Ekonomi

DPR Kritik Aktivitas Makassar New Port Lebih Banyak Impor, Bikin Rupiah Tergerus

Presentasi dari PT Pelindo menunjukkan bahwa aktivitas bongkar muat di pelabuhan lebih banyak bongkarnya daripada muatnya,

By Kang Deri  | Sokoguru.Id
08 Juli 2024
Makassar New Port di Sulawesi Selatan. (Ist/BUMN)

DALAM kunjungan kerja spesifik ke Makassar New Port, Sulawesi Selatan (Sulsel), Anggota Komisi V DPR RI, Sigit Sosiantomo, menyoroti ketidakseimbangan aktivitas impor dan ekspor di pelabuhan tersebut. 

 

Ia mengindikasikan bahwa aktivitas impor di Makassar New Port jauh lebih besar jika dibandingkan dengan ekspor, yang berdampak negatif pada nilai tukar rupiah.

 

“Presentasi dari PT Pelindo menunjukkan bahwa aktivitas bongkar muat di pelabuhan lebih banyak bongkarnya daripada muatnya,” kata Sigit sebagaimana dilansir situs DPR RI, Minggu malam (7/7). 

 

Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan: Lindungi UMKM dari Barang Impor, Perkuat Produksi Dalam Negeri

 

“Artinya, barang yang datang lebih banyak daripada yang keluar. Komoditas lokal yang diangkut keluar lebih sedikit dibanding barang yang datang, yang diduga barang-barang impor. Jadi, kita ini jadi pasar impor,” ungkap Sigit.


Desakan untuk Perkuat Pelayaran Nasional

 

Sigit menekankan pentingnya upaya untuk meningkatkan komoditas ekspor dan memperkuat pelayaran nasional sebagai solusi untuk mengatasi ketidakseimbangan ini. 

 

“Kita harus memperkuat pelayaran nasional agar angkutan muatannya lebih besar. Mengalahkan angkutan bongkar,” ujar politikus Fraksi PKS tersebut.

 

Baca juga: DPR Desak Regulasi Ketat Cegah Impor Tekstil Bermotif Tradisional Indonesia

 

Kritik Sigit juga diperkuat dengan fakta bahwa Direktur Investasi PT Pelindo yang hadir dalam rapat tidak membantah pernyataannya. 

 

Menurut Sigit, hal ini menegaskan perlunya tindakan konkrit untuk meningkatkan aktivitas ekspor di Makassar New Port.

 

Dampak Ekonomi dari Ketergantungan Impor

 

Meskipun aktivitas bongkar di Makassar New Port memberikan banyak pendapatan, Sigit menilai bahwa ketergantungan pada impor dapat merugikan ekonomi lokal. 

 

“Pendapatan banyak tapi dari impor barang. Industri tekstil kita collapse karena impor barang-barang atau tekstil dari China,” jelasnya.

 

“Banyak material-material impor, sementara material domestik yang bisa dijual ke luar negeri rendah,” jelas legislator dari Dapil Jawa Timur I ini.

 

Baca juga: Mendag Pimpin Ekspos Temuan Keramik Impor Ilegal di Surabaya

 

Sigit juga menekankan bahwa ketidakseimbangan ini menyebabkan defisit devisa dan melemahkan nilai tukar rupiah. 

 

“Kalau kita kuatkan angkutan muat untuk ekspor, rupiah kita akan semakin menguat. Banyak efek-efek yang bisa kita kaji lebih jauh lagi,” pungkasnya.

 

Melalui kritik ini, Sigit berharap adanya perubahan kebijakan yang dapat meningkatkan aktivitas ekspor dan memperkuat perekonomian nasional. 

 

DPR mendorong stakeholders di Makassar New Port untuk berkolaborasi dalam mengembangkan komoditas ekspor dan memperkuat pelayaran nasional, guna menciptakan keseimbangan yang lebih baik antara aktivitas impor dan ekspor.

 

Kritik ini mencerminkan kebutuhan mendesak untuk memperkuat ekonomi lokal dan mengurangi ketergantungan pada barang impor. 

 

Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan daya saing ekspor dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. (SG-2)