KINERJA Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mencatat hasil gemilang, meski dihadapkan pada tantangan ekonomi global dan domestik yang cukup berat.
Defisit APBN berhasil ditekan ke angka 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB), setara dengan Rp 507,8 triliun, lebih rendah dibandingkan perkiraan awal sebesar 2,70% dari PDB.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan capaian ini dalam konferensi pers APBN KiTa yang disiarkan melalui kanal YouTube Kementerian Keuangan, Senin (6/1).
Baca juga: Tantangan APBN 2025, Pemerintahan Baru Hadapi Kebutuhan Anggaran yang Bengkak
“APBN 2024 kita tutup jauh lebih baik dari prediksi di pertengahan tahun,” ujar Sri Mulyani, yang akrab disapa Ani.
Tantangan Ekonomi Global dan Domestik
Sepanjang 2024, berbagai tekanan global seperti anjloknya harga batubara, kenaikan harga minyak, serta ketegangan geopolitik di Timur Tengah, sempat mengguncang perekonomian nasional.
Inflasi mencapai 3,1% pada Maret 2024, dan nilai tukar rupiah melemah hingga Rp 16.421 per dolar AS pada Juni. Meski demikian, kebijakan pemerintah yang tepat mampu meredam gejolak tersebut.
Baca juga: DPR Ingatkan Pemerintah soal Penurunan Penerimaan Perpajakan dan Defisit APBN
Pulihnya harga komoditas seperti batubara, nikel, dan Crude Palm Oil (CPO) pada semester II 2024, serta stimulus ekonomi dari China, membawa sentimen positif bagi pasar global.
Alhasil, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat melemah ke 7.063,6 pada Juni, kembali menguat ke 7.079,9 pada Desember.
Kinerja Pendapatan dan Belanja Negara
Penerimaan negara tumbuh 2,1% (yoy), mencapai Rp 2.842,5 triliun atau 101,4% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 2.802,3 triliun.
Di sisi lain, belanja negara tumbuh 7,3% (yoy), mencapai Rp 3.350,3 triliun atau 100,8% dari target Rp 3.325,1 triliun.
Pertumbuhan belanja didorong oleh peningkatan belanja kementerian/lembaga yang mencapai 14,1% dari target.
Defisit keseimbangan primer tercatat sebesar Rp 19,4 triliun atau 75,9% dari target APBN, sementara Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) meningkat signifikan menjadi Rp 45,4 triliun, dibandingkan Rp 19,4 triliun pada 2023.
Prestasi di Tengah Tekanan
Sri Mulyani menegaskan bahwa capaian defisit APBN sebesar 2,29% dari PDB merupakan prestasi yang membanggakan di tengah tekanan ekonomi global.
“Defisit ini lebih rendah dari target awal APBN yang mencapai Rp 522,8 triliun. Kita berhasil menjaga keseimbangan fiskal di tengah tekanan ekonomi global yang berat,” pungkasnya.
Baca juga: Anggota DPR Desak Pemerintah Selamatkan Sritex Tanpa Bebani APBN
Dengan pencapaian ini, pemerintah optimis menghadapi tantangan ekonomi di tahun 2025, menjaga stabilitas ekonomi, dan mendorong pertumbuhan yang inklusif.(Fajar Ramadan/SG-2)