Ekonomi

Menkop UKM: Startup Indonesia Peringkat ke-6 Dunia, Dorong Terus ke Pasar Global

Diharapkan Startup Indonesia bisa menjadi entrepreneur kelas dunia, melahirkan ekonomi baru. Namun perjalanan menuju kesuksesan global tidak mudah. Ada tiga tantangan besar yang perlu dihadapi.
 

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
17 September 2024
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pada acara Sharing Session Startup Go Global 2024 yang digelar di Jakarta dan disiarkan secara langsung melalui kanal youtube Kementerian Koperasi dan UKM , Selasa (17/9). (Dok. Tangkapan Layar Sokoguru/Fajar Ramadan).

INDONESIA telah menjadi salah satu negara dengan ekosistem startup paling dinamis di dunia.  Saat ini, Indonesia  menduduki peringkat keenam dunia dengan jumlah sekitar 2.600 startup per September 2024.

 

Hal itu disampaikan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, dalam acara Sharing Session Startup Go Global 2024 yang digelar di Jakarta dan disiarkan secara langsung melalui kanal youtube Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM), Selasa (17/9). 

 

“Kita sudah melihat banyak startup yang hadir di berbagai sektor, seperti teknologi dan kesehatan. Kita mengharapkan Indonesia mampu menghadirkan solusi inovatif untuk berbagai tantangan lokal,” ujarnya dalam sambutannya. 

 

Baca juga: Lima Startup Siap Berangkat ke Australia dalam Program Baparekraf ScaleUp Champions 2024

 

Kementerian Koperasi dan UKM, sambung Teten,  telah mendampingi 713 startup melalui program akselerasi dan inkubasi. Namun, tujuan ke depan adalah mendorong lebih banyak startup Indonesia untuk menembus pasar internasional dan membawa solusi serta inovasi ke tingkat global.

 

"Startup ini kita harapkan bisa menjadi entrepreneur kelas dunia, melahirkan ekonomi baru," tambahnya. 

 

Tiga tantangan

Meski demikian, ia menegaskan, perjalanan menuju kesuksesan global tidak mudah. Ada tiga tantangan besar yang perlu dihadapi bersama oleh para startup.

 

Baca juga: Buka Tech Link Summit 2024, Menperin akan Bantu Startup Buka Akses ke Pasar Global

 

“Tantangan pertama adalah akses ke pasar global. Startup Indonesia harus memiliki pemahaman mendalam tentang regulasi, budaya bisnis, dan preferensi konsumen di negara-negara target,” ujar Teten. 

 

Kedua, lanjutnya,  terkait dengan kapasitas dan skalabilitas, di mana startup perlu membangun strategi untuk ekspansi, baik dari segi teknologi, inovasi, sumber daya manusia, maupun kapital. 

 

Ketiga adalah bagaimana membangun kolaborasi dan jaringan internasional yang kuat, termasuk menjalin kemitraan dengan pemerintah, lembaga riset, dan korporasi global.

 

Baca juga: Tutup Tech Link Summit 2024, Kemenperin Luncurkan Startup4Industry Investment Summit

 

“Ekosistem startup di dunia terbuka bagi siapa pun, dan kita bisa memanfaatkannya untuk startup Indonesia,” katanya.

 

Namun, Teten juga mengakui bahwa ekosistem startup di Indonesia masih perlu banyak perbaikan, terutama dalam memanfaatkan lembaga riset seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

 

"Kalau kita ingin masuk pasar global, produk dan model bisnis kita harus kompetitif, dan ini bisa dicapai melalui riset yang matang," jelas mantan Kepala Staf Kepresidenan Indonesia itu.

 

Ia juga menyoroti pentingnya inkubator yang dikelola secara bisnis. Menurutnya, inkubator di kampus-kampus Indonesia saat ini lebih banyak dijalankan sebagai bagian dari pengabdian dosen dan belum diorientasikan secara komersial. 

 

Ia membandingkan pengalaman di Silicon Valley, di mana inkubator dikelola secara bisnis untuk mendorong pertumbuhan ekosistem yang berkelanjutan.

 

Lebih lanjut, Teten menekankan pentingnya kolaborasi lintas kementerian dan lembaga untuk menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan startup. 

 

“Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Bappenas, Kementerian Komunikasi, serta BRIN memiliki peran penting dalam mendukung kebijakan. Begitu juga dengan Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan yang strategis dalam membantu akses pasar internasional,” jelasnya.

 

Teten juga menyampaikan apresiasinya kepada mitra internasional seperti Pum. The Netherlands dan Queensland University of Technology, yang berkontribusi besar dalam pengembangan kapasitas startup di Indonesia. Kolaborasi ini, menurutnya, merupakan contoh nyata bagaimana sinergi lintas negara dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

 

“Saya mengajak kita semua untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan menjalin koneksi guna memperkuat ekosistem startup kita. Mimpi besar kita adalah bagaimana membawa startup Indonesia from local to global," pungkasnya. (Fajar Ramadan/SG-1)