Humaniora

Jurnalisme Konstruktif Sajikan Berita dengan Solusi, Bukan Sensasi

Jurnalisme konstruktif bisa menjadi solusi atas kejenuhan ini. Pendekatan ini mengurangi efek negatif dari sebuah berita dengan menghadirkan tiga elemen utama: solusi, nuansa, dan percakapan demokratis.

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
04 Februari 2025

Di tengah derasnya arus informasi yang didominasi oleh kabar negatif dan sensasional, jurnalisme konstruktif hadir sebagai angin segar. 

 

Pendekatan ini bukan hanya menyampaikan berita, tetapi juga menawarkan solusi, memberikan nuansa yang lebih seimbang, dan mendorong percakapan demokratis yang melibatkan publik.

 

Program Manager di International Media Support (IMS), Eva Danayanti, menjelaskan bahwa jurnalisme konstruktif bukanlah genre baru dalam dunia jurnalistik, melainkan pendekatan editorial yang mengurangi dominasi sisi negatif dalam pemberitaan.

 

Baca juga: Penggunaan Teknologi AI Bisa Jadi Pendukung dan Pelengkap Jurnalisme

 

"IMS mengadopsi konstruksi jurnalisme ini pertama kali muncul di Denmark," ujar Eva dalam diskusi bertajuk Local Media Community 2025 yang digelar di Whiz Luxe Hotel, Surabaya, Jawa Timur, pada 4-5 Februari 2025.

 

Mengapa Jurnalisme Konstruktif Diperlukan?

 

Konsep ini lahir dari kegelisahan para jurnalis yang mempertanyakan mengapa berita selalu berfokus pada skandal dan sensasi. 

 

CEO Suara.com, Suwarjono. (Ist)



Eva mengutip survei yang menyebutkan bahwa 39% orang menghindari berita karena terlalu menekankan masalah tanpa menghadirkan solusi. 

 

Ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai jenuh dengan pola pemberitaan yang hanya berorientasi pada konflik dan drama.

 

Baca juga: Dewan Pers Gelar Seminar Bahas Bagaimana Teknologi AI Mengancam Jurnalisme

 

"Jurnalisme konstruktif bisa menjadi solusi atas kejenuhan ini. Pendekatan ini mengurangi efek negatif dari sebuah berita dengan menghadirkan tiga elemen utama: solusi, nuansa, dan percakapan demokratis," jelas Eva.

 

Tiga Pilar Jurnalisme Konstruktif

 

Pertama, Solusi – Berita tidak hanya melaporkan masalah, tetapi juga menjelaskan kemungkinan solusi tanpa menghilangkan fakta.

 

Kedua, Nuansa – Menyajikan konteks dan latar belakang yang lebih mendalam, sehingga pembaca memahami keseluruhan masalah, bukan hanya permukaannya.

 

Ketiga, Percakapan Demokratis – Mendorong partisipasi publik dalam mencari dan merumuskan solusi atas suatu isu.

 

Eva menekankan bahwa solusi dalam berita bukan dibuat oleh jurnalis atau media, melainkan melalui proses yang melibatkan publik secara aktif. 

 

Dengan demikian, jurnalisme tidak hanya berperan sebagai penyampai informasi, tetapi juga sebagai fasilitator diskusi yang konstruktif.

 

"Proses penyusunan berita dalam jurnalisme konstruktif tidak hanya terbatas pada 5W (Who, What, When, Where, Why), tetapi juga menambahkan unsur 'apa' dan 'bagaimana',” jelas Eva.

 

“Pendekatan wawancara pun bergeser dari yang cenderung menuduh menjadi lebih ingin tahu, dari dramatis menjadi lebih kritis dan terbuka," tambahnya.

 

Dengan konsep ini, jurnalisme tidak lagi sekadar menyajikan informasi mentah, tetapi membangun komunikasi yang lebih erat dengan pembaca atau audiens untuk bersama-sama mencari solusi.

 

Pentingnya Pengembangan Media Lokal 

 

Pada acara pembukaan yang dihadiri Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih Emil Elestianto Dardak, CEO Suara.com, Suwarjono, menekankan pentingnya pengembangan media lokal di luar Jakarta dan menyoroti tantangan bisnis media saat ini. 

 

Baca juga: Larangan Tayangan Eksklusif Jurnalisme Investigasi, Upaya Tutup Mata Terhadap Kebenaran

 

Menurut Suwarjono, berbagi pengalaman dan berdiskusi dengan para stakeholder dapat membantu menemukan solusi bagi ketidakpastian industri media.

 

Diskusi bertajuk Local Media Community 2025 di yang digelar di Whiz Luxe Hotel, Surabaya, Jawa Timur. (Ist)


Beberapa program strategis LMC 2025 meliputi pemanfaatan artificial intelligence (AI) dalam penyajian berita, penerapan konsep keberlanjutan dalam bisnis media, serta Media Innovation Grant untuk mendorong model bisnis baru yang tidak hanya bergantung pada iklan pemerintah daerah.

 

Dengan berbagai inisiatif ini, LMC 2025 diharapkan mampu menjadi platform kolaborasi yang memperkuat eksistensi media lokal dalam menghadapi era digital dan tantangan industri yang dinamis. (SG-2)