Ekonomi

Komisi IV DPR RI Soroti Krisis Penyerapan Susu Peternak di Boyolali, Jateng

Kunsfik Komisi IV DPR RI  ke Koperasi Unit Desa (KUD) Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah (Jateng) guna mencari solusi atas permasalahan penyerapan susu sapi yang merugikan peternak lokal. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
21 November 2024
Ketua Tim Kunsfik Komisi IV DPR RI Abdul Kharis Almasyahari saat meninjau peternakan susu sapi di KUD Mojosongi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. (DOK.DPR RI)

KOMISI IV DPR RI melakukan kunjungan kerja spesifik (Kunsfik) ke Koperasi Unit Desa (KUD) Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah (Jateng) guna mencari solusi atas permasalahan penyerapan susu sapi yang merugikan peternak lokal. 

 

Langkah ini diambil menyusul aksi protes peternak dan pengepul susu sapi di berbagai daerah yang menyoroti minimnya penyerapan susu oleh industri pengolahan.

 

Ketua Tim Kunsfik, Abdul Kharis Almasyahari, menegaskan bahwa susu merupakan bahan pangan strategis dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat. 

 

Baca juga: Hidupkan Inpres Susu, DPR Berharap Bisa Bangkitkan Industri Susu Segar Lokal

 

Salah satu program unggulan, yakni pemberian susu gratis, diharapkan dapat membantu mengatasi stunting dan mendukung visi Indonesia Emas 2045 melalui peningkatan asupan protein hewani.

 

“Kita harus memastikan bahwa produksi susu lokal bisa terserap secara maksimal. Ini penting untuk meningkatkan kualitas nutrisi anak-anak Indonesia,” ujar Abdul Kharis usai meninjau fasilitas pengolahan susu di KUD Mojosongo, Kamis (21/11).

 

Produksi Lokal Masih Tertinggal


Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 menunjukkan tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya sebesar 16,3 kg/kapita/tahun, jauh di bawah negara-negara ASEAN seperti Filipina, Thailand, dan Malaysia yang mencapai 65 kg/kapita/tahun. 

 

Sementara itu, produksi susu segar dalam negeri terus meningkat dari 962.680 ton pada 2021 menjadi 968.980 ton pada 2022. Namun, angka ini masih jauh dari total kebutuhan nasional sebesar 4,4 juta ton per tahun.

 

Kondisi ini memaksa Indonesia mengandalkan impor susu. 

 

Dari Januari hingga Oktober 2024, volume impor susu mencapai 257.300 ton, meningkat 7,07% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

 

Minimnya produktivitas sapi perah, keterbatasan teknologi, dan tingginya biaya produksi menjadi tantangan utama bagi peternak lokal.

 

Baca juga: Program Makan Bergizi Gratis Jadi Peluang Emas untuk Susu Lokal

 

Aksi Protes Peternak dan Penurunan Kuota Susu

 

Krisis ini memuncak dengan aksi peternak di Boyolali yang membuang ribuan liter susu segar karena tidak terserap oleh industri pengolahan susu (IPS). 

 

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, Jateng, Lusia Dyah Suciati, menjelaskan bahwa penurunan kuota susu oleh IPS berdampak signifikan pada peternak.

 

Sebagai contoh, KUD Mojosongo biasanya menerima 23.000 liter susu per hari dari peternak. 

 

Namun, IPS hanya mampu menyerap 15.000 liter, sehingga 8.000 liter susu terpaksa tidak terserap setiap harinya. 

 

IPS mengklaim bahwa pembatasan ini terjadi akibat perawatan pabrik, penurunan permintaan konsumen, dan penyesuaian standar kualitas.

 

Dukungan DPR untuk Peternak Lokal

 

Komisi IV DPR RI berkomitmen mencari solusi jangka panjang untuk meningkatkan produktivitas dan daya serap susu lokal. 

 

Baca juga: Peternak Sapi Bandung Barat Sulit Dapat Pakan Berkualitas dan Produksi Susu Merosot

 

“Ini bukan hanya soal peternak, tetapi juga ketahanan pangan nasional. Kolaborasi antara peternak, pemerintah, dan industri pengolahan susu harus diperkuat,” tegas Abdul Kharis sebagaimana dilansir situs DPR RI.

 

Dengan langkah konkret dan strategi yang terukur, diharapkan permasalahan ini dapat diatasi, sehingga peternak lokal kembali optimis dan kontribusi susu lokal terhadap kebutuhan nasional meningkat signifikan.(SG-2)