Ekonomi

Dirut BRI Ungkap Kenaikan Rasio Kredit Macet UMKM dan Solusinya

BRI, bank yang fokus pada sektor UMKM, mengakui adanya kenaikan rasio kredit bermasalah di segmen usaha kecil dan mikro. 

By Deri Dahuri  | Sokoguru.Id
26 Juli 2024
Direktur Utama BRI Sunarso (tengah) memberi penjalasan. (Ist/BRI) 

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) memberikan tanggapan terkait tren meningkatnya rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) di perbankan nasional, terutama di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). 

 

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat peningkatan NPL gross dari 2,25% pada Maret 2024 menjadi 2,33% pada April, dan naik lagi menjadi 2,34% pada Mei 2024.

 

Secara khusus, NPL gross sektor UMKM pada Mei 2024 mencapai 4,27%, sedikit naik dari 4,26% pada April 2024. 

 

Baca juga: Perlu Solusi Jangka Panjang untuk Atasi Kredit Macet yang Mengintai UMKM

 

BRI, bank yang fokus pada sektor UMKM, mengakui adanya kenaikan rasio kredit bermasalah di segmen usaha kecil dan mikro. 

 

Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan bahwa NPL di BRI saat ini berada pada posisi 3,05%. 

 

"NPL UMKM BRI masih lebih baik atau di bawah NPL rata-rata industri perbankan di UMKM. Itu dulu paling penting," ujar Sunarso saat Paparan Publik Triwulan 2 BRI secara virtual, Kamis (25/7).

 

Untuk mengantisipasi tren kenaikan NPL UMKM, BRI menyiapkan strategi yang terfokus dan hati-hati. 

 

Sunarso menekankan pentingnya tidak memaksakan diri untuk tumbuh secara agresif di situasi saat ini. 

 

Baca juga: Menghadapi Tantangan Kredit Macet UMKM Pasca-Restrukturisasi

 

"Karena begitu kita kasih kredit, (setelah) tiga bulan macet. Kasih kredit, (setelah) enam bulan macet. Itu jangan sampai terjadi," tegasnya.

 

Strategi BRI dalam Menangani NPL UMKM

 

Pertama, BRI akan tetap menyalurkan kredit ke sektor UMKM, tetapi dengan kriteria yang lebih ketat dan selektif. 

 

Kriteria penerimaan risiko kredit dan target penyaluran kredit diperketat untuk memastikan kualitas portofolio kredit yang baik.

 

Kedua, BRI akan memilah portofolio kredit UMKM yang ada untuk mengidentifikasi kredit yang masih bisa dilanjutkan dan yang sedang bermasalah. Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas portofolio kredit.

 

Baca juga: Berantas Judi Online, BRI Blokir Rekening dan Terapkan Sistem Anti Pencucian Uang

 

Ketiga, BRI siap melakukan restrukturisasi kredit jika pemerintah melanjutkan program restrukturisasi kredit Covid-19. 

 

Jika tidak, BRI akan menjalankan restrukturisasi sendiri sesuai ketentuan umum. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi perburukan kualitas kredit NPL.

 

Keempat, jika kredit bermasalah tidak bisa direstrukturisasi, BRI akan melakukan hapus-buku atau write off. 

 

"Di situlah cadangan berbicara, seberapa kuat kita punya cadangan. Sekarang cadangannya BRI terhadap NPL itu, lebih dari dua kali. Jadi itu cukup, kalau misal dilakukan write off atau hapus-buku," jelas Sunarso.

 

Kelima, BRI akan tetap melakukan penagihan untuk kredit yang sudah dihapus-buku guna meningkatkan pemulihan dari kredit-kredit tersebut. 

 

Ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa upaya pemulihan tetap berjalan.

 

Dengan strategi-strategi ini, BRI optimistis dapat mengelola rasio NPL dengan baik dan tetap mendukung pertumbuhan sektor UMKM di Indonesia. 

 

"Kami berharap, melalui langkah-langkah strategis ini, BRI dapat terus berkontribusi positif terhadap perekonomian nasional dan membantu UMKM untuk tumbuh lebih kuat," pungkas Sunarso. (SG-2)