LEMBAGA Pengembangan Ilmu dan Teknologi (LPIT) Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Seminar Nasional bertajuk "Peningkatan Kinerja Logistik di Indonesia: Refleksi, Tantangan, dan Peluang Sistem Logistik Nasional" di Aula Barat ITB, Bandung, Kamis (25/7).
Acara ini menghadirkan berbagai ahli dan pemangku kepentingan dalam sektor logistik, termasuk Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
Dalam pembukaannya, Menhub Budi Karya menekankan pentingnya Pelabuhan Tanjung Priok dan Patimban sebagai logistic hub utama Indonesia.
Baca juga: Gelar Seminar Nasional, ITB Rumuskan Strategi Peningkatan Logistik di Masa Depan
Strategi logistic hub diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem logistik nasional.
Pengembangan Sistem Transportasi Logistik Laut
Sesi kedua seminar dengan tema “Pengembangan Sistem Transportasi Logistik Laut” fokus pada refleksi pelaksanaan program Tol Laut, pengembangan short sea shipping - Ro-Ro, dan pengembangan inland waterways.
![]()
R.J. Lino, peneliti dari Pusat Kajian Logistik dan Pengembangan Wilayah, menyoroti masalah value of time dalam logistik Indonesia yang berdampak pada kenaikan harga barang hingga 1%-5%.
Menurut Lino, penerapan sistem Ro-Ro secara luas di pelabuhan dapat mengurangi masalah inefisiensi.
Ia menegaskan bahwa masalah over capacity baik dalam transportasi darat maupun laut menjadi perhatian utama.
Baca juga: Ekspor Penggerak Utama Ekonomi Indonesia, Menhub: Kolaborasi Jadi Kunci
Masalah Overcapacity dan Implementasi Sistem Ro-Ro
Khoiri Sutomo, Ketua Gabungan Pengusaha Angkutan Sungai dan Penyeberangan (Gapasdap), menyoroti kendala teknis yang menyebabkan masalah overcapacity dan menyulitkan implementasi sistem Ro-Ro.
"Dalam transportasi laut, tantangan utamanya adalah keterbatasan pelabuhan yang tersedia secara luas. Akibatnya, beberapa angkutan harus beroperasi di pelabuhan kecil,” jelas Khoiri.
“Misalnya, pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dapat menerapkan sistem yang lebih efisien di pelabuhan Sorong karena keduanya setara,” terangnya.
“Namun, biaya tinggi untuk rute ke Merauke membuat kapal sering kembali ke Tanjung Perak dengan kapasitas angkutan yang tidak maksimal," tegas Khoiri.
Khoiri juga menambahkan bahwa tantangan ini mencakup biaya logistik yang tinggi, pengalaman angkutan yang sering kosong saat kembali, dan masalah stabilitas kapal saat terjadi overcapacity.
Baca juga: Gelar Seminar Nasional, ITB Rumuskan Strategi Peningkatan Logistik di Masa Depan
Kendala ini berasal dari infrastruktur dan suprastruktur logistik yang belum memadai, termasuk regulasi dan penjadwalan, serta preferensi konsumen yang bervariasi.
R.J. Lino, menegaskan bahwa solusi untuk masalah ini adalah perbaikan regulasi dan model logistik nasional.
"Implementasi sistem logistik yang lebih efisien antara Jawa dan Sumatera pada periode 2025-2030 diharapkan dapat mengurangi penggunaan BBM bersubsidi, menurunkan biaya logistik, dan mengeliminasi kebutuhan untuk membangun infrastruktur darat seperti tol," tambah Lino.
Inland Waterways sebagai Solusi Efisiensi Logistik
Inland waterways atau jalur sungai juga menjadi solusi efisiensi logistik. Rancangan logistik ini mencakup jalur yang melintasi Tanjung Priok, Bekasi, Cikampek hingga Patimban.
Solusi ini juga diharapkan dapat menghemat 10-15 tahun pembangunan dibandingkan dengan jalur darat dan mengurangi volume kendaraan di tol Jakarta-Cikampek, yang sering kali menyebabkan penundaan dan peningkatan value of time.
Potensi Pelabuhan Patimban
Dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban, diharapkan alur logistik akan lebih lancar dan efisien.
Pelabuhan Patimban memiliki potensi besar untuk menjadi acuan logistik masa depan Indonesia, termasuk pemanfaatan sungai yang belum tergarap secara optimal.
Seminar ini tidak hanya menjadi ajang diskusi dan refleksi, tetapi juga menjadi langkah konkret dalam mencari solusi terhadap tantangan logistik nasional.
Dengan implementasi sistem logistik yang lebih baik, Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kinerja logistiknya dan mengurangi biaya yang tidak perlu, sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (Rafqi Sadikin/SG-2)