SEBAGAI ungkapan syukur usia setengah abad lebih, tepatnya 53 tahun sebagai industri tepung terigu (flour mills) pertama di Indonesia, Bogasari Flour Mills menggelar wayang kulit semalam suntuk di lapangan parkir barat pabrik Bogasari, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Acara digelar mulai Jumat (29/11) malam hingga Sabtu (30/11) pukul 04.00 itu. Gelaran wayang tersebut bukanlah yang pertama kali. Sejak 2000 atau hampir seperempat abad silam, PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills setia menggelar kegiatan budaya asli Indonesia yakni Pagelaran Wayang Kulit di setiap ulang tahunnya.
“Suguhan hiburan budaya wayang kulit ini terbuka untuk seluruh masyarakat dan gratis, ajak Franciscus Welirang, Kepala Divisi Bogasari dalam siaran pers yang diterima Sokoguru, Sabtu (30/11).
Baca juga: Bongkar Pemalsuan Tepung Terigu Bogasari, Polisi Imbau Masyarakat Lebih Cermat Membeli
Wayang, lanjutnya, adalah warisan budaya yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal dan wajib terus dilestarikan. Wayang tak hanya memberikan tontonan, tapi juga tuntunan sebagai pedoman hidup manusia. Karena itulah wayang patut diapresiasi karena bisa menjadi inspirasi dan edukasi.
Direktur Indofood yang akrab disapa Franky Welirang itu menambahkan, Bogasari sudah menyiapkan lahan bagi para pedagang yang ingin berjualan aksesoris perwayangan. Lokasi yang disiapkan Bogasari mampu menampung sampai seribu orang.
Pagelaran wayang kulit dalam rangka ulang tahun ke-53 Bogasari ini menghadirkan Lakon ‘Parikesit Jumeneng Ratu’ yang akan dibawakan dalang Ki MPP Bayu Aji Pamungkas.
Baca juga: Mulai Jangkau Indonesia Timur, Bogasari Mengajar Kerja Sama dengan Unpatti Ambon
Lakon Parikesit Jumeneng Ratu itu mengisahkan awal zaman Kalimataya (zaman perubahan) setelah melewati Bharatayudha, sang calon Raja Parikesit satria dari sapto argo sedang bertapa untuk menambah ilmu.
Bersamaan dengan itu ujian datang. Ada perusuh atau pembuat onar di Kerajaan Hastinapura yang berasal dari Kerajaan Trajutrisna (Suroteleng) bernama Raja Sawarka putra dari Bumantoro yang dari kecil diasuh oleh Prabu Boma Narakasura.
Kerusuhan tersebut diprovokasi oleh keturunan musuh antara lain Durso Subolo dan Kertiwindu dari Kurawa. Prabu Sawarka dihasut untuk memusuhi dan membunuh Prabu Kresna dari Dwarawati karena Durso Subolo dan Kertiwindu menganggap Prabu Sawarka punya keinginan untuk membalas dendam atas kematian sang ayahanda Prabu Boma Narakasura.
Kejadian sebenarnya tidak seperti itu, akan tetapi karena hasutan dari Kertiwindu dan Durso Subolo, Prabu Sawarka pun berani memusuhi kakeknya sendiri yaitu Prabu Kresna.
“Harapan kami, melalui ulang tahun yang ke-53 ini, Bogasari ingin terus menunjukkan apresiasinya terhadap kekayaan budaya tradisional Indonesia,” imbuh Franky.
Pada ulang tahun kali ini, sambungnya, tema yang diusung adalah Tumbuh dan Tangguh. Sebab itu,karena inilah semangat yang harus dibangun di tengah tantangan ekonomi nasional maupun global saat ini.
Franky mengatakan turunan dari tema ulang tahun tersebut, Bogasari menggelar kegiatan lari Bogasari Run5+3K yang diikuti ratusan karyawan Bogasari secara nasional di tiga pabrik yakni, Jakarta, Surabaya dan Bekasi. Lari 5+3 K adalah simbol dari 53 tahun Bogasari. Jarak 5 km untuk karyawan wanita dan tambah 3 km untuk pelari pria.
Kegiatan lain yang digelar adalah Bogasari Fashion Show dengan konsep memakai ulang kemasan terigu dan pasta, e-sport Mobile Legend, Bogasari Video Cerita, dan beragam kegiatan lainnya. Beragam ungkapan rasa bersyukur dan bahagia yang digelar Bogasari juga sekaligus untuk membangun kebersamaan dan ketangguhan.
Dan Bogasari sangat berterima kasih kepada masyarakat pengguna terigu, baik industri dan rumah tangga, terlebih lagi UKM yang merupkan pelanggan mayoritas Bogasari selama setengah abad lebih. Bersama kita tumbuh, bersama kita tangguh, tegas Franky. (SG-1)