Ekonomi

UMKM Alpukat Probolinggo Tembus Pasar Nasional Berkat Klasterku Hidupku BRI

Klaster Alpukat Probolinggo merupakan bagian dari program Klasterku Hidupku BRI, sebuah inisiatif pemberdayaan yang mendukung pertumbuhan UMKM agar lebih berkembang. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
02 Februari 2025
Dodik Handoko, Ketua Klaster Alpukat Probolinggo, yang berhasil membawa alpukat lokal menembus pasar nasional. (Ist/BRI_

Desa Maron di tengah perbukitan Probolinggo, Jawa Timur, menyimpan kisah sukses usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang menginspirasi. 

 

Di desa dengan tanah subur ini, rimbunnya pohon alpukat menjadi saksi perjuangan para petani dalam mengembangkan usaha mereka. 

 

Salah satu tokoh di balik kesuksesan ini adalah Dodik Handoko, Ketua Klaster Alpukat Probolinggo, yang berhasil membawa alpukat lokal menembus pasar nasional.

 

Baca juga: BRI Berpotensi Kehilangan Rp 2,5 Triliun, Penghapusan Kredit Macet UMKM Dimulai

 

Klaster Alpukat Probolinggo merupakan bagian dari program Klasterku Hidupku BRI, sebuah inisiatif pemberdayaan yang mendukung pertumbuhan UMKM agar lebih berkembang. 

 

Berkat klaster ini, Dodik tak hanya memberdayakan dirinya sendiri, tetapi juga membantu petani sekitar untuk meningkatkan produksi dan pemasaran alpukat.

 

Dari Pasar Kecil ke Puluhan Ton

 

Perjalanan Dodik dimulai dengan menjual 100 kilogram alpukat di pasar-pasar kecil. 

 

Seiring waktu, permintaan semakin meningkat. Dari hanya mampu membeli satu ton, kini ia berhasil memasok 30 hingga 40 ton alpukat ke berbagai pasar di Indonesia. 

 

Alpukat Probolinggo kini dikenal luas, mulai dari Pasar Induk Jakarta, Cikopo, Cibitung, hingga Kramat Jati. Bahkan, ketika pasokan alpukat di Sumatra berkurang, Dodik turut mengirimkan hasil panennya ke Medan.

 

Baca juga: DPR Desak OJK Permudah Akses Kredit dan Bimbingan bagi UMKM

 

"Kalau Medan kekurangan, kami kirim dari Probolinggo. Sebaliknya, kalau Jawa yang habis, suplai kadang datang dari Medan. Jadi, saling melengkapi," ujar Dodik sebagaimana dilansir situs BRI, baru-baru ini.

 

Harga alpukat yang dijual pun beragam tergantung pasarnya. 

 

Untuk supermarket, harga bisa mencapai Rp30 ribu per kilogram, sementara di pasar tradisional berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram.

 

Laris Manis di Bazar UMKM BRILiaN

 

Sebagai primadona dari Maron, alpukat dari Klaster Alpukat Probolinggo turut hadir di Bazar UMKM BRILiaN yang digelar di Area Taman BRI, Jakarta, pada 16 Desember 2024. Hasilnya, alpukat yang dibawa Dodik ludes dalam satu hari.

 

Menurut Dodik, bazar ini sangat membantu klasternya dalam memperkenalkan alpukat Probolinggo ke pangsa pasar yang lebih luas. 

 

"Bazar UMKM BRILiaN sangat membantu kami. Semoga ini bisa menginspirasi pelaku UMKM lainnya, bukan hanya di daerah kami, tapi juga di seluruh Indonesia," ujarnya.

 

Peran BRI dalam Pemberdayaan UMKM

 

Dodik mengenal BRI sejak 2015 ketika pertama kali mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp50 juta. 

 

Modal tersebut menjadi titik awal bagi pengembangan usahanya. Seiring ekspansi bisnis, ia meningkatkan pinjaman KUR hingga Rp150 juta. 

 

Dengan pembayaran yang selalu lancar, Dodik menganggap kemitraannya dengan BRI sebagai faktor utama yang membuat usahanya tetap stabil hingga kini.

 

Baca juga: UMKM Indonesia Siap Tembus Pasar Meksiko Lewat Expo ANTAD 2025

 

"Dengan BRI, kami tak bingung cari pinjaman ke mana. Alhamdulillah, pembayaran juga lancar. Kami sangat terbantu," katanya.

 

Ke depan, Dodik berharap kemitraannya dengan BRI terus berlanjut untuk mendukung pertumbuhan UMKM seperti miliknya. 

 

"Semoga usaha kami semakin sukses dan terus berkembang," ucapnya.

 

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menegaskan bahwa Klasterku Hidupku merupakan strategi pemberdayaan berbasis kelompok usaha dalam satu wilayah. 

 

Program ini tidak hanya mendorong perkembangan bisnis, tetapi juga menciptakan kebersamaan di antara para pelaku usaha.

 

"Strategi bisnis mikro BRI berfokus pada pemberdayaan yang berada di depan pembiayaan,” jelas Supari. 

 

“Sebagai bank yang berkomitmen pada UMKM, BRI telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi," ujar Supari.

 

Kisah sukses Dodik Handoko menjadi bukti bahwa dengan kerja keras, dukungan klaster, serta akses ke pembiayaan yang tepat, UMKM dapat berkembang pesat dan menembus pasar nasional. 

 

Alpukat Probolinggo pun kini bukan sekadar hasil panen, melainkan simbol keberhasilan ekonomi berbasis pemberdayaan. (SG-2)