PROGRAM Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat semakin menggerakkan ekonomi dan memberi dampak lanjutan yang positif. Sebab, yang semula tidak ada standby buyer atau offtaker yang pasti, kini bisa menjadi lebih pasti.
Dapur-dapur MBG nanti juga akan terhubung dengan hulu, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani dan peternak lokal.
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan itu dalam suatu panel diskusi di Jakarta, Rabu (9/10).
Baca juga: Kolaborasi KKP dengan Bapanas Tingkatkan Asupan Protein Nasional
"Ke depannya tidak ada lagi yang buang-buang cabai, telur atau ayam, akibat saking berlebihnya stok. Nanti bisa diserap MBG. Ini baik sekali. Apalagi kalau nanti full speed sampai 82,5 juta orang per hari, bahkan sampai dua kali per hari. Luar biasa, kita harus siap,” katanya dalam rilis Bapanas/NFA, Kamis (10/10).
Nanti, sambung Arief, dampak ikutannya akan banyak. Daerah rawan rentan pangan bisa makin berkurang. Tingkat stunting juga bisa turun sampai 1 digit.
Menurutnya, aspek integrasi keteraturan hulu sampai hilir dalam ekosistem pangan menjadi faktor penting. Ia pun optimistis program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat semakin menggerakkan ekonomi dan memberi dampak lanjutan yang positif.
Baca juga: Anggota DPR Kritisi Menu dari Program Makan Bergizi Gratis
"Dengan itu, mengintegrasikan antara hulu sampai dengan hilir, ini menjadi sangat penting, karena pada saat produksi berlebihan lalu harga jadi jatuh, itu pemerintah disalahkan. Apalagi kalau produksi kurang? Oleh karena itu, patutnya kita semua sebagai bangsa wujudkan ekosistem di bidang pangan yang produksinya ikut dengan yang diinginkan market," katanya lagi.
Pasokan dalam negeri
Arief mengatakan pemenuhan program hilirisasi seperti MBG perlu mengutamakan pasokan dalam negeri. Dengan itu akan berimplikasi pada akselerasi kesejahteraan produsen tanaman pangan di dalam negeri.
Terlebih menurut Badan Pusat Statistik (BPS), di 2023 jumlah usaha petani perorangan tanaman pangan mencapai 15,7 juta atau 89% dari total 17,5 juta. Selebihnya bergerak di tanaman hortikultura dan perkebunan.
Baca juga: Program Makan Bergizi Gratis Masuk Anggaran Pendidikan Rp700 Triliun APBN
Rerata pendapatan pertanian perorangan di 2023 pun mengalami eskalasi hingga 4 kali lipat dibandingkan 2021. Di 2023, menurut BPS, rata-rata pendapatan usaha pertanian perorangan di Indonesia adalah Rp 66,82 juta per tahun.
Sementara di 2021, rata-rata unit usaha pertanian perorangan memperoleh pendapatan sebesar Rp 15,41 juta dalam setahun.
"Ke depannya ini, bukan sebuah transisi pemerintahan, tapi ini adalah keberlanjutan. Kami di Bapanas mendukung dan membantu Badan Gizi Nasional, misalnya dalam mempersiapkan SOTK (Struktur Organisasi dan Tata Kelola (SOTK)," terang Arief.
Dalam MBG itu, lanjutnya, pihaknya sudah mengusulkan agar ada aspek keberagaman yang berbasis pangan lokal pula. Itu sudah ada di Perpres 81 tahun 2024. Jadi nanti saat memberikan pangan bergizi, itu bisa disesuaikan dengan local source. Misalnya di Indonesia Timur itu sumber proteinnya ikan, jadi pakai ikan saja untuk proteinnya. Tak harus daging," cetusnya.
Skema optimalisasi hasil produksi kearifan pangan lokal setempat dapat memberikan kepastian produksi yang terserap oleh program pemerintah. Ini akan berefek pula pada kesejahteraan petani.
Jika menilik data Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP), Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH), dan Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT), selama ini pemerintah dapat terus menjaga tren indeksnya berada lebih dari 100 poin.
Indeks NTPP selalu lebih dari 100 sejak Oktober 2022, sementara NTPH sejak Februari 2022 terus konsisten berada lebih dari 100. Begitu pula, NTPT sejak Maret 2023. Di 2024 ini, ketiga indeks tersebut menorehkan titik kulminasinya dalam 2 tahun terakhir.
Pada Februari 2024, NTPP tertinggi tercatat di 120,30 dan NTPH tertinggi pada Juni 2024 di 125,66. Sementara NTPT tertinggi ada di Juni 2024 dengan 104,81.
Menutup pemaparannya, Arief meminta, segenap stakeholder pangan saling bersinergis dan untuk BUMN pangan dapat semakin diperkuat peranannya terkait Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
"Mari kita hand in hand mulai hari ini. Fokus pada produksi yang banyak dan cadangan pangan juga. Kita perpanjang masa simpan pangan dengan sarana prasarana cold chain. Ini sudah kami lakukan," bebernya.
Terkait BUMN pangan, Kepala Bapanas/NFA berharap harus ada injection, harus disiapkan dana untuk menyerap produksi pangan. Dana tersebut bukan habis pakai atau spending saja.
“Dana ini kita pakai untuk stok CPP karena sangat penting punya CPP yang kuat. Kalau produksi berlebih, kita serap dengan harga yang baik menjadi CPP. Kalau masih berlebih lagi, kita bisa ekspor," pungkasnya. (SG-1)