DI tengah kekhawatiran tentang sampah yang terus menumpuk, Kota Bandung, Jawa Barat, muncul dengan solusi yang inspiratif dan inovatif.
Masyarakat di RW 07 Sarijadi, Kota Bandung, misalnya, telah mengembangkan berbagai teknik pengelolaan sampah organik, mengubah limbah yang kerap menjadi masalah menjadi sumber daya berharga yang membawa manfaat ekonomi dan lingkungan.
Pengelolaan sampah di RW 07 Sarijadi tak sekadar membuang dan mengumpulkan, melainkan mengubah paradigma.
Baca juga: Upaya Mandiri Kelola Sampah, Karang Taruna Bojongloa Kidul Jadi Inspirasi bagi Warga
Warga di wilayah ini menerapkan sepuluh metode pengelolaan sampah organik yang inovatif, salah satunya adalah Biodigister.
Alat ini mengubah sampah organik menjadi biogas melalui proses fermentasi tanpa oksigen, menghasilkan gas metana yang bisa digunakan untuk memasak.
Dengan biodigister, warga tak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menciptakan energi alternatif ramah lingkungan.
Selain itu, teknik Biopori telah terbukti efektif dalam menyerap air hujan dan mempercepat penguraian sampah organik.
Baca juga: Ritel Superindo dan Wahu Kolaborasi Atasi Masalah Sampah Plastik di Bandung Raya
Lubang-lubang kecil di tanah ini bukan hanya memerangi sampah, tetapi juga memperbaiki kesuburan tanah, menjadikannya lebih subur untuk bercocok tanam.
Di dapur rumah, warga Bandung mulai menerapkan metode Takakura, cara sederhana untuk membuat kompos.
Sampah dapur dikumpulkan dalam keranjang, yang kemudian diubah menjadi pupuk kompos kaya nutrisi bagi tanaman.
Ada pula Bata Terawang, sebuah ruang khusus yang memungkinkan proses pembusukan sampah lebih cepat terjadi berkat aliran udara yang baik.
RW 07 Sarijadi juga memiliki Loseda (Lodong Sesa Dapur) dan Wasima (Wadah Sisa Makanan).
Loseda adalah lubang tanah untuk membuang sampah organik sehingga terurai secara alami, sedangkan Wasima berfungsi untuk mengumpulkan sisa makanan yang nantinya diolah menjadi kompos atau pakan ternak.
Dengan adanya wadah-wadah ini, warga dapat mengurangi volume sampah yang mereka hasilkan setiap hari.
Metode yang paling menarik perhatian adalah Maggotisasi, proses penguraian sampah organik menggunakan larva Black Soldier Fly (maggot).
Larva ini sangat efektif dalam mengurangi volume sampah dengan cepat, dan hasil akhirnya bisa menjadi pakan ternak.
Teknik ini diimbangi dengan produksi Ekoenzim, cairan fermentasi dari kulit buah dan sayuran yang berfungsi sebagai pembersih alami dan ramah lingkungan.
Warga juga menerapkan Komposter dan Open Windrow, dua metode kompos yang berbeda namun sama-sama efisien.
Baca juga: Hotel dan Restoran Bandung Kelola Sampah Secara Mandiri, Dukung Atasi Masalah Sampah
Komposter adalah wadah tertutup yang meminimalkan bau dan mempercepat pembusukan, sementara Open Windrow membiarkan sampah organik terurai di udara terbuka dengan bantuan mikroorganisme alami.
Gerakan pengelolaan sampah di Bandung ini membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah-langkah kecil di rumah.
Dengan keterlibatan aktif masyarakat, pengelolaan sampah tak lagi menjadi beban pemerintah semata, melainkan tanggung jawab kolektif yang menghasilkan manfaat bagi semua.
“Mari ambil bagian dalam gerakan ini!” pesan warga RW 07 Sarijadi yang kini menjadi inspirasi.
Dengan langkah kecil yang dilakukan bersama, Bandung bergerak menuju masa depan yang lebih bersih, sehat, dan ramah lingkungan, menyongsong masa depan hijau bagi generasi mendatang. (SG-2)