen, lanjut Darmawan,  memberikan pelayanan terbaik bagi Museum Subak khususnya dalam menyediakan listrik hijau melalui REC.

 

Selain itu, ia menegaskan bahwa langkah tersebut sekaligus kolaborasi penting dalam perjalanan mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060.

 

Kurangi emisi karbon

PLN, sambungnya,  akan terus mendorong berbagai pihak untuk turut berperan aktif demi mewujudkan pengurangan emisi karbon, salah satunya melalui layanan REC ini.

 

Pelaksana harian General Manager (Plh GM) PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali, Patar Situmorang, mengatakan, PLN siap menyediakan listrik andal dan ramah lingkungan di tengah isu dekarbonisasi yang kini menjadi perhatian global.

 

Melalui layanan REC ini, PLN berupaya memberikan kemudahan kepada pelanggan untuk memanfaatkannya.

 

“Dengan menggunakan fasilitas REC dari PLN ini, pelanggan dapat berkegiatan sehari-hari dengan suplai energi yang ramah lingkungan.

 

"Selain itu, dapat ikut serta untuk menekan emisi karbon yang berdampak pada lingkungan dan iklim,” jelasnya.

 

Museum Subak merupakan museum yang pendiriannya digagas oleh Gubernur Bali Prof. Dr. Ida Bagus Mantra. Sejak 1975, I Gusti Ketut Kaler, pakar adat dan agama Provinsi Bali mencetuskan gagasan melestarikan lembaga adat subak sebagai warisan budaya bangsa yang menjadi Cagar Budaya Museum Subak yang selanjutnya bernama Museum Subak. Dipilihnya daerah Tabanan sebagai lokasi museum, karena memiliki subak terbanyak, areal terluas, dan lumbung beras Bali. Museum Subak diresmikan oleh Gubernur Ida Bagus Mantra pada 13 Oktober 1981.

 

Adapun koleksi museum yang berlokasi di Jl. Gatot Subroto No.5b, Banjar Anyar, Kec. Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali itu menyajikan informasi yang berkaitan dengan sistem irigasi sawah tradisional Bali yang disebut Subak. (SG-1)