JAWA Barat (Jabar) tercatat sebagai provinsi dengan transaksi pinjaman online (pinjol) tertinggi di Indonesia hingga tahun 2024 dengan nilai mencapai Rp19,3 triliun.
Fenomena terjerat utang didominasi oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah. Mereka semakin terjebak dalam pinjaman berbunga tinggi, baik dari pinjol maupun bank emok.
Hal ini disampaikan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat (Jabar), Herman Suryatman, dalam acara Seminar Nasional Diskusi Ekonomi yang diselenggarakan oleh Ikatan Wartawan Ekonomi Bisnis (IWEB) di Hotel Holiday Inn, Selasa (17/9).
Baca juga: Ketimpangan Ekonomi dan Jerat Pinjol Menjadi Tantangan Berat Ekonomi Jawa Barat
Herman menyoroti kemudahan akses pinjol dan bank emok yang kerap hanya membutuhkan KTP untuk proses pengajuan, sehingga memikat masyarakat dengan proses yang cepat namun berbunga sangat tinggi.
“Saya pernah melihat sendiri, bank emok datang langsung ke pasar untuk menagih. Prosesnya sangat cepat, tapi bunganya bisa mencapai ratusan persen. Ini sudah menjadi situasi yang berbahaya,” ujarnya di hadapan Gubernur BI Jabar dan sejumlah stakeholder perbankan.
Perbankan Diajak Cegah Masyarakat Terjerat Pinjol
Herman menantang pihak perbankan untuk mempermudah proses pinjaman formal agar masyarakat tidak lagi terjerat pinjol maupun bank emok.
Menurut Herman, proses bisnis perbankan yang rumit dan regulasi yang kaku membuat masyarakat lebih memilih pinjaman informal.
Baca juga: BSI Ajak Para Ibu Jadi Partner Lewat Produk Syariah, Hindari Pinjol dan Judol
“Saya tantang perbankan untuk memangkas proses bisnisnya. Jangan hanya memikirkan standar operasional, tetapi pikirkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Herman.
“Proses yang tadinya melalui tiga meja, bisa dibuat jadi satu meja saja,” tegasnya.
Selain itu, Herman juga menekankan pentingnya edukasi literasi keuangan bagi masyarakat, terutama di kalangan pedagang pasar yang mayoritas berpendidikan hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Kita harus memperkuat literasi keuangan yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. Ini penting untuk menghindari mereka dari jebakan pinjaman berbunga tinggi,” ujarnya.
Baca juga: Terapkan Tiga Tips Ini agar Tidak Terjerat Utang Pinjol
Herman menegaskan bahwa perubahan regulasi dan proses perbankan harus segera dilakukan secara bersama-sama.
Ia pun siap menjadi pelopor dalam perubahan ini demi kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. (Fajar Ramadan/SG-2)