DALAM program Terra Inventa 1.0, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dari wilayah Timur Indonesia, khususnya Merauke, Papua Selatan, masih dihadapkan pada persoalan kompleks untuk mengikuti arus agenda nasional, yakni digitalisasi.
Digitalisasi dipandang sebagai solusi untuk meningkatkan bisnis para pelaku UMKM, tapi itu tidak berlaku di Merauke. Jarak yang sangat jauh dari kota-kota besar kerap membuat segala upaya pengembangan bisnis kecil di daerah itu tersendat.
Hal itulah yang dialami Elvira, salah satu pelaku UMKM Kerajinan Tangan asal Merauke. Ia mengisahkan pengalamannya ketika menerapkan digitalisasi dalam bisnisnya melalui e-commerce.
Baca juga: Sokoguru dan Rumah BUMN Merauke Berkolaborasi Kembangkan UMKM Wilayah Timur Indonesia
“Kita sudah memasarkan secara digital, namun belum optimal. Mungkin teman-teman UMKM di Bandung ongkirnya sesama Jawa bisa murah. Namun, ketika kami mencoba memasarkan di sana, ongkirnya cukup besar, mahal,” jelasnya dalam Webinar Inverta 1.0 yang dihelat secara daring, pada Senin (26/8).
Misalkan, tambah Elvira, ketika saya menjual batik Papua yang dikreasikan menjadi bunga dan dijadikan souvenir yang memang berasal dari Merauke itu biayanya besar sekali.
Untuk mengatasi masalah tersebut, para pelaku UMKM di Merauke pernah didatangi pihak Tokopedia kemudian pernah juga masuk ke dalam program yang dihelat Bank BRI 1000 UMKM, namun pemecahan masalah ongkos kirim itu kerap menemui jalan buntu.
Baca juga: Seminar Nasional ITB: Upaya Cari Solusi Tingkatkan Kinerja Logistik Indonesia
“Ketika kita menginformasikan itu terus sudah stuck gitu nggak ada kemajuan, gimana nih mendampingi UMKM untuk bisa masuk ke e-commerce gitu. Sedangkan e-commerce kan meluas, apa-apa kalau orang mau belanja daripada offline mending online aja,” keluhnya lagi.
Google My Business
Merespons keluhan Elvira, Koordinator Rumah BUMN Bandung, Supriatna, mengakui, tingginya biaya pengiriman masih menjadi kendala utama dalam digitalisasi bisnis di wilayah Timur Indonesia.
Menurutnya, masalah logistik memang menjadi tantangan besar, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya.
Baca juga: Gelar Seminar Nasional, ITB Rumuskan Strategi Peningkatan Logistik di Masa Depan
Salah satu solusi yang diusulkan Supriatna adalah dengan membuka hub di beberapa kota strategis.
“Ada beberapa startup yang saya tahu dan kenal dapat membantu mengatasi kendala pengiriman dengan membuka hub di kota-kota besar seperti di Jawa, Bali, dan Sumatra. Ini bisa menjadi cara untuk menurunkan biaya ongkos kirim yang selama ini menjadi penghalang utama bagi UMKM di wilayah Timur,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Supriatna juga mengungkapkan, Rumah BUMN sedang dalam tahap diskusi dengan berbagai marketplace besar untuk mencari solusi efektif bagi UMKM di wilayah Timur.
"Kami perlu duduk bersama dengan pihak-pihak terkait untuk mencari cara bagaimana UMKM di wilayah Timur bisa tumbuh dan bersaing sama seperti UMKM di Pulau Jawa," imbuhnya.
Supriatna juga menyarankan penggunaan strategi digital lain seperti optimalisasi Google My Business, yang dapat membantu meningkatkan visibilitas bisnis tanpa harus bergantung sepenuhnya pada e-commerce.
“UMKM perlu terus melakukan evaluasi dan optimalisasi terhadap konten digital mereka, termasuk pemanfaatan Google My Business yang bisa meningkatkan peluang bisnis mereka muncul di hasil pencarian Google,” tambahnya.
Dengan pendekatan bertahap ini, diharapkan UMKM di wilayah Timur Indonesia bisa lebih kompetitif dan mengatasi tantangan logistik yang selama ini menghambat pertumbuhan mereka. (Fajar Ramadan/SG-1)