MEDIA sosial dihebohkan dengan meningkatnya jumlah anak yang menjadi pasien cuci darah rutin di rumah sakit.
Fenomena ini mencerminkan tren peningkatan angka kasus diabetes dan gagal ginjal pada anak yang semakin mengkhawatirkan.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengonfirmasi bahwa kasus diabetes pada anak meningkat sebesar 70$ dari tahun 2010 hingga 2023.
Baca juga: Gaung Lima Harapan Anak Indonesia di Hari Anak Nasional 2024
Survei IDAI juga menunjukkan bahwa 1 dari 5 anak usia 12-18 tahun memiliki urine yang mengandung hematuria atau proteinuria, yang merupakan gejala awal gagal ginjal.
Menanggapi situasi ini, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Kurniasih Mufidayati, menyatakan keprihatinannya terhadap semakin rentannya anak-anak terhadap penyakit tidak menular seperti gagal ginjal dan diabetes.
Politikus Fraksi PKS ini menekankan pentingnya kebijakan komprehensif dari pemerintah yang mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Baca juga: Hari Anak Nasional 2024: Bukan Sekadar Perayaan, Waktunya Bertindak!
"Pemerintah berkewajiban melindungi anak-anak kita dari dampak berbahaya penyakit yang kini menyerang usia muda," tegas Kurniasih.
"Jangan sampai upaya kita fokus melindungi balita dari stunting tapi kecolongan di usia atasnya karena penyakit seperti gagal ginjal dan diabetes anak mengancam," lanjutnya.
Kurniasih meminta pemerintah untuk memperkuat edukasi mengenai bahaya makanan dengan kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) berlebih, terutama pada jajanan anak.
Ia juga mendorong pencantuman level kadar gula dalam makanan dan minuman kemasan oleh industri.
Saat ini, Komisi IX DPR RI sedang membahas Panja Pengawasan Makanan Mengandung Gula, Garam, Lemak (GGL) dan meminta masukan dari berbagai pihak seperti PB IDI, Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat, dan para pakar lainnya.
"Kandungan gula, garam, dan lemak yang berlebih dalam asupan makanan menjadi salah satu penyebab terbesar anak-anak terpapar penyakit seperti diabetes dan gagal ginjal akibat gaya hidup," jelas Kurniasih.
Baca juga: Dorong Anak Konsumsi Protein, Pemkot Surabaya Gelar Lomba Masak Ikan
"Ini tugas DPR bersama pemerintah untuk menghasilkan regulasi yang mengatur kandungan GGL termasuk pada makanan atau jajan anak-anak. Salah satunya untuk melindungi mereka dari asupan yang merusak kesehatan," tambahnya.
Namun, Kurniasih berharap pemerintah bisa bertindak cepat agar fenomena semakin mudanya penderita penyakit tidak menular ini tidak menjadi bom waktu.
“Ayo kita sama-sama pasang alarm jangan sampai fenomena penyakit yang penderitanya semakin muda ini jadi bom waktu,” ujar Kurniasih.
“Mencegah lebih baik daripada mengobati. InsyaAllah demi generasi mendatang kita bisa," pungkasnya.
Fenomena ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan anak.
Kerja sama antara pemerintah, DPR, tenaga medis, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan generasi yang sehat dan bebas dari ancaman penyakit tidak menular. (SG-2)