BADAN Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulanan pada Desember 2024 mencapai 0,44%, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) naik dari 106,33 pada November menjadi 106,80.
Secara tahunan, inflasi tercatat sebesar 1,57%, konsisten dengan angka sepanjang tahun kalender 2024.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan kenaikan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk dinamika harga komoditas internasional.
Baca juga: BPS: Inflasi November 1,55%, Kenaikan Terjadi pada Kelompok Makanan, Minuman, Pakaian
“Harga emas naik hingga 22,88% dibandingkan 2023, sementara minyak kelapa sawit dan kopi juga mencatat kenaikan yang tercermin pada inflasi minyak goreng dan kopi bubuk,” jelas Pudji dalam konferensi pers yang disiarkan langsung di kanal YouTube BPS, Selasa (2/1).
Harga Pangan Mendominasi Inflasi
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau kembali menjadi penyumbang utama inflasi Desember, dengan kenaikan 1,33% yang memberikan kontribusi 0,38% terhadap inflasi total.
Beberapa komoditas yang memicu kenaikan harga adalah:
- Telur ayam ras dan cabai merah: Masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,06%.
- Ikan segar, cabai rawit, bawang merah, dan minyak goreng: Masing-masing berkontribusi 0,03%.
- Bawang putih, sawi hijau, dan beras: Menambah inflasi sebesar 0,01% masing-masing.
Pudji menekankan bahwa komponen harga bergejolak menjadi pendorong terbesar inflasi, mencatat kenaikan 2,04% dengan andil 0,33%.
Baca juga: DPR Dorong Penguatan Regulasi BPS Demi Implementasi Satu Data Nasional
Di sisi lain, inflasi komponen inti hanya sebesar 0,17%, dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk.
Meski sebagian besar harga naik, tarif angkutan udara memberikan angin segar dengan kontribusi deflasi sebesar 0,01%. Penurunan harga tiket selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) menjadi salah satu faktor penekan inflasi.
Pengaruh Kebijakan dan Cuaca
Kebijakan tarif cukai hasil tembakau berdasarkan PMK Nomor 191 Tahun 2024 turut menambah tekanan inflasi, sementara penggantian minyak curah dengan merek “Minyak Kita” melalui Permendag Nomor 18 Tahun 2024 juga berkontribusi pada kenaikan harga.
Di sektor pangan, musim kemarau panjang pada Juli hingga Agustus 2024 berdampak pada produksi hortikultura dan tanaman pangan.
Pergeseran puncak panen padi dari Maret 2023 ke April 2024 menyebabkan luas panen turun 1,54% dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga mendorong kenaikan harga beras.
Momentum Hari Besar
Inflasi Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2023, meskipun masih di bawah puncak inflasi Desember 2020–2022.
Dalam lima tahun terakhir, Desember konsisten mencatat inflasi tinggi karena perayaan Natal dan Tahun Baru.
Baca juga: BPS: Ekspor Oktober 2024 Capai USD24,41 miliar, Neraca Perdagangan Indonesia Surplus
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau terus menjadi penyumbang utama inflasi Desember. Namun, kebijakan penurunan harga tiket pesawat berhasil mengurangi tekanan inflasi di sektor lain,” tutup Pudji.
Dengan berbagai faktor yang memengaruhi, inflasi Desember 2024 menggambarkan dinamika ekonomi Indonesia di tengah tantangan global dan lokal. (Fajar Ramadan/SG-2)