MENTERI Koperasi (Menkop), Budi Arie Setiadi, memberikan kepastian bahwa Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) tidak perlu khawatir terkait penyerapan susu lokal.
Pasalnya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang akan diluncurkan pada Januari 2025 membutuhkan pasokan susu dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan 15 juta penerima manfaat.
“Pasar sudah tersedia dengan adanya program MBG. Justru kita saat ini kekurangan pasokan susu, sehingga produksi dalam negeri akan menjadi prioritas untuk program ini,” ujar Budi Arie dalam keterangan pers, Sabtu (16/11).
Baca juga: KPBS Pangalengan Siap Jadi Pemasok Utama Susu Segar untuk Program MBG di Bandung Selatan
Kebutuhan Susu untuk MBG Capai 3 Juta Liter Per Hari
Program MBG menargetkan kebutuhan susu hingga 3 juta liter per hari, sementara rata-rata produksi susu segar nasional hanya mencapai 1,23 juta liter per hari.
Artinya, terdapat kesenjangan yang harus dipenuhi melalui peningkatan produktivitas susu sapi perah di dalam negeri.
Namun, tantangan yang dihadapi cukup besar. Menurut data GKSI, populasi sapi perah di Indonesia menurun dari 239.196 ekor sebelum wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) menjadi 214.878 ekor saat ini.
Penurunan ini berdampak pada kapasitas produksi susu lokal.
Baca juga: Respons Keluhan Peternak Susu Boyolali, Wamenkop Janji Beri Solusi Jangka Panjang
“Kami akan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mencari solusi atas kendala yang dihadapi peternak,” ujar Menkop.
“Bahkan, saya akan membawa permasalahan ini langsung kepada Presiden Prabowo Subianto agar ada kebijakan afirmatif yang membantu mengatasi kekurangan produksi susu nasional,” kata Budi Arie.
Dorong Kualitas dan Hilirisasi Produk Susu Lokal
Meski pasar susu lokal dijamin terserap, Budi Arie mengingatkan pentingnya menjaga kualitas dan daya saing harga.
Koperasi dan peternak sapi perah diminta meningkatkan mutu susu segar serta menggali potensi inovasi produk susu untuk menambah nilai ekonomis.
“Koperasi harus aktif dalam program hilirisasi. Produk turunan seperti keju, yogurt, dan mozzarella memiliki potensi pasar besar. Hilirisasi ini akan memberikan nilai tambah bagi koperasi dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya,” ujar Menkop.
Menurut Budi Arie, hilirisasi produk susu GKSI sudah cukup baik, tetapi ruang untuk pengembangan masih sangat terbuka.
Dukungan ini menjadi momentum kebangkitan koperasi susu di Indonesia agar dapat mengurangi ketergantungan pada impor.
Masalah Peternak: Regenerasi hingga Penyimpanan
Sekretaris GKSI, Unang Sudarma, memaparkan sejumlah kendala yang dihadapi peternak, mulai dari sulitnya menjaga kesegaran susu karena keterbatasan fasilitas penyimpanan bersuhu rendah, hingga rendahnya minat generasi muda untuk terjun di sektor peternakan.
“Kebanyakan generasi muda lebih memilih bekerja di sektor formal, sehingga regenerasi peternak berjalan lambat. Ditambah lagi, kekurangan sapi perah menjadi kendala utama produktivitas,” kata Unang.
Baca juga: Mentan Ajak Ribuan Siswa, Peternak, dan Pelaku Industri Minum Susu Bersama
Menanggapi hal tersebut, Budi Arie berjanji akan memperjuangkan kebutuhan peternak, termasuk mendukung regenerasi peternak dan penyediaan infrastruktur pendukung.
“Saya optimistis program MBG ini menjadi peluang besar bagi koperasi susu. Mari kita bersama-sama meningkatkan produktivitas untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri,” tutupnya.
Program MBG tidak hanya menjadi langkah untuk meningkatkan konsumsi bergizi masyarakat, tetapi juga memberikan angin segar bagi koperasi susu lokal untuk berkembang dan bersaing di pasar domestik. (SG-2)