Humaniora

Belajar Pentingnya Logo Dari Piala Dunia

Apa yang bisa kita pelajari dari logo-logo yang nongol di helatan Piala Dunia Qatar 2022 ini?

Saban kali Piala Dunia digelar, semua perhatian dunia tertuju padaya. Bukan cuma penggemar sepak bola, tapi ibu-ibu, bapak-bapak, anak-anak, mahasiswa, driver ojol, semuanya menonton piala dunia. Hype event 4 tahunan ini pun menjadi pusat perhatian pelaku bisnis.

Bukan hanya permainan sepakbola saja yang disaksikan, tapi logo-logo yang berderet di pinggir lapang, di ruang konferensi pers, yang terpajang di berbagai tempat.

Hajatan besar dunia ini memang ajang untuk pelaku bisnis untuk mencuri perhatian masyarakat dunia. Mereka berani jor-joran bakar uang agar logo perusahaan bisa mejeng di lapangan.

Dari sekian banyak kandidat, hanya 13 perusahaan yang menjadi sponsor piala dunia tahun ini. Mulai dari Wanda Group, perusahaan raksasa properti China, sampai Vivo, produsen ponsel pintar.

Dari sekian logo yang nongkrong anteng di papan reklame, mayoritas penonton dunia mungkin hanya mengenal McDonald’s dan Coca cola. Ya, dua raksasa asal Amerika ini memang telah mendunia karena gerainya ada di banyak tempat dan produknya sudah familiar di masyarakat.

Alih-alih memasang tulisan besar-besar, McDonald’s memilih untuk menempatkan logo berbentuk huruf m warna kuning dengan latar belakang merah. Tanpa tulisan McDonald’s sama sekali. Ini keren! McDonald’s sangat pede memasang logo khas perusahaannya. Siapa yang tidak tahu logo yang sudah ada di hampir 77 negara itu?

Salah satu kekuatan sebuah brand bisa dilihat dari logonya. Jika dirancang dengan benar, logo sebuah perusahaan akan mudah melekat kuat di kepala orang, baik konsumen maupun bukan. Alhasil bisnis jadi melesat, jaringan dapat meluas kuat.

Ketika bisnis sudah kuat, maka ingatan konsumen juga bisa diajak kompromi. Lihat Dunkin Donut yang sudah menghilangkan kata ‘Donut’ dalam semua media iklan. Cukup dengan tulisan Dunkin atau DNKN dengan warna merah jambu, orang sudah tahu, ini perusahaan yang menjual donat dan kopi dengan 9000 gerai di 35 negara.

Logo memang bebas. KFC menggunakan gambar kakek-kakek berjenggot, Jamu Nyonya Meneer menggunakan perempuan berkebaya putih, Kacang Garuda menggunakan gambar burung garuda yang mencengkeram kacang. Bahkan Nike menggunakan gambar ceklis untuk logonya. Yang jelas logo mesti membuat orang ingat dengan produk dan layanan kita.

Bagi kita, pelaku UMKM, saat ini yang terpenting logo itu dibuat relevan dengan bisnis, sederhana tapi mudah diingat,  mudah dikenali, timeless, orisinal, pilihan warna yang tepat, tidak menimbulkan arti yang menyimpang dan fleksibel atau mampu ditempatkan di semua media dengan ukuran yang pas. Dengan begitu, logo akan mudah diingat oleh konsumen.

Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa logo juga mengandung filosofi. Logo juga menggambarkan kondisi yang ingin dicapai, atau ideologi, atau nilai-nilai perusahaan. Pertamina contohnya. Logo awal mereka bergambar bintang yang diapit di kanan kiri oleh dua kuda laut. Namun tahun 2005 logo berubah menjadi anak panah dengan warna biru, hijau, dan merah yang bermakna unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha.

Ayo corat-coret bikin gambar logo, sehingga yang besar terkenal tidak hanya nama usaha dari mulut ke mulut. Namun kelak, ketika harus pasang iklan, tambah gerai, jadi sponsor, wajah usaha kita akan mudah dikenali orang.