DPR RI menyoroti permasalahan inflasi pangan saat ini, terutama masalah beras sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia.
Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS Junaidy Auly mengatakan mestinya inflasi pangan bisa diantisipasi pemerintah dengan pendekatan jangka panjang.
“Pendekatan penyelesaian masalah (inflasi pangan) ini dilakukan untuk jangka pendek, seperti melakukan impor dan intervensi dalam bentuk operasi pasar serta pemantauan alur distribusi pada level pusat dan daerah saja,” ujar Junaidi dalam keterangan tertulis yang dikutip situs DPR, di Jakarta, Senin (11/3).
Baca juga: Inflasi Jabar di Atas Angka Nasional, Pj Gubernur Jabar Minta TPID Bekerja Lebih Keras
Salah satu penyelesaian inflasi pangan melalui pendekatan jangka panjang adalah sungguh-sungguh melaksanakan manajemen pengendalian inflasi dan perbaikan dari hulu sampai hilir, terutama terhadap gejolak inflasi komoditas pangan.
“Tentunya, kolaborasi dalam penyusunan kebijakan dan pelibatan aktif seluruh stakeholder dalam melaksanakan kebijakan dari level pusat hingga daerah menjadi kunci utama tercapainya efektivitas pengendalian inflasi pangan yang berkelanjutan,” jelas politikus Fraksi PKS ini.
Junaidi mengatakan bahwa penjelasan Pemerintah bahwa perekonomian Indonesia cukup solid, nyatanya tidak mampu mengantisipasi inflasi atas kenaikan harga beras di Indonesia saat ini.
Baca juga: DPR Minta Pemerintah Upayakan Serap Beras Dalam Negeri
“Terlebih Indonesia merupakan negara agraris yang dalam tiga tahun belakangan ini diklaim Pemerintah dalam kondisi perekonomian yang cukup solid dan terkendali meskipun dihadapkan pada fluktuasi perekonomian dunia,” ungkap politikus dari Dapil Lampung II ini.
Pada 22 Februari 2024, Kementerian Keuangan mengatakan bahwa kinerja APBN 2024 tetap kuat dan adaptif mengantisipasi risiko.
Seperti pada periode tahun 2023 disebutkan ekonomi Indonesia tumbuh relatif kuat mencapai 5,05%.
“Di bulan Januari 2024 Neraca perdagangan Indonesia masih tetap mencatatkan surplus sebesar USD2,02 miliar,” katanya.
“Di awal tahun 2024, APBN mencatatkan kinerja yang baik dengan realisasi Belanja Negara mencapai Rp184,2 triliun (5,5% pagu APBN),” jelas Junaidi.
Namun menariknya, kata Junaidi, gejolak inflasi volatile foods berada pada kisaran 1,53 (mtm), 8,47 (yoy), atau 1,54 (ytd) di tengah kondisi Inflasi domestik yang dinilai relatif terjaga mencapai 2,57 (yoy).
Baca juga: Terkendali, Inflasi Kota Bandung Terendah di Jawa Barat
“Apalah artinya perekonomian tumbuh, neraca perdagangan Indonesia surplus dan kinerja APBN 2024 tetap kuat, ketika masyarakat Indonesia yang hidup di negeri agraris ini mengalami permasalahan harga pangan yang tinggi dan stok pangan yang tidak cukup,” ungkap Junaidi. (SG-2)