Humaniora

Motah-19 Ubah Sampah Sungai Jadi Produk Bermanfaat di Bandung

Di Kota Bandung, masalah klasik sampah ini mendapat perhatian serius dari pemerintah kota, yang terus berinovasi untuk mencari solusi. 

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
01 Februari 2025
Mesin Olah Runtah (Motah-19), yang diharapkan dapat mereduksi sampah sungai dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.(Ist/Pemkot Bandung)

SUNGAI yang semestinya menjadi sumber kehidupan kini sering kali bertransformasi menjadi tumpukan sampah. 

 

Di Kota Bandung, masalah klasik sampah ini mendapat perhatian serius dari pemerintah kota, yang terus berinovasi untuk mencari solusi. 

 

Salah satunya adalah hadirnya Mesin Olah Runtah (Motah-19), yang diharapkan dapat mereduksi sampah sungai dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat.

 

Baca juga: Oxbow Cicukang Dipenuhi Sampah, Pemprov Jabar Kerahkan Tim Bersihkan 650 Ton Limbah

 

Inovasi dalam Pengelolaan Sampah Sungai

 

Di kawasan Kelurahan Cisaranten Wetan, Kecamatan Cinambo, sebuah mesin yang mengusung konsep "Reduce, Reuse, Recycle" telah mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah sungai. 

 

Motah-19, mesin yang memiliki kapasitas untuk mengolah 2-4 ton sampah per hari,.

 

Motah-19 dihadirkan untuk memberikan solusi praktis sekaligus inovatif bagi permasalahan yang selama ini sering diabaikan: sampah hasil pengerukan sungai.

 

Mesin ini tidak hanya sekadar memusnahkan sampah, tetapi mengolahnya menjadi abu yang kemudian digunakan untuk produksi bata beton. 

 

Dengan setiap 1 ton sampah yang dibakar, Motah-19 menghasilkan sekitar 10 kg abu yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut. 

 

Solusi yang sederhana namun efektif, seolah memberikan harapan baru bagi masa depan Kota Bandung yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

 

Satu Mesin untuk Menyelesaikan Masalah
  

 

Pada Jumat, 31 Januari 2025, Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara, bersama Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung, Didi Ruswandi, meninjau langsung pengoperasian Motah-19. 

 

Keduanya tampak antusias menyaksikan mesin yang dapat membakar sampah tanpa menggunakan bahan bakar tambahan ini beroperasi. 

 

Baca juga: Bandung Melawan Sampah: Jalan Panjang Menuju Kota Bebas Limbah

 

Koswara mengungkapkan, kehadiran Motah-19 adalah salah satu solusi strategis dalam mengurangi penumpukan sampah sungai yang kerap menjadi penyebab banjir di wilayah Bandung.

 

"Sebagai langkah konkrit dalam mengurangi volume sampah di TPA, mesin ini memungkinkan kami untuk langsung mengolah sampah hasil pengerukan sungai. Sebuah kemajuan yang signifikan dalam pengelolaan sampah kota," ujar Koswara.

 

Sebelum adanya Motah-19, sampah-sampah yang terkumpul dari pengerukan sungai hanya ditampung sementara sebelum akhirnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). 

 

Tentu saja, hal ini tidak hanya memperparah masalah lingkungan, tetapi juga menambah beban di TPA yang sudah semakin penuh.

 

Motah-19: Solusi yang Tepat untuk Sampah Sungai
  

 

Sampah sungai, menurut Didi Ruswandi, memiliki karakter yang sangat bervariasi. 

 

Mulai dari plastik, kayu, hingga sedimen berat, semuanya bercampur aduk. Ini membuat proses pengelolaan sampah menjadi tantangan tersendiri. 

 

Baca juga: Desa Wantilan, Subang, Jabar, Jadi Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis Inovasi

 

Namun, Motah-19 datang sebagai penyelamat dengan kemampuan untuk membakar hampir seluruh jenis sampah yang dihasilkan, kecuali bahan berbahaya dan beracun.

 

“Mesin ini sangat efektif. Tidak ada lagi sampah yang harus dibuang ke TPA. Semua bisa kami kelola langsung di sini,” kata Didi.

 

Setiap harinya, Motah-19 dapat membakar hingga 8 ton sampah dalam waktu 8 jam kerja. 

 

Proses pembakarannya tidak memerlukan bahan bakar tambahan, hanya api yang diarahkan ke dalam tungku mesin. 

 

Pembakaran yang efisien ini memungkinkan hampir seluruh sampah diolah dengan cara yang ramah lingkungan.

 

Dari Sampah Menjadi Bata Beton
  
Salah satu daya tarik utama dari Motah-19 adalah kemampuannya untuk mengubah limbah yang tidak terpakai menjadi sesuatu yang berguna. 

 

Abu hasil pembakaran, yang dihasilkan sekitar 10 kilogram per ton sampah, dapat diolah menjadi bata beton yang memiliki nilai guna tinggi. 

 

Dengan demikian, sampah yang semula dianggap sebagai masalah kini dapat memberikan nilai tambah yang bermanfaat bagi pembangunan infrastruktur kota.

 

Ini bukan sekadar soal efisiensi dalam pengelolaan sampah, tetapi juga soal inovasi dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Seperti kata Didi, 

 

“Kami tidak hanya mengatasi sampah, tetapi juga menciptakan solusi yang berkelanjutan bagi Kota Bandung.”

 

Motah-19 Jadi Contoh Solusi di Tengah Krisis Lingkungan
 

 

Motah-19 bukan hanya sekadar mesin, melainkan simbol dari harapan untuk masa depan yang lebih bersih dan hijau. 

 

Mesin ini seakan memberi tahu kita bahwa setiap masalah besar, seperti sampah sungai, bisa diubah menjadi kesempatan untuk berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

 

Kehadiran Motah-19 di Bandung kini menjadi contoh bahwa langkah kecil—seperti pembakaran sampah dengan teknologi ramah lingkungan—dapat menghasilkan dampak besar. 

 

Dan yang lebih menarik lagi, Kota Bandung tidak berhenti sampai di sini. 

 

Sebelumnya, dua mesin serupa telah hadir di Kecamatan Bandung Kulon dan Sumur Bandung, memperluas jangkauan pengelolaan sampah.

 

Hal ini juga memberi contoh bagi kota-kota lain untuk mengikuti jejak Bandung dalam mengatasi masalah sampah secara kreatif.

 

Dengan Motah-19, Bandung menunjukkan bahwa teknologi bisa menjadi kunci untuk meraih masa depan yang lebih bersih, lebih hijau, dan tentunya lebih berkelanjutan. 

 

Baca juga: Pasar Induk Caringin, Bandung Dikepung Tumpukan Sampah dan Bau Menyengat

 

Sebuah langkah cerdas yang patut diapresiasi, mengingat tantangan pengelolaan sampah di perkotaan semakin kompleks.

 

Kini, sampah yang dulu mengganggu ekosistem sungai bisa menjadi bagian dari solusi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mendatangkan manfaat nyata bagi pembangunan kota. 

 

Sebuah contoh inspiratif bahwa kita tidak hanya harus mengelola, tetapi juga memanfaatkan kembali sampah demi kebaikan bersama. (SG-2)