INDUSTRI kecil dan menengah (IKM) sektor alas kaki punya potensi pasar dalam dan luar negeri sangat besar. Hal itu terliat dari semakin tumbuh dan berkembangnya Industri alas kaki nasional, khususnya skala kecil dan menengah.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Reni Yanita di Jakarta.
“Ini terlihat dari bermunculannya berbagai jenama (brand) lokal yang memiliki kualitas dan desain bagus sehingga mampu bersaing dengan produk impor. Pertumbuhan IKM perlu terus didorong di berbagai wilayah di Indonesia, karena potensi pasar dalam dan luar negerinya sangat besar,” jelasnya, seperti dikutip kemenperin.go.id, Selasa (30/4).
Baca juga: Ekspor Meningkat, Produk Tekstil, Kayu dan Alas Kaki Jadi Primadona Jateng
Lebih lanjut, Reni menegaskan, pihaknya terus berkomitmen untuk berperan pada penguatan ekosistem industri alas kaki melalui pengembangan kreativitas dan kemitraan, salah satunya melalui melalui Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di bawah Direktorat Jenderal (Ditjen) IKMA.
Sebabnya, berdasarkan data World Footwear, Indonesia merupakan eksportir terbesar ketiga di dunia dengan jumlah produk alas kaki yang dikapalkan pada 2022 sebanyak 535 juta pasang alas kaki atau memiliki andil sebesar 3,5% dari total ekspor alas kaki dunia.
Selain itu, sambung Reni, Indonesia juga merupakan konsumen produk alas kaki terbesar kelima di dunia dengan jumlah konsumsi mencapai 702 juta pasang produk alas kaki pada 2022 atau berkontribusi 3,2% dari total konsumsi produk alas kaki dunia.
Baca juga: Terkendala Akses Pembiayaan Ekspor Produk UMKM Belum Optimal
“Oleh karena itu, perlu langkah sinergi di antara para pemangku kepentingan sehingga dampak positif yang akan dirasakan semakin tersebar dan meluas,” imbuhnya.
Pendampingan teknologi
Dirjen IKM mengatakan untuk memacu pengembangan IKM alas kaki sekaligus mendukung kampanye Bangga Buatan Indonesia 2024 di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), BPIPI telah sukses menyelenggarakan pendampingan teknologi bagi IKM alas kaki yang dilaksanakan pada 22-26 April 2024 di Kabupaten Lombok Timur.
Kegiatan pendampingan itu diikuti sebanyak 16 peserta yang merupakan para IKM dari berbagai wilayah di Provinsi NTB seperti Kota Bima, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Barat.
Reni mengungkapkan, pendampingan tahun ini merupakan tindak lanjut dari hasil penilaian kebutuhan IKM yang dilakukan oleh BPIPI pada tahun 2023.
“Penilaian kebutuhan tersebut dilakukan kepada beberapa IKM binaan untuk mendapatkan informasi faktual di lapangan dengan tujuan materi yang diberikan saat pendampingan sesuai dengan kebutuhan para IKM, serta disesuaikan dengan perkembangan komoditas sektor industri alas kaki,” paparnya.
Reni juga menyampaikan bahwa program pendampingan yang dilakukan membutuhkan dukungan dan pembinaan dari Pemerintah Daerah Provinsi NTB sebagai pendamping daerah yang memahami kondisi, kebutuhan, serta potensi yang ada di daerahnya.
Pengembangan yang dilakukan juga membutuhkan sinergi dan dukungan dari berbagai pihak seperti pemilik jenama, desainer, akademisi, marketplace hingga peran sektor industri pariwisata di NTB sebagai salah satu destinasi wisatawan lokal dan mancanegara.
“Saya berharap kolaborasi antara pemerintah daerah dan BPIPI akan memberikan dampak yang langsung dapat dirasakan oleh masyarakat industri setempat khususnya melalui komoditas industri alas kaki yang potensi pasarnya sangat besar, dan NTB dapat menghasilkan IKM alas kaki yang memiliki kualitas brand dan desain yang mampu bersaing,” jelasnya.
“Kami optimistis pelaku IKM alas kaki nasional dapat memanfaatkan potensi pasar global yang besar tersebut dengan terus menempa diri dalam mengembangkan bisnis yang penuh inovasi dan berkelanjutan,” ujar Reni.
Pada kegiatan pendampingan di Lombok Timur, Kepala BPIPI Syukur Idayati memberikan materi kepada para peserta, terkait teknik desain pola, pemotongan, penjahitan, assembling dan finisihing.
“Tentunya materi tersebut memiliki materi turunan yang lebih komprehensif dan mampu dipraktikkan oleh para pelaku IKM agar dapat melakukan pengembangan produk dengan baik dan sesuai dengan perkembangan tren pasar,” tuturnya.
Ke depannya, diharapkan BPIPI dapat berperan sebagai fasilitator kepada para komunitas kreatif lokal dengan berbagai program penguatan wirausaha industri bagi komoditas alas kaki.
“Melalui kolaborasi-kolaborasi baru tersebut akan dapat mewujudkan ekosistem industri alas kaki yang mandiri dan lebih kuat,” pungkas Ida. (SG-1)