Ekonomi

Menko Airlangga Yakinkan Para Investor Terkait Ketahanan Ekonomi Nasional

Daya saing ekspor UMKM yang saat ini hanya berkontribusi 15,7% terhadap total ekspor, jauh di bawah Singapura (41%) dan Thailand (29%).

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
23 Juli 2024
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Macro Day Event yang diselenggarakan PT Verdhana Sekuritas Indonesia di Jakarta, Senin (22/7). (Dok.Kemenko Perekonomian)

EKONOMI Indonesia terus menunjukkan ketahanan yang mengesankan dengan pertumbuhan konsisten sekitar 5% selama delapan kuartal terakhir, di tengah ketidakpastian ekonomi global. 

 

Pada triwulan pertama 2024, ekonomi tumbuh sebesar 5,11% (yoy) dan inflasi terkendali pada 2,5% (yoy) di bulan Juni.

 

“Di mana lagi Anda melihat pertumbuhan dan stabilitas seperti ini secara global? Indonesia berada di posisi tiga besar di antara negara G20 dalam hal pertumbuhan dan inflasi. Utang pemerintah juga di bawah 40%,” kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.

 

Baca juga: Pemerintah Dorong UMKM Masuk Rantai Pasok Industri Global melalui Kolaborasi Baru

 

Pernyataan Airlangga disampaikan dalam acara Macro Day Event yang diselenggarakan PT Verdhana Sekuritas Indonesia di Jakarta, Senin (22/7).

 

Pada paruh kedua 2024, sektor konsumsi diproyeksikan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan.

 

Kebijakan stabilitas harga dan program perlindungan sosial akan mendukung momentum ini. 

 

Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia terus menunjukkan ekspansi selama 34 bulan berturut-turut, sementara neraca perdagangan mencatat surplus selama 50 bulan berturut-turut.

 

Ekspor UMKM Indonesia Kalah dari Singapura dan Thailand

 

Namun, Airlangga juga menyoroti tantangan dalam meningkatkan daya saing ekspor UMKM yang saat ini hanya berkontribusi 15,7% terhadap total ekspor, jauh di bawah Singapura (41%) dan Thailand (29%). 

 

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah telah membentuk Satuan Tugas Peningkatan Ekspor Nasional yang melibatkan Kadin sebagai anggota.

 

Di sektor fiskal, rasio pajak tumbuh dua digit sejak 2022 dengan defisit fiskal tetap di bawah 3% dari PDB pasca-Covid19. 

 

Baca juga: Bank Indonesia: Uang Beredar Juni 2024 Tumbuh 7,8% (yoy) Lebih Tinggi Dibanding Mei

 

Pertumbuhan kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga menunjukkan tren positif, dengan pertumbuhan kredit perbankan di atas 11% tahun ini.

 

Tahun ini, Indonesia naik ke peringkat 27 dalam daya saing global dari sebelumnya peringkat 34.

 

Lembaga pemeringkat internasional juga mempertahankan Indonesia pada level investment grade, menegaskan kepercayaan pada stabilitas ekonomi Indonesia.

 

“Salah satu pendorong utama kami adalah infrastruktur, efisiensi bisnis dan pemerintahan, serta kinerja ekonomi.” ujar Airlangga sebagaimana dilansir situs Kemenko Perekonomian. 

 

“Pasar tenaga kerja juga kami perkuat melalui Undang-Undang Cipta Kerja, yang menempatkan kita nomor dua dalam efisiensi pasar tenaga kerja di seluruh dunia,” jelas Airlangga.

 

Menko Airlangga juga memaparkan visi Indonesia Emas 2045 dengan target mencapai PDB nominal sebesar USD9,8 triliun dan menjadi salah satu dari lima ekonomi terbesar dunia. 

 

Baca juga: Perlu Solusi Jangka Panjang untuk Atasi Kredit Macet yang Mengintai UMKM

 

Untuk mencapai ini, pendekatan transformatif diperlukan, dengan fokus pada ilmu pengetahuan dan teknologi, inovasi, ekonomi hijau, transformasi digital, dan integrasi ekonomi.

 

“Ke depan, kami akan mengembangkan tiga mesin pertumbuhan: hilirisasi, proyek infrastruktur strategis, dan kerja sama internasional serta ketahanan pangan,” ujar Airlangga. 

 

Hilirisasi, terutama pada mineral seperti nikel, dan pengembangan proyek strategis nasional menjadi prioritas utama.

 

Pemerintah juga mendukung sektor teknologi dan manufaktur, termasuk produksi komponen kendaraan listrik (EV). 

 

Komitmen terhadap pengurangan emisi dan transisi energi diwujudkan melalui inisiatif seperti Asian Zero Emission Community (AZEC), yang mendanai proyek geothermal, konservasi lahan, dan panel surya di Indonesia.

 

Selain itu, Indonesia memanfaatkan peluang pasar dan investasi melalui partisipasi dalam forum internasional seperti ASEAN, G20, RCEP, IPEF, EURASIA, CP-TPP, dan hubungan dengan EU, serta proses aksesi menjadi anggota OECD.

 

Meskipun pemerintah telah menunjukkan komitmen yang kuat, kritik tetap ada. 

 

Beberapa pihak mengkhawatirkan apakah kebijakan yang ada cukup untuk menghadapi ketidakpastian global yang terus berkembang. 

 

Transparansi dalam pelaksanaan program dan pengawasan ketat diperlukan untuk memastikan visi besar ini benar-benar terealisasi. 

 

Investasi dalam sektor teknologi dan manufaktur, peningkatan daya saing ekspor UMKM, serta penguatan infrastruktur dan efisiensi pasar tenaga kerja menjadi langkah penting dalam memastikan ketahanan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. (SG-2)