INDONESIA menunjukkan performa gemilang di pasar ekspor produk halal dengan mencatatkan nilai USD 41,42 miliar (sekitar Rp673,90 triliun) untuk periode Januari–Oktober 2024.
Selain itu, surplus neraca perdagangan produk halal mencapai USD 29,09 miliar pada periode yang sama, menandai potensi besar yang dimiliki Indonesia di sektor ini.
Hal ini disampaikan dalam gelar wicara bertajuk Ekspor Produk Halal Indonesia yang digelar di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, baru-baru ini.
Baca juga: Diplomasi Ekonomi Soal Produk Halal Diharapkan Dorong Kemajuan Industri Halal Indonesia
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Mardyana Listyowati, menyebutkan bahwa capaian tersebut merupakan bukti bahwa produk halal Indonesia memiliki daya saing tinggi di pasar global.
Sektor Unggulan Ekspor Halal
Dari total nilai ekspor tersebut, makanan olahan menjadi kontributor utama dengan nilai USD 33,61 miliar, diikuti oleh pakaian muslim USD 6,83 miliar, farmasi USD 612,1 juta, dan kosmetik USD 362,83 juta.
"Kami mengapresiasi kolaborasi seluruh pemangku kepentingan yang telah mendorong kinerja ekspor produk halal Indonesia," ungkap Mardyana.
Negara tujuan utama ekspor produk halal Indonesia meliputi Amerika Serikat, Tiongkok, India, Pakistan, dan Malaysia.
Baca juga: Produk Halal Sumbang 87% Surplus Neraca Perdagangan Nasional
Secara historis, tren surplus perdagangan produk halal meningkat sebesar 10,86% sepanjang 2019–2023, dengan rekor tertinggi sebesar USD 47,7 miliar pada 2022.
Potensi Pasar Baru dan Strategi Pengembangan
Dalam sesi diskusi, Kementerian Perdagangan (Kemendag) merekomendasikan lima negara tujuan ekspor prioritas: Malaysia, Turki, Uni Emirat Arab (UEA), Thailand, dan Arab Saudi.
Pasar seperti Turki dan UEA dianggap sebagai hub perdagangan kawasan, sementara Arab Saudi menawarkan potensi besar melalui ekosistem haji dan umrah.
"Pasar Timur Tengah seperti Arab Saudi, Oman, Bahrain, Kuwait, Qatar, dan UEA harus kita maksimalkan. Namun, tantangan utama adalah regulasi internasional serta karakteristik budaya bisnis yang unik," ujar Ketua Komite Tetap Timur Tengah dan OKI Kadin, Mohammad Bawazeer.
Sementara itu, kebutuhan produk halal di negara-negara mayoritas muslim masih banyak dipenuhi oleh Tiongkok, Amerika Serikat, dan Prancis.
Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah KNEKS, Putu Rahwidhiyasa, menekankan pentingnya jaminan kualitas dan kehalalan produk Indonesia untuk bersaing di pasar ini.
Kelompok Kerja untuk Percepatan Ekspor
Untuk mempercepat ekspor, pemerintah telah membentuk Indonesia Halal Export Incorporated di bawah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS).
Kelompok kerja ini memiliki empat fokus utama: akses pasar, inkubasi dan produksi, pembiayaan syariah, serta perjanjian dan sertifikasi halal.
“Kelompok ini melibatkan 12 kementerian dan lembaga untuk mempercepat ekspor produk halal, dengan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan sebagai koordinator utama,” jelas Mardyana.
Pasar Produk Halal Global yang Semakin Potensial
Pertumbuhan pasar halal global diproyeksikan mencapai 7,6% per tahun, dengan nilai mencapai USD 492 miliar pada 2027.
Baca juga: Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 Fokus pada Pangan, Manufaktur, dan Produk Halal
Dengan strategi yang tepat, Indonesia diharapkan mampu memanfaatkan momentum ini untuk meningkatkan ekspor produk halal dan mendorong target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar delapan persen.
Sebagai langkah tambahan, pemerintah juga tengah mengembangkan metode penghitungan ekspor produk halal dengan mengadopsi kode HS halal untuk sektor fesyen, tekstil, farmasi, dan kosmetik.
Langkah ini diharapkan semakin memudahkan pelacakan dan pengembangan produk halal di masa mendatang.
Melalui berbagai upaya ini, Indonesia semakin memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam pasar produk halal global, menjadikan sektor ini sebagai salah satu pilar penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. (SG-2)