Ekonomi

Pemerintah Dorong Ekonomi Hijau untuk Stabilkan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang

Menko Airlangga juga mengapresiasi munculnya banyak startup dan bisnis baru yang menerapkan prinsip 9R ekonomi sirkular (Refuse, Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Recycle, Recover).

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
05 Juli 2024
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam sambutannya secara virtual pada pembukaan Green Economy Expo 2024, yang mengangkat tema “Advancing Technology, Innovation, and Circularity”, di Jakarta, Rabu (3/7).. (Ist/Kemenko Perekonomian)

DALAM upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 6%-7% menuju Visi Indonesia Emas 2045, Indonesia tidak hanya bisa bergantung pada ekonomi konvensional. 

 

Transformasi menuju ekonomi hijau, ekonomi sirkular, dan ekonomi biru menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan tersebut. 

 

Hal ini juga sejalan dengan pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs), Paris Agreement, dan target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.

 

Baca juga: World Economic Forum di Tiongkok, Sandiaga Dorong Ekonomi Hijau untuk Sektor Parekraf

 

Dalam sambutannya secara virtual pada pembukaan Green Economy Expo 2024 di Jakarta, baru-baru ini, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menjelaskan bahwa penerapan ekonomi hijau dalam jangka panjang diproyeksikan dapat menstabilkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 6,22% hingga 2045. 

 

Selain itu, ini juga diharapkan mampu mengurangi emisi sebesar 86 juta ton CO2-ekuivalen serta menciptakan hingga 4,4 juta lapangan kerja.

 

“Ekonomi hijau adalah langkah penting dalam transformasi ekonomi menuju negara berpendapatan tinggi yang setara dengan negara maju, serta keluar dari jebakan pendapatan menengah,” ujar Airlangga sebagaimana dikutip situs Kemenko Perekonomian, Kamis (4/7).

 

Peluang dalam Ekonomi Hijau

 

Airlangga menyebutkan dua peluang besar dalam pengembangan ekonomi hijau. 

 

Pertama, adalah transisi aktivitas ekonomi eksisting. Pada sektor energi, transisi diarahkan melalui penerapan energi baru dan terbarukan seperti energi surya, angin, hidro, dan biomassa. 

 

Baca juga: BRI Tegaskan Komitmen pada Ekonomi Hijau Melalui KPR Green Financing

 

“Pengurangan emisi karbon dari PLTU juga dilakukan melalui kombinasi amonia dan Carbon Capture Storage (CCS). Ekosistem EV atau e-mobility perlu terus didorong untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca dari pembakaran BBM,” tambahnya.

 

Ekonomi hijau dan sirkular akan membantu industri di Indonesia menjadi lebih berdaya saing dalam aspek keberlanjutan. 

 

Saat ini, terdapat 152 perusahaan yang memiliki Sertifikat Industri Hijau, yang memberikan manfaat ekonomi seperti penghematan energi senilai Rp3,2 triliun per tahun dan penghematan air senilai Rp169 miliar per tahun.

 

Munculnya Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru

 

Peluang kedua adalah memunculkan pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui pengembangan sektor dan aktivitas sirkular yang inovatif, termasuk industri berbasis sumber daya alam hayati berkelanjutan atau bio-ekonomi, ekonomi biru, dan industri pemanfaatan limbah.

 

Indonesia sebagai negara megabiodiversity memiliki potensi besar dalam pengembangan industri bio-ekonomi. 

 

Pemerintah telah mengembangkan 22 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang didorong untuk mengadopsi prinsip ekonomi hijau dan ekonomi sirkular sehingga dapat menarik investasi hijau.

 

Baca juga: Indonesia Dukung Aksi Iklim dan Reformasi Kebijakan Ekonomi Hijau Berkelanjutan

 

Airlangga juga mengapresiasi munculnya banyak startup dan bisnis baru yang menerapkan prinsip 9R ekonomi sirkular (Refuse, Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Recycle, Recover).

 

 “UMKM juga dapat menjadi aktor utama dalam transisi ekonomi sirkular, seperti bisnis reparasi, pengumpulan barang elektronik bekas, dan bisnis daur ulang limbah,” ujarnya. 

 

Ia menekankan pentingnya dukungan pendampingan dan pendanaan bagi startup dan UMKM untuk tumbuh dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

 

Sebagai penutup, Menko Airlangga mengapresiasi peluncuran Peta Jalan dan Rencana Aksi Ekonomi Sirkular serta Peta Jalan Pengelolaan Susut dan Sisa Pangan. 

 

“Kedua dokumen ini akan menjadi tonggak masa depan perekonomian Indonesia yang hijau dan berkelanjutan, memberikan manfaat bagi masyarakat dan alam nusantara,” pungkasnya. (SG-2)