MEMASUKI hari ketiga, Jumat (11/10) gelaran Trade Expo Indonesia (TEI) ke-39 Tahun 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten, aktivitas yang dilakukan Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui Atase Perdagangan Luar Negeri terus sambung menyambung sejak pagi hingga malam hari.
Pengunjung yang ingin mengikuti kegiatan tersebut harus pandai-pandai memilih tema yang diminati sesuai dengan bisnis yang digelutinya.
Perwakilan Perdagangan RI di Canberra,Australia, misalnya,mengadakan seminar Strategi Penetrasi Kuliner dan Produk FnB Indonesia di Pasar Australia dan Diseminasi Market Intelligence Pasar Australia, di ruang Garuda 5 B.
Baca juga: Perluas Akses Pasar, 800 peserta TEI Ikut Konseling Bisnis Bersama Perwadag RI
Dalam kegiatan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB hingga 17.00 itu dilakukan pula peluncurkan perdana platform Global e-Commerce Goorita
Atase Perdagangan RI di Canberra, Agung Haris Setiawan, menekankan, pemerintah konsisten mendukung produk lokal Indonesia yang berkualitas dan terjangkau untuk memperluas akses di pasar global, termasuk di Australia.
“Dukungan terhadap peluncuran platform ini merupakan bentuk nyata keberpihakan Kemendag melalui Perwakilan Perdagangan di luar negeri, khususnya dalam membawa produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal go global,” ujarnya.
Baca juga: Menimba Pengetahuan Lewat Seminar, Talk Show dan Forum Bisnis di TEI 2024
Menurut Haris, minat pasar Australia terhadap produk Indonesia terus meningkat. Produk Indonesia dikenal dengan kualitasnya yang baik serta harga terjangkau.
“Peluang ini harus dimanfaatkan oleh para pelaku usaha Indonesia. Salah satunya dengan memanfaatkan platform Goorita yang akan mempermudah langkah para pelaku usaha go global,” terang Haris.
Pada kesempatan itu, pendiri Goorita, Yuwono Wicaksono menjelaskan, platform Global e-Commerce Goorita akan mempermudah diaspora Indonesia dan konsumen umum di luar negeri mendapatkan produk Indonesia berkualitas di negaranya masing-masing.
Baca juga: Buka TEI ke-39, Presiden Ingatkan Tantangan yang Pengaruhi Perdagangan Internasional
Untuk pembelian dalam jumlah tertentu, lanjutnya, konsumen akan mendapatkan gratis ongkos kirim. Saat ini, sudah ada empat negara yang menjadi pasar platform Goorita, yaitu Australia, Jepang, Taiwan, dan Malaysia.
“Kami sangat antusias dengan peluncuran ini dan berharap Goorita dapat memperkuat koneksi antara UMKM Indonesia dengan pasar internasional. Ini adalah langkah nyata kami dalam mempromosikan produk lokal sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” imbuh Yuwono.
Kerja Sama RI- Kenya, Uganda, dan Somalia
Sementara itu, di ruang Nusantara I A, KBRI Nairobi mulai pulul 09.00 hingga 12.00 mengadakan forum bisnis Peluang Pasar Ekspor Kenya, Uganda dan Kongo.
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor (PPIE), Arief Wibisono, mengatakan, Indonesia terus berupaya untuk memperkuat kerja sama perdagangan dengan Kenya, Uganda, dan Somalia.
“Saat ini, sektor perdagangan Indonesia baik dan stabil untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dengan ketiga negara dari Afrika Timur tersebut,” ujarnya dalam Forum Bisnis Indonesia–Nairobi.
Forum tersebut diselenggarakan di sela-sela gelaran TEI ke-39 dengan dihadiri 50 peserta yang terdiri dari buyer dan ekshibitor. Turut hadir Duta Besar RI untuk Nairobi M. Hery Saripudin, Atase Perdagangan Kedutaan Besar Kenya di Jakarta Maurine Abungu, Konsul Kehormatan RI di Uganda Paresh Shukla, Insinyur Senior Kementerian Pertanian, Peternakan, dan Perikanan Uganda Ochan Jolly Joe, dan Direktur Jenderal Badan Promosi Ekspor Nasional (National Agency for Exports Promotion/ANAPEX) Mike Tambwe Lubemba.
“Sektor perdagangan Indonesia baik dan stabil untuk memperkuat kerja sama perdagangan dengan Kenya, Uganda, dan Somalia. Data yang kami miliki pun mencatat, Indonesia mampu mempertahankan surplus neraca perdagangan sebesar USD 546 juta dengan ketiga negara tersebut. Surplus ini menunjukkan keunggulan Indonesia di sektor-sektor ekspor utamanya,” ujar Arief.
Lebih lanjut, ia menyatakan, hubungan perdagangan antara Indonesia dan Kenya, Uganda, serta Somalia menunjukkan tren positif selama lima tahun terakhir.
Hal itu dibuktikan dengan peningkatan transaksi perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara tersebut sebesar 13,5%. Dengan begitu, kerja sama perdagangan antar negara mengalami peningkatan dan memiliki potensi berkelanjutan.
Arief menambahkan, seluruh perdagangan yang dijalankan antara Indonesia dengan Kenya, Uganda, dan Somalia berasal dari sektor nonmigas dan nongas alam.
Hal itu menunjukkan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan ketiga negara tersebut berfokus pada produk-produk manufaktur, pertanian, dan komoditas nonenergi lainnya.
Dengan demikian, seluruh negara mitra Indonesia ini diharapkan dapat melanjutkan kerja sama serta meningkatkan hubungan dagang dan investasi dengan Indonesia.
Berdasarkan data Kemendag, ekspor Indonesia ke Kenya, Uganda, dan Somalia pada 2023 mengalami penurunan sebesar 2,11% dibandingkan pada tahun sebelumnya.
“Penurunan ini dipengaruhi faktor ekonomi global, gangguan rantai pasokan, dan pergeseran permintaan,” ungkap Arief.
Sementara itu, impor dari Kenya, Uganda, dan Somalia ke Indonesia pada 2023 mengalami penurunan sebesar 15,22% dibandingkan pada 2022. Meskipun mengalami fluktuasi, neraca perdagangan antara Indonesia dan ketiga negara ini masih menguntungkan bagi Indonesia.
Arief menyatakan, produk ekspor utama Indonesia ke Kenya, Uganda, dan Somalia meliputi minyak sawit, minyak asam, kain, dan sabun batangan. Di sisi lain, produk impor utama negara-negara tersebut ke Indonesia adalah biji kakao, kacang hijau, teh hitam, poliester, katun, dan reptil.
Selanjutnya, Arief mengutarakan, Kenya tengah menjajaki peluang untuk berkolaborasi dalam inisiatif energi terbarukan dengan Indonesia. Sektor ini memiliki potensi investasi yang besar.
Hal itu didukung dengan dorongan global menuju keberlanjutan dan pengurangan jejak karbon. Kolaborasi tersebut dapat melibatkan bidang-bidang seperti tenaga surya, energi angin, dan proyek panas bumi dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) Kenya dan keahlian teknologi Indonesia.
“Indonesia--Kenya juga sedang berupaya untuk membentuk Perjanjian Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA). Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi tarif dan hambatan perdagangan pada barang dan jasa tertentu sehingga memudahkan bisnis untuk beroperasi lintas batas. Perjanjian ini akan memperkuat hubungan perdagangan, mendorong investasi, dan membuka peluang baru bagi bisnis di kedua negara,” terang Arief. (Ros/SG-2)