Humaniora

Jamu Indonesia Melonjak 7% Pasca Pandemi: Warisan Budaya Menuju Pasar Global

Pengakuan UNESCO pada Desember 2023 lalu memberikan momentum yang kuat untuk melestarikan dan mengembangkan jamu agar dikenal di luar negeri.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik (PMPU OTSKK), Nurvika Widyaningrum. (SG/Fajar Ramadan)

DI tengah pandemi yang melanda seluruh dunia, jamu—warisan budaya Indonesia yang diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda—menjadi penyelamat bagi banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor obat bahan alam. 

 

Ketahanan luar biasa yang ditunjukkan oleh UMKM jamu ini tercermin dari pertumbuhan sebesar 7% sejak tahun 2020 hingga 2024.

 

Demikian disampaikan Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik (PMPU OTSKK), Nurvika Widyaningrum.

 

Baca juga: Jamu Indonesia: Resmi Masuk UNESCO Sebagai Warisan Takbenda

 

Pernyataan tersebut disampaikan pada acara Bincang Bersama (BiSa) UMKM bertajuk "Industri Jamu Lokal, Berdaya Saing Global" di Gedung Bhineka Tunggal Ika, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Jakarta Pusat, Selasa (28/5).

 

Nurvika Widyaningrum juga mengungkapkan bahwa keberhasilan ini adalah bukti kekuatan tradisi dan kearifan lokal. 

 

"Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya permintaan produk yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, seperti jamu yang sudah dikenal turun-temurun memiliki khasiat menjaga kesehatan," jelas Nurvika.

 

Jamu: Dari Tradisi Lokal ke Pasar Global

 

Pandemi telah membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mempromosikan jamu di pasar global. 

 

Namun, tantangan tetap ada, terutama dalam mempertahankan kualitas dan memperluas pasar. 

 

Pengakuan UNESCO pada Desember 2023 lalu memberikan momentum yang kuat untuk melestarikan dan mengembangkan jamu agar dikenal di luar negeri.

 

Baca juga: Minuman Sehat Tanpa Pahit Mampu Pikat Lidah Anak Muda Bandung

 

Nurvika menekankan bahwa pengakuan UNESCO harus menjadi motivasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. 

 

"Kita harus melestarikan dan mengembangkan jamu agar tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di pasar internasional," tambahnya.

 

Dukungan Regulasi dan Inisiatif Pemerintah

 

Dalam paparannya, Nurvika menggarisbawahi pentingnya Undang-Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 yang mengatur pengembangan obat bahan alam dan peran pemerintah dalam penelitian dan pengembangan. 

 

"Pemerintah berkomitmen memastikan obat bahan alam terus berkembang di Indonesia," katanya.

 

BPOM juga telah mengambil berbagai inisiatif untuk mendukung literasi pelaku usaha dan akses pasar melalui pameran dan expo

 

Baca juga: 'Tetenong', Minuman Khas Bunga Telang dari Kampung Wisata Binong, Bandung

 

"Kami mendorong UMKM untuk naik kelas dan mematuhi ketentuan produksi yang baik agar produk mereka lebih berdaya saing," ujar Nurvika. 

 

Meski demikian, pelaku UMKM seringkali menghadapi kendala dalam mematuhi regulasi ketat, seperti dalam penerapan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).

 

Potensi dan Tantangan Keanekaragaman Hayati

 

Indonesia, sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, memiliki potensi luar biasa dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk obat bahan alam. 

 

"Indonesia kaya dengan sumber daya alam, baik dari daratan maupun perairan, yang dapat menjadi bahan baku obat bahan alam,” terangnya. 

 

“Kita harus memanfaatkan keanekaragaman hayati ini untuk mengembangkan obat bahan alam," jelas Nurvika.

 

Kolaborasi dan Pendampingan

 

BPOM menyediakan berbagai kemudahan untuk mendukung UMKM, termasuk akses perizinan, pendampingan penerapan CPOTB secara bertahap, dan fasilitasi akses bahan baku berkualitas. 

 

Selain itu, BPOM mengajak pelaku usaha besar untuk menjadi orang tua angkat bagi UMKM, membantu dalam hal konsultasi, peralatan, dan knowledge sharing.

 

"Kami berharap langkah-langkah ini dapat membantu UMKM obat bahan alam Indonesia untuk berkembang dan berkontribusi pada perekonomian nasional," tutup Nurvika. (SG-2/Fajar Ramadan)